RADAR JOGJA – Ribuan pengendara ojek online (ojol) yang tergabung dalam Paguyuban Gojek Driver Jogja (Pagodja) menggelar aksi di depan Kantor Gojek Jogjakarta. Mereka menuntut agar penetapan tarif sesuai instruksi pemerintah Rp. 7.200,-. Saat ini tarif minimal untuk setiap jasa adalah Rp. 6.400,-.

Ketua Umum Pagodja Handriyanto menuturkan kondisi ini telah berlangsung selama 3 bulan. Dengan tarif minimal tersebut, para pengemudi merasa keberatan. Selain beban kerja juga tak sesuai dengan biaya operasional.

“Tuntutannya tarif, bahwa tarif harus dimanusiawikan dan jenjang level ditiadakan. Lalu skema tarif 24 jam,” jelasnya ditemui di kawasan Stadion Kridosono Kota Jogja, Kamis (24/3).

Para pengemudi, lanjutnya, mengeluhkan potongan 6ang terlalu besar. Dalam pertemuan sebelumnya, perjanjian sebesar 20 persen. Faktanya setelah berjalan justru diatas 20 persen.

Kondisi ini justru menjadi dilema bagi para pengemudi. Konsumen mengira bahwa tarif tersebut telah sesuai. Perang tarif antar aplikator juga menjadi salah satu penyebabnya.

“Customer itu menyangka dapat besar tapi kami kita dapatnya kecil. Kesepakatan pengaturan dari pemerintah itu Rp. 7.200,- yang sekarang Rp. 6.400,- bahkan aplikator lain sampai Rp. 3.000,- . Itu kan tidak manusiawi, kondisi ini sudah sejak 3 bulan yang lalu,” bebernya.

Tarif ini berdampak signifikan terhadap pengemudi ojol. Ditambah situasi Pandemi Covid-19, membuat pemasukan tak pasti. Cenderung turun baik untuk penumpang maupun jasa lainnya.

“Ya dengan pandemi orderan sudah semakin turun ditambah ongkos juga semakin turun, ya kami sangat pas-pasan dan bahkan untuk kehidupan sehari-hari kurang,” curhatnya.

Walau begitu, Handriyanto memastikan tak ada aksi mogok. Usai menyampaikan uneg-uneg, operasional berlangsung normal. Aksi ini sebagai upaya agar keluhan didengarkan oleh manajemen aplikator.

Aksi berlangsung damai dan aman. Diawali dengan kumpul di kawasan Stadion Kridosono Kota Jogja. Selanjutnya menuju Kantor Gojek di Jalan Imogiri Timur, Giwangan Kemantren Umbulharjo, Kota Jogja.

“Kami enggak ada upaya mogok atau apapun yang jelas kami juga menghargai teman-teman yang harus menghidupi dapurnya. Akan mencari cara agar sama-sama enak,” ujarnya. (Dwi)

link




Para pengemudi, lanjutnya, mengeluhkan potongan 6ang terlalu besar. Dalam pertemuan sebelumnya, perjanjian sebesar 20 persen. Faktanya setelah berjalan justru diatas 20 persen.

Kondisi ini justru menjadi dilema bagi para pengemudi. Konsumen mengira bahwa tarif tersebut telah sesuai. Perang tarif antar aplikator juga menjadi salah satu penyebabnya.

“Customer itu menyangka dapat besar tapi kami kita dapatnya kecil. Kesepakatan pengaturan dari pemerintah itu Rp. 7.200,- yang sekarang Rp. 6.400,- bahkan aplikator lain sampai Rp. 3.000,- . Itu kan tidak manusiawi, kondisi ini sudah sejak 3 bulan yang lalu,” bebernya.