15 April 2017, Sabtu
Aku tiba di Surabaya sejak Kamis lalu sekitar jam tujuh kurang sepuluh. Hari itu aku tetap masuk kerja, untungnya kebagian di shift siang :
jam satu, jadi sesampainya di kosan, aku sempat untuk istirahat beberapa saat.
Aku yang sudah mengajukan cuti untuk hari Sabtu, Minggu, dan Selasa,
(Senin tak terhitung cuti, sebab aku libur di hari itu),sungguh lebih bersemangat kerjanya di hari-hari terakhir menjelang cuti.
Saat itu aku baru menyadari, bahwa
timingnya pas banget! Cutiku yang sudah kuajukan bulan lalu, bertepatan dengan usainya aku mengikuti pantukhir kedua! Berasa banget liburan kali ini seperti
reward dari perjuanganku yang sudah menyelesaikan skripsi dan juga
reward karena sudah berhasil mengikuti proses perekrutan FA. Yaa meski hasil pantukhir belum juga keluar, tapi seenggaknya, perjuanganku ini pantas diapresiasi hehe.
Kemarin, Jum'at, Rey baru balik dari Sorong. Dia mendarat di Jakarta sekitar jam delapan pagi.
// 08.03 Rey : Nes, aku baru banget landing di Jakarta nih.. //
(Foto ini bukan Rey yang sesungguhnya yaa, tapi Rey tampak sama dengan orang di foto ini)
// 08.10 Anes : Diliat dari wajahnya, kayanya masih sanggup terbang berlanding-landing yaa.. //
// 08.11 Rey : Haha sanggup sih tapi aku udah kangen banget sama pacar aku! Gimana dong? //
// 08.12 Anes : Buru siniiii :* //
// 08.15 Rey : Haha ohya sayang, aku ke Surabayanya jadi malem yaa, jam sembilan-an. Soalnya ntar abis shalat Jum'at, akunya mau ngumpulin berkas ke kantor. Jadi kita baru bisa ketemu besok //
// 08.17 Anes : Oke sayang, take your time. //
---
You just want attention, you don't want my heart
Maybe you just hate the thought of me with someone new
Aku yang sedari subuhan berdiri di depan cermin karena sibuk mengepang rambut, hanya melirik layar handphoneku disaat ada yang menelponku.
Titin.
Aku buru-buru mengikat kepanganku dan segera mengangkat telponnya.
"Halo.."
"Say, aku sama Odi uda di depan gerbang ya.."
"Okeee aku turun!"
Tepat setelah aku mengakhiri telpon dengan Titin, Rey menelponku.
"Halo.."
"Nes, aku uda di depan gang yaa."
"Okee.. Tunggu yaa."
Akupun segera bergegas! Tak lupa membawa ranselku yang berisi baju ganti dan segala perlengkapan lainnya.
Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, aku pun segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Lalu berjalan cepat menyusuri lorong dan menuruni tangga.
Saat aku berjalan menuju pintu gerbang, terdengar suara Titin, Odi, dan satu lagi suara seseorang yang sangat aku kenal, sedang bercanda gurau.
Aku pun tersenyum sembari membuka kunci gembok pada gerbang. Dan benar, saat aku membuka gerbang, ada Rey disana.
"Hai say!!", sapa Titin padaku. Aku menyambutnya dengan bercipika-cipiki. Setelah bercipika-cipiki dengan Titin, aku menyapa Odi dengan tos tinju.
"Nes, mau nitip motor yaaa!", kata Odi setelahnya.
"Iyaa, masuk-masuk!!", jawabku dan memberi jalan untuk Odi. Titin pun menemani Odi memarkirkan motornya di parkiran kosan. Sedang Rey yang sedari tadi menatapku, tanpa ragu-ragu menyambutku dengan menarik badanku untuk mendekat dengannya lalu mengecup keningku lalu mengusap-ngusap kepalaku. Aku yang ga biasa '
digituin', hanya bisa mencubit perutnya yang ternyata otot semuuuuaa!!
"Haha ga bisa cubit ya?", godanya. "Sini aku bawain ranselnya..", lanjutnya lagi sembari meraih ranselku yang masih ada di punggungku.
Tak berselang lama, kami pun berjalan beriringan menyusuri gang menuju mobil hitam Rey berada. Terlihat dari kejauhan ada seorang pria berusia 50-an tahun sedang merokok di luar mobil Rey.
'Kayanya itu Pak Eri', bathinku.
Quote:
"Nes, besok aku jadinya ngajak Pak Eri yaa.", ujar Rey semalam saat kami mengobrol di telpon.
"Pak Eri?", tanyaku.
"Inget ga waktu aku ceritain tentang driver keluargaku yang udah dianggep kek saudara?"
"Oh.. Iyaa, aku inget! Kamu bilang beliau udah kerja sejak kamu belum lahir kan?"
"Iyaa, betuul. Besok Pak Eri bareng istrinya juga yaa.."
"Kamu ajakin buat rafting juga? Wah asik, ramean dong!"
"Haha bukaan sayaang!! Besok saat kita rafting, mereka mau main ke rumah keluarganya katanya. Setelah itu mau beberesin vila Papi yang udah lama ga ditempatin."
"Oh kirain hehehe.."
"Sudah siap Mas Rey?", tanya Pak Eri sembari membuang puntung rokok ke aspal lalu diinjaknya. Lalu Pak Eri menyapaku, Titin, dan juga Odi.
"Yuk Pak!", jawab Rey setelah dia sudah meletakkan ranselku di bagasi mobil.
Lalu, kami pun segera masuk ke dalam mobil.
Yang duduk di paling belakang adalah Rey dan aku, di tengah Titin dan Odi, dan paling depan adalah Pak Eri dan istri. Kenapa Titin dan Odi duduk di tengah? Soalnya mereka berdua ga bisa duduk di kursi paling belakang, katanya mereka suka mabok gitu kalau duduk di atas ban haha. Bisa begitu ya??
Selama di mobil, kami ga henti-hentinya bercerita dan saling tertawa. Istri Pak Eri yang terlihat malu-malu pun ikut tertawa gegara Odi yang suka ngelawak dengan medhok Surabayanya yang khas.
Baru satu jam-an di perjalanan, terlihat Rey tertidur pulas dengan kepalanya yang tengah bersandar di pundakku dengan tangannya melingkari lengan kananku. Kalau istilah
love languagesudah dikenal sejak saat itu, bisa dibilang Rey ini
love languagenya adalah
physical touch, quality time, dan juga
giving gifts. Nah karena akunya ga mau dikasih hadiah berupa barang, cara dia ngasih
giftnya yaa liburan bareng begini.
'Kasianan, kayanya dia kecapean..', bathinku sembari mengelus-ngelus keningnya pelan.
Disaat aku mengelus-ngelus keningnya, tanganku tiba-tiba diraihnya lalu digenggamnya begitu erat.
Tak lama dari itu, aku mendengar Rey sedang mengigau dengan suara benar-benar sangat lirih.
Dari suaranya saja aku bisa merasakan bagaimana dia sedang merindukan seseorang itu.
Awalnya, aku berpikir dia sedang memanggilku dalam tidurnya, tapi ternyata...
"Nes.. Agnes.. Agnees..."
Dia memanggil mantan kekasihnya.
###