skiesmanAvatar border
TS
skiesman
Buruk Muka Cermin Dibelah, Donasi ACT dan Perpuluhan Gereja

Beberapa hari belakangan, warganet dihebohkan dengan hasil investigasi majalah Tempo mengenai salah satu lembaga donasi di Indonesia, Aksi Cepat Tanggap. Dilansir dari hasil investigasinya, ternyata ACT tidak menyalurkan seratus persen sumbangan masyarakat untuk keperluan sumbangan tetapi juga untuk keperluan operasional perusahaan.

Sayangnya, operasional perusahaan yang dimaksud itu terlihat cukup "nyeleneh", dimana uang yang dihimpun dari masyarakat malah digunakan untuk membeli mobil mewah untuk operasional, membeli rumah serta isinya untuk pendiri organisasi, membiayai uang jajan untuk istri dan anak anak pemimpinnya (istrinya ada tiga), dan lain sebagainya.

Hal lain yang mengejutkan adalah gaji yang diberikan kepada para top leadership organisasi tersebut, dimana mereka digaji mulai dari delapan puluh juta rupiah hingga dua ratus lima puluh juta rupiah per bulannya. Sungguh nominal yang sangat "membagongkan" bagi sebuah organisasi non profit. Mungkin, sebagian besar perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pun tidak menggaji karyawannya sebesar itu. Bahkan komisaris BUMN sekalipun akan minder melihat nominal tersebut.

Miris memang mengetahui kenyataan tersebut. Mengapa ? Karena yang memberikan sumbangan untuk ACT mungkin masih mengandalkan transportasi publik seperti ojol, angkot, bus kota, dan lain sebagainya. Bahkan, bisa jadi mereka memberikan donasi di tengah keterbatasan penghasilan bulanan mereka. Hal ini terkesan seperti orang miskin malah menyumbang untuk yang "kaya", dimana yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.

Jika kita bandingkan dengan beberapa lembaga donasi di Eropa dan Amerika, kita akan menemukan fakta bahwa para lembaga donasi disana didirikan oleh seorang yang dulunya mungkin biasa biasa saja, dan menjadi milyuner dan triliyuner yang memiliki jiwa sosial yang tinggi seperti Bill Gates, Warren Buffet, Jeff Bezos, Mark Zuckerberg, Michael Bloomberg, dsb. Sedangkan di Indonesia, terdapat orang biasa biasa saja yang tiba tiba menjadi kaya raya dengan cara mendirikan lembaga donasi atau organisasi keagamaan.

Ya, membicarakan ACT tidak lepas dari hal keagamaan, dimana mereka dikaitkan dengan gerakan radikal Islam, terorisme, pemberontakan berdasarkan agama, dan lain sebagainya. Akan tetapi melalui tulisan ini TS ingin mengingatkan bahwa sebetulnya, orang Indonesia yang beragama Kristen juga sebetulnya sering tertipu dengan modus yang sama dalam kemasan yang berbeda.



Dalam hal ini, masyarakat Kristen di Indonesia sering menyumbangkan uangnya untuk pemuka agamanya yang memimpin di gereja mereka melalui perpuluhan. Praktik perpuluhan merupakan persembahan kepada gereja dari setiap jemaatnya sebesar sepuluh persen penghasilan bulanannya. (Biasanya terjadi di gereja gereja beraliran kharismatik dan menggandalkan prosperity gospel untuk menarik jemaat).

Lalu, sepuluh persen penghasilan bulanan itu disetorkan kemana ? ke gereja mereka. Sayangnya, beberapa oknum pendeta mengotak atik ayat alkitab untuk keuntungan pribadi mereka, sehingga mereka mendapatkan privillage atas SELURUH PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN yang diterima oleh gereja dimana dia bekerja. Apalagi pengajaran prosperity gospel yang biasa mereka sampaikan ke jemaatnya dengan menakut nakuti bahwa rejeki jemaat akan seret jika mereka "pelit" memberikan persepuluhan pada gereja.

Konsep perpuluhan mungkin sudah cukup memberatkan beberapa jemaat kristen untuk memberikannya. Tentunya ada lagi konsep lain yang jauh lebih memberatkan jemaat, yaitu konsep pengajaran BUAH SULUNG, dimana ada seorang pendeta yang sangat ternama di Indonesia sering sekali berkotbah mengenai BUAH SULUNG. Apa itu buah sulung ? Buah sulung adalah memberikan 100% PENGHASILAN PERTAMA setiap jemaat di SETIAP AWAL TAHUN untuk gereja.

Bayangkan saja jika ada 100 orang jemaat dengan gaji UMR Jakarta memberikan persepuluhan setiap bulannya pada sang pendeta. Maka, gaji sang pendeta sendiri akan menerima uang sebesar empat puluh juta per bulannyaa. Apalagi jika menerapkan prinsip buah sulung, sang pendeta akan menerima "bonus" tahunan yang mencapai ratusan juta setiap awal tahun.

Di saat yang sama, jemaat jemaatnya yang memberikan perpuluhan mungkin hidup dengan kekurangan dan naik kendaraan kredit untuk bepergian, makan makanan pinggir jalan, dan berhemat sedemikian rupa untuk membeli pakaian.

Coba saja agan-agan sekalian mengecek instagram pastor in style. Di sana agan agan kan tercengang melihat para pendeta pendeta menggunakan mobil mewah, pakaian branded dengan harga selangit, dan lain sebagainya. Kehidupan mereka sendiri mungkin sama mewahnya dengan para petinggi ACT, bahkan lebih mewah.

Melalui akun tersebut maupun melalui penuturan teman teman ane yang bergereja di gereja tersebut, ane dapat mengkonfirmasi banyak sekali pendeta pendeta di Indonesia yang hidup dengan penuh keberlimpahan. Jika ditanya darimana mereka mendapatkan "harta" tersebut, mereka akan menjawab dengan mudahnya bahwa itu adalah "berkat" dari Tuhan. Padahal, mereka adalah perampok perampok yang mengatasnamakan pelayanan Kristen. Apakah Yesus sendiri mengajarkan para pemimpin agama untuk hidup penuh keberlimpahan seperti para pendeta tersebut ? Tentu saja tidak. Yesus saja hidupnya tidak semewah dan seglamour itu.

Ironisnya, tidak banyak yang mengetahui hal ini. Mengapa ? Karena beberapa mega church di Indonesia menutup rapat rapat laporan keuangannya. Lihat saja apakah ada gereja di Indonesia yang terang terangan membuka laporan keuangan gereja kepada publik ? TS rasa sangat sedikit.

Sampai saat ini, TS sendiri meyakini suatu saat skandal keuangan gereja yang tidak kalah menarik dan bombastis dari kasus ACT akan segera muncul ke permukaan. Kita tunggu saja !

Sumber : Pemikiran dan Kegelisahan TS

Makati2019
Makati2019 memberi reputasi
20
5.4K
125
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
EquilibriumInMeAvatar border
EquilibriumInMe
#5
paling tidak persepuluhan cuma disalahgunakan untuk membiayai gaya hidup pendetanya, tidak dipergunakan untuk mendanai radikalisme atau terorisme (sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung).
Diubah oleh EquilibriumInMe 06-07-2022 14:46
parydis
parydis memberi reputasi
0
Tutup