Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Kekurangan di Dalam Negeri, Diaspora Dokter Jantung Malah Ogah Balik ke Indonesia
Kekurangan di Dalam Negeri, Diaspora Dokter Jantung Malah Ogah Balik ke Indonesia

Jum'at, 05 Agustus 2022 | 16:56 WIB

Ilustrasi dokter dan stetoskop. (Shuttterstock)

Suara.com - Di saat Indonesia kekurangan tenaga kesehatan (nakes), namun tak menampik banyak diaspora dokter spesialis yang tidak kembali ke Indonesia dan berkiprah di Tanah Air.
Hal ini mendapat tanggapan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), yang mengungkap beberapa alasan diaspora, khususnya dokter spesialis jantung yang menempuh pendidikan di luar negeri tapi enggan berkiprah di Indonesia.
Seperti diketahui, jumlah dokter jantung di Indonesia saat ini 1 orang melayani 100 ribu penduduk, padahal idealnya 28 dokter spesialis melayani 100 ribu penduduk.
Ketua Umum PERKI, Dr. Radityo Prakoso, SpJP(K) mengatakan para dokter jantung diaspora yang kembali ke Indonesia, harus berhadapan pad situasi yang tidak sama dengan di luar negeri, dari mulai karakteristik masyarakat hingga jenis penyakit yang merebak.

Ilustrasi dokter, apakah dokter wajib masuk IDI. (Pixabay/parentingupstream)

"Di negara Nordik (Eropa Utara) sana itu kebanyakan usianya di usia lanjut, usia bawah remaja atau anak anak nggak terlalu banyak, sehingga problem banyakan di penyakit regeneratif dengan segala kompleksitasnya. Kita di sini bahkan dari penyakit yang tidak ketemu di luar, di kita masih ada," ungkap Dr. Radityo dalam acara diskusi Kamis (4/8/2022).
Hal yang sama juga diungkap Sekjen PERKI, dr. Oktavia Lilyasari, SpJP(K), FIHA mengatakan banyak dokter jantung yang sudah terbiasa dengan teknologi yang ada di luar negeri, sehingga sebagian dari mereka khawatir tidak bisa bekerja dengan teknologi Indonesia yang umumnya masih terbatas.
"Ada waktu itu yang bilang sama saya gini 'saya mau balik ke sana dan kemampuan saya seperti ini, saya sudah mengerjakan begitu banyak kecanggihan-kecanggihan teknologi. Saya takut kalau saya balik di sana, nggak ada alatnya dan saya nggak bisa kerja' itu mungkin juga salah satu pikiran mereka," ungkap dr. Oktavia.

Selain itu ada juga fenomena di luar negeri, para dokter mendapatkan hidup dengan fasilitas aman dan nyaman untuk bekerja, ditambah jaminan kesejahteraan apabila terjadi sesuatu kepada mereka.
Salah satunya adanya fasilitas kesehatan yang sama rata untuk semua masyarakat, termasuk dokter sekalipun. Sehingga kesehatan dokter juga ikut terjamin selama bertugas sebagai nakes di luar negeri.

"Nah, kalau saya kerja di sini apakah saya juga akan mendapatkan hal yang sama dan kenyamanan yang sama," tutup dr. Oktavia.

https://www.suara.com/health/2022/08...k-ke-indonesia










emoticon-Leh Uga
Diubah oleh dragonroar 06-08-2022 04:22
scorpiolama
gigbuupz
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
hhendryzAvatar border
hhendryz
#10
Di sini dokter muda mau spesialis sekalipun kayak kasta rendah gitu di rs negeri, apalagi kalau udah ketemu senior di idi, beh kentara mentalitas penjajahnya atasan sama kacung, makin muda dan ga punya nama lo atau ga punya bekingan, makin dikadalin elonya, kabur lah bray.

Kalau di swasta kayaknya lebih parah karena semuanya tergantung koneksi alias jilat2 sepatu pemilik rs di sana emoticon-Tai
Diubah oleh hhendryz 06-08-2022 05:59
howard.hamlin
bukan.bomat
zinski
zinski dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup