“Lamun sira sekti, aja mateni” – Pepatah Jawa

Pepatah Jawa tersebut bila diartikan secara langsung berarti ‘Meski anda sakti, tapi jangan membunuh’. Ketika dialihbahasakan, maknanya adalah ‘Meskipun kuat, jangan menjatuhkan’. Pepatah Jawa itu pula yang pernah diucapkan Presiden Jokowi saat Pilpres 2019 lalu. Lamun sira sekti, aja mateni agaknya menjadi alasan mengapa Presiden Jokowi melakukan rekonsiliasi dengan Prabowo Subianto setelah memenangkan Pilpres 2019. Bahkan secara mengejutkan, ia menarik Prabowo ke dalam kabinetnya.

Strategi rekonsiliasi dan merangkul Prabowo ke kabinet membuahkan hasil berupa Aliansi Batu Tulis baru antara Gerindra dan PDIP, dua partai raksasa pemenang Pemilu 2019. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa strategi itu untuk menyatukan dua kekuatan politik yang besar demi memenangkan Pemilu 2024. Merangkul lawan yang akhirnya menjadi sahabat kuat di kontestasi perpolitikan selanjutnya.

Dalam pengaplikasiannya, strategi merangkul ini dapat pula digunakan untuk menguji kemampuan lawan yang bernama “musuh dalam selimut”. Sebab musuh yang membaur di dalam kelompok atau kesatuan kita, akan sangat sulit dikalahkan jika kita tak dapat mengidentifikasinya. Sebaliknya, jika identitas musuh dalam selimut itu telah diketahui beserta data dan faktanya, maka sangat mudah untuk menaklukkannya.

Strategi merangkul musuh dalam selimut itulah yang dilakukan pada reshuffle kabinet hari Rabu Pahing 15 Juni 2022. Istana Kepresidenan Jakarta menjadi saksi bahwa Jokowi melantik dua orang menteri baru dan tiga orang wakil menteri.

Yakni Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menjadi Menteri Perdagangan (Mendag) menggantikan Muhammad Lutfi, Mantan Panglima TNI Hadi Tjahjanto menjadi Menteri ATR/BPN menggantikan Sofyan Djalil, politikus PSI Raja Juli Antoni menjadi Wamen ATR/BPN menggantikan Surya Tjandra yang juga politikus PSI, John Wempi Wetipo sebagai Wamendagri, dan politikus PBB Afriansyah Noor sebagai Wamenaker.

Turut hadir dalam pelantikan itu para menteri Kabinet Indonesia Maju seperti Airlangga Hartarto dan ketua umum partai politik pendukung pemerintahan Jokowi-Maruf antara lain Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, hingga Ketum NasDem Surya Paloh. 

Sumber : CNN Indonesia[Jokowi Resmi Reshuffle Kabinet, Ada 2 Menteri & 3 Wamen Baru]

Dalam tulisan penulis sebelumnya yang berjudul ‘Memaknai Strategi Dikotomi Rabu Pon dan Pahing ala Jokowi’, diprediksi Presiden Jokowi akan melakukan reshuffle kabinet pada Rabu Pahing menandakan bahwa presiden hendak menyampaikan keinginannya tentang situasi 2024. Sehingga reshuffle berikutnya berpotensi menjadi momentum pembersihan calon pengkhianat 2024 dari kabinet.

Sehingga dalam tulisan ‘Pilpres Black Pink 2024, Magnus Batu Tulis Nikahi JK dan Ceraikan Surya Paloh’, diprediksi bahwa Presiden Jokowi akan mengganti menteri dari NasDem dan mempertahankan menteri yang erat hubungannya dengan JK. Apalagi NasDem tengah melirik Anies Baswedan untuk Pilpres 2024 lewat poros biru dongker bersama Partai Demokrat (kemungkinan akan diikuti pula dengan PKS). Terlebih lagi sikap NasDem yang telah pasrah untuk direshuffle dari kabinet Jokowi.

Sumber : Merdeka [NasDem Disebut akan Dukung Anies, Ini Jawaban Surya Paloh]
Sumber : Tribunnews [Sikapi Isu Reshuffle, Nasdem Siap Menerima Keputusan Presiden Jokowi]

Akan tetapi ternyata strategi merangkul Jokowi tetap dilakukan terhadap partai yang menjadi lawan politik Aliansi Batu Tulis di 2024 demi mengganjal Anies Baswedan yang sangat diinginkan Jusuf Kalla maju di Pilpres 2024. Jokowi memilih mengganti Mendag dan Menteri ATR yang dekat dan telah kenyang pengalaman bekerja sama dengan Jusuf Kalla baik di era SBY maupun Jokowi.

Presiden lebih memilih mendepak JK ketimbang Surya Paloh meski NasDem sudah memasukkan Anies dalam bursa Capres NasDem, apalagi M Taufik mantan politikus Gerindra yang sangat pro Anies bergabung dengan NasDem demi orang nomor 1 DKI tersebut.

Langkah ini sangat menarik, karena hubungan Surya Paloh dan JK sudah kental bahkan jauh sebelum SBY berkuasa di 2004. Dari upaya perdamaian GAM, penanganan Bencana Tsunami Aceh dan Rekontruksinya, hingga JK bisa menjadi Wapres di 2014, tak lepas dari persahabatan JK dan Surya Paloh. Langkah Presiden mendepak seluruh Menteri JK namun mengamankan Menteri Surya Paloh di kabinet, otomatis berpeluang menciptakan situasi saling curiga antara JK da Surya Paloh. Keinginan JK dorong Anies Baswedan ke Pilpres 2024 yang sudah diamini Surya Paloh, akan memasuki sengketa. JK tentu akan melihat Surya Paloh main mata dengan Jokowi untuk mengkhianati JK soal Anies Baswedan.

Reshuffle Rabu Pahing juga dibarengi dengan tukar guling PSI untuk melihat arah PSI di 2024. Selain itu, masuknya PBB yang berasiran suara dengan 212 yang pro pada Anies Baswedan.

Hal menarik lainnya dari Reshuffle Rabu Pahing kali ini adalah soal ditariknya PAN ke dalam kabinet. Padahal pada tanggal 12 Mei 2022, PAN, Golkar, dan PPP telah mendeklarasikan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) untuk menghadapi Pemilu dan Pilpres 2024. Dengan kata lain, koalisi itu awalnya dibentuk untuk meloloskan paslon di Pilpres 2024 sesuai syarat Presidential Threshold 20 persen dari gabungan jumlah kursi parpol pengusung paslon tersebut di DPR.

Berdasarkan hasil Pemilu 2019, Partai Golkar meraih 85 kursi, PAN meraih 44 kursi dan PPP meraih 19 kursi. Sehingga kursi KIB di parlemen ada sebanyak 148 kursi atau 26,82 persen.

Sumber : Katadata [3 Partai Deklarasikan Koalisi Indonesia Bersatu, Penuhi Syarat Usung Calon pada Pilpres 2024?]

Lantas siapakah yang akan diusung KIB menjadi capres dari koalisi tersebut? Pada 4 Juni 2022, ada pemandangan yang menari di acara Silaturahmi Nasional KIB di Senayan. Yakni kehadiran Ketua Umum Relawan Pro Jokowi (Projo), Budi Arie Setiadi dan Luhut Binsar Pandjaitan.

Sumber : Merdeka [Duduk Satu Meja dengan Luhut, Ketua Projo Budi Arie Ikut Hadiri Silatnas KIB]

Kehadiran mereka, terutama Budi Arie Setiadi memunculkan isu bahwa KIB adalah kendaraan politik bagi sosok yang erat dengan Projo, yakni Ganjar Pranowo.

Namun isu tersebut dibantah oleh Airlangga. Menurutnya, Ganjar bukan anggota dari tiga partai di KIB. Oleh sebab itu, sudah jelas Ganjar tak akan dicalonkan dan KIB sudah memiliki kader-kadernya sendiri, baik dari Golkar, PPP, maupun PAN. Menurutnya, keberadaan KIB sebagai koalisi untuk menegaskan kembali bahwa “politik” semestinya berproses dari partai.

"Partai politik Golkar, PPP, dan PAN punya kader sendiri. Kemarin Pak Zul juga menyampaikan di PAN ada Pak Zul, PPP ada Suharso. Dan tentu ini disediakan untuk mengembalikan bahwa politik itu harus berproses dari partai," ujar Airlangga.

Sumber : CNN Indonesia [Airlangga Bantah KIB Usung Ganjar Pranowo: Bukan dari 3 Partai]

Sementara Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani mengatakan, KIB terbuka untuk mengusung tokoh potensial dari luar koalisi. Namun Arsul menilai bahwa partai politik tentu tidak ingin asal dalam mengambil tokoh yang akan diusung sebagai capres, terlebih hanya berdasarkan tingginya tingkat elektabilitas pada sejumlah hasil survei.

Sumber : Kompas [KIB Buka Peluang Usung Calon dari Luar Koalisi, Arsul: Tidak Bisa Belum Masuk Parpol, Langsung Capres]

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa KIB mau saja mengajukan tokoh-tokoh yang tidak memiliki kendaraan politik seperti Ganjar dan Erick Thohir. Namun dengan syarat harus bergabung dengan salah satu partai koalisi.

Akan tetapi PAN yang masuk ke dalam kabinet, langsung menggoyang KIB. Sebab ada kemungkinan PAN keluar dari koalisi. Jika KIB ditinggal oleh PAN, maka koalisi hanya akan memiliki 104 kursi atau 18 persen dari total kursi di parlemen. Tidak memenuhi syarat untuk mengajukan paslon di Pilpres 2024.

Lantas strategi apa yang dilakukan Golkar untuk mengamankan syarat presidential threshold tersebut? Dua poros, yakni Batu Tulis (PDPI – Gerindra) dan Biru Dongker (NasDem, Demokrat, PKS) memiliki peluang kuat untuk mengajukan paslon, maka yang tersisa adalah berkoalisi dengan poros 0,5. Poros yang ingin mencalonkan paslon tapi tidak memenuhi syarat yakni PKB.

Itulah mengapa setelah pelantikan menteri dan wamen di Istana Negara, Airlanggan dan Ketum PKB Cak Imin keluar bersamaan. Dalam kesempatan itu Airlangga menyatakan Cak Imin sebagai kawan lama. Ia mengaku kompak bersama Cak Imin.

Sumber : CNN Indonesia [Airlangga dan Cak Imin Keluar Bareng dari Istana: Ini Kompak]

Langkah Airlangga ini menandakan, kans Erick Thohir dan Ganjar Pranowo mengadu nasib pada KIB, hanya bergantung pada kepastian KIB masih eksis dengan bergabungnya PKB ke KIB, khususnya jika PAN hengkang dari KIB. Itu pun tidak cukup, karena PKB sudah terlihat tegas sekali memastikan Cak Imin sebagai Cawapres. Artinya, PKB mau saja bergabung dengan KIB, asalkan kursi Cawapres KIB disepakati dari PKB.

Situasi ini akan semakin memberikan kartu mati bagi Ganjar dan Erick Thohir dalam memburu tiket Pilpres dari KIB, karena hanya tersisa perebutan Kursi Capres KIB antara Airlangga, Ganjar, dan Erick Thohir.

Maka kita dapat ambil kesimpulan langkah presiden tetap merangkul musuh dalam selimut mungkin juga menandakan bahwa Reshuffle ke-6 kali ini bukanlah yang terakhir, karena meski sudah cukup menggoyang stabilitas dan konfidens 2,5 Poros Politik Penantang, namun belum cukup karena masih menyisakan ruang Lobby Politik bagi kelangsungan Poros Politik Penantang. Oleh karenanya, penulis memperkirakan masih akan ada Reshuffle ke-7 di 2023, setelah 2,5 Poros Politik yang sedang digoyang oleh Reshuffle ke-6 ini, menemukan bentuk untuk menghasilkan 2 Poros Politik Penantang.

Lamun sira sekti, aja mateni, strategi merangkul Presiden Jokowi memelihara musuh dalam selimut demi memastikan kekuatan poros politik lawan yang akan terbentuk pada 2024.