Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

vidyazafiria057Avatar border
TS
vidyazafiria057
Mungkinkah Putin Pakai Nuklir demi Hindari Kekalahan di Ukraina?
Apa yang bakal dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin jika dalam kondisi terdesak, misalnya kekalahan militernya, di tengah invasi ke Ukraina?
Seorang pengamat senjata nuklir, Eric G. Swedin dari State University Weber, menduga Putin dapat menyerang kota-kota di Ukraina Barat dengan senjata nuklir. Ia pun tak percaya ucapan soal peluncuran senjata nuklir taktis di Ukraina sekadar untuk mengintimidasi.

"Saya khawatir Putin telah disudutkan di Ukraina mengingat angkatan bersenjatanya mengalami kekalahan. Ia bisa saja dengan mudah mengamuk menggunakan senjata nuklir taktis dalam upaya putus asanya mengubah hasil perang," kata Swedin, dikutip dari NewsWeek.

"Dugaan saya adalah dia (Putin) tidak akan melakukan 'serangan demonstrasi', seperti yang beberapa orang duga, karena serangan demonstrasi hanya menunjukkan Anda tak ingin menggunakan senjata nuklir," lanjutnya.

"Senjata itu kemungkinan digunakan untuk menyasar enam kota di Ukraina barat, menghancurkan kemampuan senjata dan suplai yang bergerak dari Polandia atau Rumania," ungkap dia.

Walau begitu, Swedin menilai serangan nuklir taktis mungkin tak akan membuat Ukraina menyerah. Ini membuat "Putin yang frustrasi" bakal melakukan eskalasi "dan menggunakan senjata nuklir taktis yang lebih banyak."

Dalam merespons kemungkinan ini, Swedin menilai kekuatan Barat harus tegas menunjukkan penggunaan senjata nuklir tak bakal menghentikan dukungan mereka ke Ukraina.

"Harapan saya adalah seluruh dunia bakal bereaksi atas tindakan Putin yang melewati batas, yang menunjukkan bahwa Rusia akan menjadi negara paria (kasta terendah)," kata Swedin.

Ia kemudian mengatakan, "Semua perdagangan akan dihentikan, terlepas dari konsekuensi ekonomi pada ekonomi domestik di seluruh dunia, untuk memaksa runtuhnya ekonomi Rusia dan perubahan rezim."

Swedin juga berpendapat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) perlu mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Ukraina dan mengirimkan senjata untuk negara itu.

"Reaksi yang lebih kuat dapat membuat kita semua memasuki tangga eskalasi, sementara bermain aman dengan senjata nuklir tidak membawa kemenangan," tuturnya.

Ia merupakan penulis karya berjudul "Survive the Bomb: The Radioactive Citizen's Guide to Nuclear Survival."

Sementara itu, Newsweek telah mengontak Kementerian Luar Negeri Rusia untuk mengomentari pandangan ini, tetapi belum dibalas.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden sempat mewanti-wanti Kremlin dapat menggunakan senjata nuklir dalam perang Ukraina.

"Kita belum pernah berhadapan dengan prospek Armageddon sejak [mantan Presiden AS John F.] Kennedy dan krisis rudal Kuba [pada 1962]," kata Biden pada Kamis (6/10).

"Kita mengetahui seseorang yang saya cukup kenal. Dia [Putin] tidak bercanda saat dia membicarakan potensi penggunaan senjata nuklir taktis atau biologis atau senjata kimia, karena militernya, dapat Anda katakan, secara signifikan berkinerja buruk."

https://info24jamterkini.blogspot.co...a-arti-di.html
0
278
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
windmilzAvatar border
windmilz
#2
Diyutub ada dibahas, putin bilang akan berusaha semaksimalnya buat urusan ukraina, sama amerika semaksimalnya itu berarti termasuk nuklir.

Putin juga blg konflik diukrania bukan perang tapi operasi militer khusus alias levelnya masih dibawah perang, tapi buat ngegiring opini dunia barat bilangnya ini udah perang. Lagian putin ga bakal mau ngambil alih ukraina full. Dikira senjata yg dikirim barat selama ini gratis. Kagak, masuk kas bon. Kalau putin ngambil alih ukraina, ya utang2 ukraina bakal jadi utang rusia. Kalaupun ntar ada kesepakatan damai, ukrania udah bisa dipastiin dikuasai sama barat, karena jumlah utangnya selama invasi ini udah ga karuan jumlahnya, blm lagi restorasi perekonomian juga bakal lama, itupun kalau pemerintahannya ntar enggak sekorup pemerintahan sebelumnya.
0
Tutup