mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Selamat Tinggal Stasiun Gambir

Jika Stasiun Gambir pensiun, pendatang baru yang tiba di Jakarta sudah tidak lagi disambut oleh Tugu Monas, melainkan keruwetan di Stasiun Manggarai.

Minggu, 05 Juni 2022
Para pendatang baru yang pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta pasti akan selalu teringat dengan pemandangan Tugu Monas di sisi jendela kereta. Salah satu ikon ibu kota ini seolah menyambut mereka dan berkata ‘selamat datang di Jakarta’. Namun pemandangan ini nampaknya akan segera berakhir setelah Stasiun Gambir resmi pensiun karena tugasnya diambil alih oleh Stasiun Manggarai.

Di sisi lain, Arya Dhika adalah salah satu saksi bagaimana ruwetnya situasi jalan di depan Stasiun Manggarai. Sudah hampir 10 tahun Arya menggunakan moda transportasi Kereta Rel Listrik atau KRL Commuter Line. Perjalanan menuju Stasiun Manggarai yang ia lalui hampir setiap hari selalu menguras emosi. Padahal rumahnya di dekat Pasar Rumput hanya berjarak 3 kilo meter saja.

Menggunakan sepeda motor matic berwarna biru, Arya biasa menitipkannya di halaman parkir motor Stasiun Manggarai. Lahan parkir itu pun tidak besar-besar amat, paling hanya bisa memuat sekitar 250 unit sepeda motor. Padahal ratusan ribu penumpang dilayani setiap hari di stasiun yang mendapat predikat sebagai stasiun tersibuk di Indonesia ini.

“Nggak nyaman banget. Parkirannya menurut saya terlalu kecil buat stasiun sebesar itu. Kan, setiap hari penumpangnya makin banyak,” ujar karyawan swasta ini.

Di luar stasiun, kondisinya begitu runyam. Dari arah Matraman, Jakarta Timur, jalanan menuju Stasiun Manggarai penuh sesak. Sementara dari arah Jalan Tambak, Tebet, Jakarta Selatan, tak kalah runyam dipenuhi pedagang kaki lima. Kondisi ini diperparah dengan ratusan bajaj, ojek pangkalan dan ojek online beradu parkir di sisi kanan dan kiri jalan stasiun.


Keramaian di Stasiun Gambir saat arus mudik 2022
Foto: Mulia Budi/detikcom

Revitalisasi yang turut dilakukan di depan Stasiun Manggarai pun tidak dibarengi dengan kepatuhan para supir bajaj dan ojek. Akibatnya jalan di depan Stasiun Manggarai hanya bisa dilewati satu kendaraan roda empat saja. Arya bahkan pernah mengalami terjebak macet total sepanjang hampir 2 kilometer, yang pada akhirnya membuat ia ketinggalan kereta.

“Belum lagi mau masuk ke dalam stasiun lewat pintu utama, antrean udah panjang orang-orang pada mau masuk. Padahal mesin pembaca kartunya ada banyak,” setelah masuk pun Arya bertarung dengan penumpang lain hanya untuk masuk ke dalam kereta. Sungguh perjalanan yang menguras tenaga dan mental. “Baru berangkat masih seger, begitu sampai kantor udah keringetan.”

Maka dari itu, Arya tidak membayangkan jika nantinya Stasiun Manggarai sepenuhnya menggantikan tugas Stasiun Gambir untuk melayani perjalanan jarak jauh. Rencana ini sesuai dengan proyek pengembangan Stasiun Manggarai menjadi Stasiun Sentral. Saat ini pun PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) sudah mengubah jalur transit dengan sistem S05 atau Switch Over 5. Sistem ini merupakan bagian dari perencanaan proyek Double-Double Track (DDT) yang memisahkan jalur Line Bogor, Line Bekasi, kereta bandara, kereta jarak jauh, dan pengaktifan jalur layang.

“Sekarang cuma beradu sama penumpang doang, nanti ditambah beradu sama penumpang bawa koper segede gaban. Ini kaki aja udah sering diinjek penumpang lain, tambah lagi diinjek koper,” ucap Arya miris.

Tantangan dan permasalahan yang dihadapi Stasiun Manggarai bukan hanya akses jalan yang sempit dan tidak memadai, serta lingkungan sekitar yang padat, tapi juga soal keamanan. Selama menjadi pengguna KRL, Nadia Safira pernah dua kali menjadi korban kecopetan di Stasiun Manggarai. Pertama kali dompetnya hilang tak berjejak, untung saja isinya tidak banyak. Lalu yang kedua, handphone-nya hampir saja raib. Namun, sebelum aksi itu dilancarkan, pencopet itu keburu ketahuan dan akhirnya dibawa ke kantor petugas.

Sejumlah penumpang menunggu kereta jarak jauh di Stasiun Gambar beberapa waktu lalu
Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

“Makanya aku nggak kebayang kalau misalkan Stasiun Manggarai makin padet sama orang. Berarti kan makin enak copet di sana. Makin banyak sasaran empuk,” kata mahasiswa di Universitas Indonesia ini.

Belum lagi jalur rel kereta antara Stasiun Manggarai hingga Stasiun Tanah Abang kerap dijadikan arena tawuran antar warga. “Keretanya aja masih suka terhambat gara-gara orang pada tawuran, gimana kalau dijadiin akses buat kereta jarak jauh?" imbuhnya.

Rencananya, Stasiun Manggarai dapat melayani kereta jarak jauh di tahun 2025. Sedangkan Stasiun Gambir bakal pensiun melayani kereta jarak jauh. Terdapat wacana untuk menjadikan Stasiun Gambir sebagai opsi naik turun KRL Jabodetabek. Di musim puncak lebaran misalnya, Stasiun Gambir sendiri per harinya bisa melayani 17 ribu hingga 21 ribu orang.

“Kalau menurut saya udah paling enak di Stasiun Gambir untuk jarak jauh. Kalau lagi musim mudik aja di tempat nunggunya penuh sekali,” kata Eka Prasetya, penumpang kereta jarak jauh yang sering bolak balik di Stasiun Gambir. Jika Stasiun Gambir pensiun, pendatang baru yang tiba di Jakarta sudah tidak lagi disambut oleh Tugu Monas, melainkan keruwetan di Stasiun Manggarai.

“Di Gambir mau cari taksi online juga lebih gampang. Jalan utamanya besar dan nggak serem kalau mau pulang malam. Kayaknya di Manggarai masih agak rawan.
https://news.detik.com/x/detail/inte...box=1654418944


Manggarai mau dijadikan stasiun pusat di mana ada kereta bandara, kereta KRL, dan kereta jarak jauh menggantikan Gambir.
Sudah terkoneksi jalur transjakarta halte Manggarai...
masalahnya emang kemacetan...
beda sama Gambir yang bagus fasilitas KAI jarak jauh 
pilotugal2an541
maroonia
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2.3K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post

Post telah dihapus kas.bot