Part final


"Jangan pernah tanya2 ke siapapun lagi tentang si Tio, terutama sama Rio abangnya", Ujar Anis
ane cumaan menatap heran dan sedikit meremehkan kenapa si Anis tiba2 seperti aktris sinetron
"kedua, kalau nanti pun misal ada yang tau tentang Tio, dan mereka nanyain ke kamu, jangan pernah bilang taunya dari aku", ujar Anis
"bentar2, emangnya selain kamu dan keluarganya, anak2 di Palembang ga ada yang tau apa tentang si Tio", tanya ane keheranan
"kemungkinan besar, cuman aku dan abangnya yang tau, juga ortunya Tio, selebihnya ga akan mungkin tau, karena termasuk aib dan aku pun kasian, ga menyangka Tio seperti itu, tapi masih belum jelas juga gimana dan dimana dia sekarang", ujar Anis

ane semakin penasaran apalagi udah pakai kata2 aib namun juga ga ada kejelasan akhir cerita si Tio.
"okay, aku bakalan nepatin syarat kamu ini, tapi dengan satu syarat, aku mesti terpenuhi semua penasaran dan kamu harus jawab semua pertanyaan aku sampai bener2 aku paham semua cerita TIo", ujar ane
"okay, tapi kau janji ya wak", ujar Anis
"tenang, karena memang aku lihat mungkin cuman aku yang masih penasaran, sedangkan lihat aja anak2 sekolah kita pada diam dan bungkam gitu", balas ane

Si Anis pun mulai bercerita tentang Si Tio yang mulai kembali berkomunikasi dengannya pasca tamat sekolah.
"jadi gini wak, aku tuh juga sebenernya udah ga dekat sama Tio lagi sejak kita udah selesai kelas satu kan. Apalagi sejak dia udah jadi artis terkenal di sekolah kita nampil di festival musik kan, nah makin jarang dia ngobrol atau negur aku. kau juga kan wak, kelihatan betul si Tio sudah ga kawanan sama kau lagi sejak kalian sudah ga satu band lagi kan", ujar Anis
"ah masa, dari mana kau tau", balas ane
"alah, udalah wak, satu sekolah, rombongan kita tuh udah pada tau kalau kau tuh ga suka sama Tio, apalagi kan memang rombongannya dia seperti kelompok ekslusif gitu kan, tau sendiri kau, jangan kan kau, aku aja yang ga ada keren2nya di sekolah ngerasa disepelekan sama Tio da rombongannya", ujar Anis

"hahahha, ya aku kan tau sendiri kau, nah lihat, ada beda ga aku pas sekolah dulu sama sekarang, sama aja. Santai dan biasa aja ga ada yang berubah, walau semakin tampan", kelakar ane
"iya wak, aku juga heran tapi juga seneng, kau mungkin satu2nya yang ga berubah, makanya aku mau ketemuan sama kau, anak2 yang lain udah pada gengsi pada ngerasa tinggi semua, padahal dulu biasa2 aja", ujar Anis
"nah itulah, makanya aku tuh pengen buktiin ke anak2 juga, udalah biasa dan sama aja, ga ada saing2an, masing2 punya pilihan karir dan jalan hidup masing2, kawanan ya tetep kawanan lah", ujar ane

Ane pun berusaha mengembalikan fokus pembicaraan tentang TIo
"nah terus gimana dan kenapa tiba2 si Tio kok bisa kontak sama kau lagi", tanya ane
"nah, kau masih ingat dengan Reza kan?", tanya Anis
"Reza kelas satu yang suka gonta ganti agama dan agak banci itu bukan", ujar ane
"is kau ne wak, ga boleh gitu, tapi emang gara2 dia juga Tio jadi begini nasibnya", ujar Anis
"ya aku tau kau bisa akrab sama si Reza karena dia memang suka bener ngegosip sama cewek2, kau kan juga akrab sama dia dulu kan?", tanya ane
"iya, itulah makanya aku tau informasi si TIo terakhir karena dapat informasi dari Reza", ujar Anis

Untuk mempermudah cerita, ada baiknya ane menjadikan satu narasi cerita versi si Anis

Setelah ujian kelulusan sekolah, hampir semua anak2 sekolah ane pada keluar dari Palembang. Terkecuali, anak2 yang memang sedari awal sudah menetapkan untuk kuliah jaket kuning di Palembang. Sungguh aneh, ternyata pikiran si Tio bahwa anak2 rombongan sekolah yang memilih melanjutkan sekolah masih di Palembang tidaklah keren. Apalagi, status Tio sebagai salah satu cowok keren di sekolah harus menjadi yang paling keren dan bermasa depan paling cemerlang.

Si Tio pun mengutarakan niatnya untuk masuk sekolah Pilot di Jakarta ke keluarganya. Tentu langsung dibantah ortunya mengingat kemampuan ekonomi yang tidak memungkinkan. Langsunglah si Tio banting setir dan mencoba mengambil tes di salah satu angkatan bersenjata kalau tidak salah angkatan elitenya tentara darat. Mungkin sudah suratan nasib, akhirnya si Tio belum berhasil menembus. Sedangkan ane tau salah satu teman ane tembus ini angkatan dan juga beberapa rombongan lain masuk angkatan terbang.

Si Tio pun terkena mentalnya dan mulai sedikit depresi. Arogansi si Tio mulai semakin timbul mengingat hampir seluruh teman2 sepergaulan di sekolah bahkan yang sangat tidak terkenal atau punya status keren di sekolah sudah masuk ke kedinasan. Minimal rata2 teman2 sekolah ane walau masuk ke perguruan tinggi swasta tapi merantau ke tanah jawa cukup dianggap keren ketimbang yang masih di Palembang. Namun secercah harapan untuk mengembalikan kepercayaan diri si Tio adalah kelompok bandnya. Memang secara skill, band si Tio sudah pernah memenangi kompetisi tingkat lokal. Cukup mumpuni secara skill musik kalau diteruskan atau diseriusin untuk jadi band ternama di tingkat nasional.

Pikiran si Tio pun ingin fokus di bidang musik yang juga tak kalah keren dan memiliki potensial untuk jadi band terkenal. Si Tio pun mulai kembali berembuk dengan anggota bandnya untuk meluncurkan lagu perdana. Satu hal yang tak disadari oleh Tio, menciptakan lagu bukan hanya modal skill bermusik doang. Mereka pun kesulitan untuk menciptakan lagu murni dari bandnya. Ibarat band ciptaan anak SMA, perpecahan pun tak terelakkan mau sedekat atau banyak kenangan selama satu band. Apalagi, ane tau bener pola gaya si Tio dengan grup bandnya ini seperti ketua organisasi di sekolah. Memang, saat itu anggota band si Tio berasal dari adik kelas. Alhasil, ada rasa segan sebagai senior sekolah apalagi memang si Tio juga salah satu ketua organisasi sekolah.

Namun, satu hal yang dilupakan TIo. Persis, yang ane sudah pahamin, masuk ke Dunia musik itu tak semudah yang dibaca di majalah2 musik dan remaja. Kisah sukses band2 yang terkenal itu ga seperti bikin lagu, terus sodorin ke studio rekaman musik ternama, kalau bagus langsung di cetak tuh album musik. Modal uang sangat menentukan atau minimal ada pendonor yang mau sponsor. Ga peduli udah punya label juara kompetisi musik, itu ga ada urusan buat masuk studio rekaman musik.

Perlahan, para adik kelas anggota band si Tio mulai berontak dan memilih untuk memisahkan diri dari Band. Ada yang memang sudah yakin bahwa industri musik bukan jalan hidupnya. Namun ada salah satu pentolan band yang memang berhasrat jadi musisi memilih untuk masuk ke dalam band yang lain. Ane tau, salah satu band dari Palembang salah satunya dari anggota mantan bandnya si Tio. Walau akhirnya dia pun bubar atau pisah juga. Si Tio semakin frustasi karena impiannya untuk punya band yang bisa melejit pun sirna.

Di saat terpuruk, si Tio mulai berperilaku mengumpet di rumahnya. Mungkin ada perasaan malu yang dirasakan oleh si Tio karena cita-cita dan rencana hidupnya untuk menjadi cowok paling keren dan legenda di sekolah, RUNYAM! Ortunya Tio mulai keresahaan melihat perangai Tio yang bahkan tidak mau membantu mereka jualan lagi. Sedangkan abangnya Tio pun sudah mulai tak bisa bersabar dengan perilaku aneh si Tio. Hingga akhirnya, si Rio membogem si Tio karena tidak mau menolong ortunya berjualan ke pasar. Si Rio sendiri lebih memilih tetap sabar dan menanti tes kedinasan lainnya karena sudah gagal di beberapa tes.

Di saat inilah si Tio mulai berfikir mencari tempat pelarian karena tidak mau lagi tinggal di rumah. Si Tio mulai kembali menghubungi beberapa teman dekatnya sewaktu sekolah. tentunya si Reza yang merupakan sahabat alias soulmate si Tio. Si Reza pun menawarkan si Tio untuk menyusulnya ke Jakarta. Memang si Reza memilih merantau ke Jakarta untuk bekerja sembari kuliah. Namun satu hal yang mengganjal dari pikiran si Tio adalah permasalahan biaya untuk ke jakarta dan juga izin dari orang tuanya untuk menyusul reza.
Entah karena si Reza yang memang sudah berpenghasilan atau duit dari orang tuanya, si Reza pun menyanggupi untuk membelikan tiket bus ke jakarta.

Untuk urusan izin ke ortunya Tio, si Reza memang jago untuk membujuk rayu orang tua. Seperti ane bilang di part 1, hampir setiap orang tua akan berhasil terbujuk dan menyukai Reza yang kemayu dan bermulut manis. Si ortunya Tio sebenernya agak berat untuk melepaskan Tio karena memang anak bungsu dan mungkin anak kesayangan. Namun, si Reza dan Tio berhasil meyakinkan ortunya untuk mengizinkan mereka merantau bersama di Jakarta. Apalagi memang sudah lama orang tua Tio mengenal baik si Reza dan selalu membantu kesulitan Tio. Salah satu yang dijanjikan oleh Reza ke orang tua Tio adalah akan membantu biaya kuliah si Tio bahkan mendaftar masuk ke dalam akedemi Pilot. Ortu Tio pun mendukung niat baik si Reza yang memang sudah dianggap sebagai anak.

Sejak saat itu, tinggallah Tio dan Reza dalam satu kos di Jakarta. Hingga 1 bulan kemudian, ortu Tio mulai menanyakan perkembangan Tio dan kehidupannya di Jakarta. Tentu sebagai orangtua normal, keluarga Tio pun sangat khawatir dengan Tio tinggal di Jakarta yang pergaulannya sangatlah bebas. Orang tua Tio pun mulai menanyakan apa kegiatan si tio, bagaimana rencana kuliahnya, apa sudah mulai dan sebagainya. Namun yang didapat oleh keluarga Tio hanya balasan sms bahwa semua baik2 saja dan sekarang sedang berusaha untuk dapat hidup di Jakarta. Berulangkali ortu Tio berfirasat tidak enak, meminta si TIo untuk pulang saja dan sekolah di Palembang. Namun si Tio menolak dan mengatakan tidak akan pulang sebelum sukses.

hingga lebaran pun si Tio tidak mudik ke Palembang bahkan tidak memberikan kabar apapun. Hal ini membuat keluarga Tio semakin heran dan juga berang. Melihat gelagat yang semakin aneh dan tidak ada berita, ortunya tio meminta Rio untuk mengecek ke rumah ortunya Reza untuk menanyakan kabar dari mereka. Walah dalah, rupanya Reza pun sudah tidak berkabaran dengan ortunya bahkan sudah meminta si Reza untuk pulang ke palembang. Sudah hampir 1 tahun ortunya Reza sudah tidak mengirimkan uang ke Reza. Bahkan, ortunya Reza sudah mengusir secara halus kalau sampai lebaran tidak pulang dengan alasan apapun, maka jangan pernah menginjakkan ke rumah lagi. Lebih keras lagi, ortunya reza bahkan sudah mengatakan tidak akan pernah menganggap Reza sebagai anak lagi.

Bak bunyi petir menggelegar, informasi dari ortunya Reza benar2 memukul keluarga Tio. Tentu sebabnya tidak menyangka perilaku manis dan berusaha mengambil hati ortunya TIo dan keluarga sangat bertentangan dengan watak membangkang ke ortunya Reza sendiri. Si Rio benar2 tak habis pikir dan juga kehilangan akal bagaimana bisa menghubungi Tio dimana Reza sebagai satu2nya orang yang bisa jadi saluran komunikasi keluarga.

Si Rio mulai berkelana keliling ke rombongan si Tio sewaktu sekolah. Ke setiap anggota band, ke sekolah bahkan ke setiap orang yang pernah dekat sama si Tio. Semua tidak ada yang tau dan pernah berkomunikasi dengan Tio apalagi ke Reza anak aneh di sekolah. Hingga akhirnya, si Rio menghubungi Anis dan menanyakan apakah dia sempat berkomunikasi dengan Reza. Si Anis pun tak yakin bahwa nomer hape yang pernah disimpan masih aktif, namun tetap dicoba. Alhamdulilaah, ternyata ketika disms, rezaa pun membalas Anis.

Rasa senang dan bahagia langsung menyelimuti Rio namum mereka harus hati2 karena jangan sampai curiga bahwa si Anis menghubungi Rezaa bukan karena kangen tapi karena suruhan keluarga tio. Si Anis dan Rio pun mengatur strategi untuk membiarkan Anis ngobrol2 biasa karena si Reza sangat senang bergosip ala cewek2. Reza sangat merasa nyaman dan aman ngobrol sama si Anis karena memang si Anis anak lugu dan tidak banyak bergaul di sekolah apalagi dengan rombongan si Tio.

Hingga akhirnya si Anis memberi tau bahwa dia ingin ke Jakarta bareng ortunya dan pengen mampir ketemuan dengan Reza. Si Reza pun dengan senang hati memberi tau lokasi ketemuan yang dekat dengan kosannya. Memang si Reza sangat culas, dia tidak mau memberi tau lokasi kosannya karena memang sepertinya menyembunyikan sesuatu, apalagi kalau bukan si Tio. setelah tau lokasi reza, si Anis pun memberi tau ke Rio. Rio pun langsung menghubungi teman yang kuliah di Jakarta untuk survei daerah yang disebutkan. berbekal dengan informasi sekitar, dan sangat beruntung rupanya ketika bermotor keliling, si Ahmad salah satu teman Tio yang kenal Reza melihat si Reza berjalan ke arah gang kecil. Besar kemungkinan ke arah kosan. Setelah memastikan si Reza masuk ke dalam salah satu kosan, si Ahmad pun pulang dan mengabarkan ke Rio.

Setelah tau lokasi pasti kosan Reza dan Tio, si Rio langsung memberi tahu ortunya dan segera berangkat ke Jakarta. Kebetulan, si Anis memang sudah kuliah di Jakarta jadi meminta si Anis untuk menemani ke lokasi kosan Reza. Anis menyetujui, dan mereka berduaa menyambangi langsung ke kosan. Anis ingat betul saat itu hari minggu sekitar jam 2 siang, mereka berdiri tepat di depan pintu kamar kosan si Reza. Setelah sebelumnya si RIo meminta izin ke pemilik kosan kalau nanti akan ada keributan karena ingin menarik paksa adiknya untuk pulang ke rumah. Si Rio pun mengintip lewat kaca jendela yang terbuka sedikit.

"astagfrullah", ujar Rio
istigfar si Rio membuat Anis kebingungan dan penasaran dengan apa yang diintip oleh Rio.
Si RIo tak membalas meskipun Anis berusaha menanyakan apaa yang dilihat Rio. Si Rio yang memang berbadan gempal langsung menerjang pintu dan terbuka paksa. Disitu terpampang adegan yang sangat tidak disangka oleh Anis. Si Tio sedang dipeluk dari belakang oleh Reza yang sedang bobok siang bareng. Yang jadi masalah adalah, mereka cuman bersempak doang .
Pikiran praktek tusuk rudal dari belakang pun sudah pasti terlintas oleh Rio. Si Rio langsung naik pitam dan menghajar Reza dan Tio. Anis sempat berteriak karena Rio sangat beringas.

"Sudah kau sekarang pulang dengan aku, aku tak mau tau, ambil semua pakaian kau, dan kau jangan pernah lagi aku lihat berhubungan dengan adik aku, kalau tak mau aku hajar lagi", ujar Rio yang mengacungkan bogem ke arah Reza
menurut Anis, si rezaa pecah bibirnya dan anehnya mereka seperti tidak malu ketika ke-gap sedang bersempak ria sambil berpelukan. Si Tio tampak seperti orang linglung dan seperti enggan untuk pulang. Anis melihat si Tio benar2 seperti orang aneh dan linglung. Si Tio bahkan sempat melihat sesekali ke arah Rio dan seperti tak mengenali abangnya sendiri. Si RIo langsung memaksa si TIo untuk alfatihah dan mengucapkan syahadat.

Si Tio hanya menurut dan akhirnya tertunduk lesu apalagi setelah melihaat di depan pintu ada Anis yang dia kenal dan pernah ditaksir. Si Tio benar2 mati kutu dan malu. Si Anis cuman menyarankan agar Tio untuk segera ikut Rio karena jangan sampai semakin heboh. Apalagi suara si Rio yang sudah menggelegar dan berteriak2. Si Tio menangis dan meminta supaya Anis dan Rio menunggu di luar sembari mereka berpakaiaan dan bersiap. Ketika berpamitan, si Rezaa pun memohon untuk Tio jangan pergi dari kosan. Mendengar permintaan Reza, si RIo pun emosi dan hendak masuk ke kamar kembali menghajar si Reza. Akhirnya mereka meninggal Reza yang masih bersempak di dalam kamar. Tio dan Rio pun berpisah dengan Anis dan langsung menuju ke terminal bus untuk segera balik ke Palembang.

Sesampai di Palembang, tentu tangis dan emosi mewarnai kepulangan Tio. Namun Rio masih menutupi segala kejadian yang disaksikan di kosan Reza. Bak pemain gulat smack down yang hanya bersempak di atas kasur, namun mungkin pertarungan yg terjadi sama2 berkeringat tapi penuh kemesrahan antara Reza dan Rio . Haru pilu melihat Tio sudah pulang, memberikan kebahagiaan dan juga sedikit banyak meredam gosip2 dan pertanyaan dari para tetangga. Namun berbeda dengan ekspresi si Tio yang hanya lempeng dan tidak terlalu rindu sama keluarganya.

Beberapa hari kemudian, melihat si Tio yang tak ada gairah hidup. Apalagi memang banyak sanak famili dan tetangga yang ingin tau tentang si Tio, membuat keluarganya juga serba salah. Tak dapat dipungkiri, ada yang tidak beres dengan Tio. Berulangkali keluarga Tio sudah memberikan nasehat dan motivasi untuk tetap semangat meraih cita2. Masih terlalu muda untuk patah semangat. Memang, sudah banyak rombongan ane waktu itu yang sudah berpakaian kedinasan dan sudah bekerja. Atau ada yang lanjut sekolah, sedangkan tio masih belum bisa merealisasikan keinginan dan cita2nya.

Melihat kondisi Tio yang semakin muram dan seperti tidak ada gairah hidup, Ibunya Tio berinisiatif untuk mengajak liburan ke jawa tengah. Hitung2 biar membawa Tio jauh dari tatapan para tetangga dan juga memberikan kesegaran pikiran bagi Tio. Mereka pun berlibur ke jawa tengah dan tinggal di salah satu sanak famili. Melihat gelagat Tio yang aneh, salah satu keluarga menyarankana untuk diobati ke orang pintar. Namun ada juga yang menyuruh berobat ke rumah sakit. Semua diikuti oleh keluarga Tio dan masih belum ada hasil.

Hingga tak lama diketemukan dengan salah satu famili yang punya ilmu supranatural yang lumayan hebat. Si Tio pun seperti dibius atau dihipnotis untuk membuka alam bawa sadar Tio. Disitu si Tio mulai menyebut2 nama Reza namun dengan panggilan sayang bak pacaran. Tentu, keluarga Tio sangat syok dan ga mengerti maksud dari Tio. Namun si Rio sudah tau bahwa ada hubungan perbatangan spesial antara TIo dan Reza. Si Rio pun mau tak mau membongkar semua cerita kejadian ketika dia menjemput TIo di Jakarta.

Rasa emosi dan sedih bercampur di pelupuk mata ibunya Tio. Sedangkan bapaknya Tio yang memang sangat keras mendidik Tio pun langsung pingsan dan tak sudi melihat Tio lagi. Melihat kondisi kesehatan bokap Tio yang sudah tidak lagi prima karena sudah dimakan usia, Rio memutuskan untuk balik duluan ke Palembang bareng bokapnya. Sedangkan Ibu si Tio menemani Tio hingga selesai proses penyembuhan Tio hingga kembali Normal.

Namun 1 minggu kemudian, ayah Tio meninggal dan sempat dilarikan ke rumah sakit namun hanya koma hampir 3 hari. Dokter pun berujar sebenarnya masih ada harapan buat ayah Tio untuk bisa sadar. Namun, sepertinya ayah Tio benar2 tidak ada semangat untuk hidup lagi menurut Dokter. Tidak mau makan, tidak mau ngomong, pokoknya serba tidak ada semangat hidup lagi. Mental bapak tio benar2 kecewa apalagi bapaknya termasuk yang sudah fokus menjadi seorang yang Alim.

Ibunya segera ingin pulang, namun Tio tetap tidak mau pulang walaupun tau ayahnya sudah Tiada. Si tio akan menyusul nanti setelah tujuh harian. Walau dengan berat hati akhirnya ibu Tio pulang sendirian. RIo semakin emosi setelah tau adiknya tidak mau pulang melayat ayah kandungnya sendiri. Setelah beberapa hari, barulah si Tio pamitan untuk balik ke Palembang.

Namun yang menjadi misteri, si tio tak pernah kembali ke Palembang. Menurut cerita, sejak diobati memang si Tio sudah aktif dengan rombongan organisasi pendakwah yang keliling2 nusantara. Memang, ane tau bahwa salah satu rombongan begini tak akan pulang ke rumah bak lenyap di telan bumi. Ikatan keluarga menjadi tidak penting, hidup hanya untuk berdakwah. Ane pun sempat diajak, modusnya adalah mengajak keluar setelah subuh ke salah satu daerah di pegunungan. Kemudian di cuci otaknya dan jadilah seperti mereka, yang bisa tergabung organisasi teroris. Selalu ba'da subuh biar ga kelihatan orang. Namun ane tentu tak pernah terbujuk. Sasaran organisasi begini adalah anak muda yang rajin ke mesjid dan menyendiri. Ada juga orang pintar yang pernah dimintai tolong bahwa si Tio bukan ikut organisasi ini tapi pergi ke pegunungan dan telah wafat. Dia telah dinikahi oleh sebangsa jin yang terpikat dengan ketampanannya. Apalagi memang si Tio secara mental sudah sangat tak ada gairah hidup.

Setelah berupaya mencari dengan meminta pertolongan Polisi, tak ada jejak bahkan informasi secuilpun yang bisa didapat. Hingga akhirnya, keluarga Tio memutuskan untuk melupakannya. Bahkan terkesan menganggap tidak pernah memiliki Tio dalam Keluarga.

"Ingat Wak janji kau, makanya aku tak mau kau cerita2 ke siapapun, cuman kau aku dan keluarga Tio yang tau tentang ini", ujar Anis
Ane pun mengangguk dan begitulah kisah Misteri Tio
TAMAT