Ternyata bukan negara kita saja yang sering bermasalah dengan "kue", ternyata di Jerman pun sama. Dan akibat tidak kebagian "kue" (uang), industri pertahanan Jerman dikabarkan melakukan protes keras terhadap Berlin, atas keputusan pembelian F-35. Protes itu dilakukan bertepatan dengan segera dilakukannya kontrak penandatanganan untuk membeli F-35, yang dijadwalkan bisa diselesaikan pada akhir tahun ini.

Kilas balik pada 14 Maret 2022, Berlin mengumumkan bakal membeli 35 unit F-35A sebagai pengganti Panavia Tornado yang akan pensiun di tahun 2030-an. F-35A kelak diproyeksikan sebagai pengusung bom nuklir, menggantikan peran Tornado. Amerika pun menyambut baik keputusan tersebut, mereka lalu mematok harga senilai US$8,4 miliar untuk 35 unit pesawat serta paket persenjataannya.

Sementara protes terus datang dari industri pertahanan lokal Jerman, di mana mereka tidak mendapat kontrak untuk perawatan F-35 di dalam negeri. Menurut artikel bulgarianmilitary.com, Industri Pertahanan Jerman dan Asosiasi Industri Kedirgantaraan Jerman (BDLI) menyebut jika, negara Eropa lain yang membeli F-35 mendapat kontrak perawatan pesawat di dalam negeri, mereka menyebut Swiss sebagai salah satu contohnya. Swiss disebut mendapatkan kontrak perawatan lokal setelah memutuskan membeli F-35A. Swiss berhasil menegosiasikan kontrak senilai US$3 miliar untuk perawatan pesawatnya di dalam negeri.



Selain BDLI, protes juga datang dari Wolfgang Schöder, direktur pelaksana Helikopter Airbus; dia menyebut jika tindakan pemerintah Jerman tersebut tidak hanya mengancam keberadaan industri pertahanan dalam negeri; tetapi juga teknologi yang telah dikembangkan secara lokal dalam beberapa dekade terakhir. Schoeder menyebut bahwa, Berlin siap menghabiskan lebih dari US$16 miliar untuk F-35A serta helikopter angkut berat CH-47F Chinook yang baru.

Sementara itu, "bagi-bagi kue" antara sesama manufaktur senjata Amerika justru berjalan adil tanpa perselisihan. Ketika Jerman lebih memilih F-35 buatan Lockheed dibandingkan F/A-18 Super Hornet buatan Boeing, maka di segmen helikopter angkut; Jerman justru memilih CH-47F buatan Boeing dibandingkan CH-53 King Stallion buatan Lockheed-Sikorsky.

Jerman dikabarkan bakal memesan 60 unit CH-47F Block 2 Standard Range dari Boeing, dengan jadwal pengiriaman dimulai pada 2023 sampai 2029. Helikopter tersebut akan menggantikan peran CH-53 Sea Stallion yang dipakai Jerman. Untuk pembelian helikopter dan jet tempur serta modernisasi peralatan militer lainnya, Jerman akan berinvestasi sebesar €100 miliar (US$100,2 miliar), hal itu diumumkan oleh Kanselir Olaf Scholz pada bulan Februari 2022.



Sebagai tambahan informasi, F-35A dipilih Jerman karena bisa meluncurkan bom nuklir B61 buatan AS. Bom nuklir B61 tersebut kini disimpan di Pangkalan Udara Büchel di Jerman, serta pangkalan udara lain di negara-negara NATO; dan pihak berwenang Amerika dapat melepaskan bom untuk digunakan oleh awak Jerman dalam suatu krisis. Sementara Super Hornet yang ditawarkan Boeing ke Jerman, belum disertifikasi untuk membawa bom yang dimaksud.

Saat ini, pesawat tempur Panavia Tornado telah disertifikasi untuk membawa senjata ini dan tes telah dilakukan untuk mendukung integrasi varian B61-12 terbaru ke pesawat tersebut. Di masa depan, F-35A juga akan dapat menggunakan B61-12. Sementara itu Angkatan Udara AS telah mengatakan di masa lalu bahwa, F-35A dapat mulai membawa bom-bom ini secara operasional sebelum akhir tahun 2022.







Referensi Tulisan: DefenseNews& bulgarianmilitary.com
Sumber Foto: USAF & Boeing