Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
HMAS Adelaide Mati Listrik, Membuat Kapal Terdampar di Tonga Selama Berminggu-minggu
Quote:


Apes betul nasib 600 kru dari kapal Landing Helicopter Dock (LHD)HMAS Adelaide, selama lebih dari seminggu mereka harus 'terdampar' di negara kecil bernama Tonga yang berada di kawasan Pasifik. Hal itu terjadi lantaran listrik di kapal mati total, menurut laporan Kementerian Pertahanan Australia, beberapa kru harus tidur di dek kapal; lantaran AC di dalam kapal mati.

Kedatangan kapal tersebut ke Tonga dalam rangka mengirim bantuan kemanusiaan terkait bencana letusan gunung berapi dan tsunami pada 14 Januari 2022 lalu. HMAS Adelaide sendiri kemudian tiba di Tonga pada 26 Januari 2022. Saat tiba tercatat 23 kasus Covid dilaporkan di kapal tersebut.

Meski demikian, kapal pendarat amfibi itu berhasil menyelesaikan pembongkaran 88 ton muatan tanpa kontak ke Vanu Wharf di Nuku’alofa. Setelah pembongakaran selesai, Menteri Kesehatan Tonga, Saia Piukala; mengatakan bahwa HMAS Adelaide akan segera berangkat kembali. Akan tetapi saat kapal hendak berlayar justru mengalami mati listrik, sehingga kapal tak bisa meninggalkan Tonga.


Penyebabnya Masih Belum Diketahui


Saat ini penyebab padamnya listrik di kapal perang terbesar milik Australia itu masih belum diketahui, tapi kabar baiknya kini Adelaide sudah berhasil meninggalkan Tonga dan kembali ke rumah pada 9 Maret 2022. Menurut keterangan Kementerian Pertahanan Aistralia, setelah padamnya listrik, daya cadangan sebenarnya telah diaktifkan. Sehingga fungsi-fungsi penting seperti sistem pendingin dan sanitasi telah berjalan. Akan tetapi daya cadangan itu pun pada akhirnya ikut padam, sehingga kapal mengalami pemadaman listrik total.

Sementara itu Laksamana Noonan menduga jika matinya listrik tersebut sebagai akibat dari udara dan air sarat abu hasil letusan gunung, sehingga menyebabkan peningkatan suhu di beberapa sistem di kapal; yang mungkin berkontribusi pada kegagalan daya listrik.

Laksamana Muda Wendy Malcolm, kepala Sistem Maritim di CASG, kemudian mengungkapkan bahwa generator diesel kedua yang dihidupkan juga terlalu panas dan mati. Namun, dalam kasus ini kerusakan pada sensor dicurigai; di mana hal itu membuat generator menjadi cepat panas. Sementara itu perwakilan teknisi dari perusahaan pembuat kapal yang tiba di Tonga pada akhirnya mampu memulihkan tenaga listrik pada kapal, sehingga kapal bisa berlayar kembali


Kapal Besar yang Bermasalah


Dianugerahi gelar sebagai kapal terbesar di kawasan Asia Selatan, nyatanya tak membuat kapal ini lepas dari yang namanya masalah. Pada bulan Mei 2017, tak lama setelah ditugaskan; kapal pertama yakni HMAS Canberra menjalani pemeriksaan menyeluruh karena teridentifikasi masalah pada sistem propulsinya. Awalnya hanya Canberra saja yang harus diperiksa, tetapi pada perkembangannya sang adik Adelaide juga harus menjalani inspeksi. Dulu masalah pada kedua kapal itu yakni ditemukannya pecahan-pecahan logam di dalam tangki sistem pelumas mesin.

Sebenarnya kedua kapal ini termasuk kapal baru, di mana HMAS Canberra bertugas pada November 2014 dan HMAS Adelaide bertugas pada bulan Desember 2015. Namun, kedua kapal belum dinyatakan beroperasi penuh waktu itu. Kedua kapal lantas ditempatkan di Fleet Base East, tak jauh dari kota Sydney.

Sedikit cerita dari Canberra Class, kapal LHD ini merupakan kapal rancangan terbaru. Di mana basis desainnya mencomot desain LHD Juan Carlos milik Angkatan Laut Sapnyol. Pembangunan kapal dilakukan dua kontraktor berbeda, di mana bagian lambung kapal dibangun oleh Navantia di Spanyol. Sementara bagian atas (superstructure) dibagun oleh BAE Systems Australia. Pembangunan kapal berlangsung antara tahun 2009 sampai 2015.


Quote:



Canberra Class punya filight deck dengan ukuran 202,3 x 32 meter, membuatnya sanggup di darati enam helikopter angkut berat sekelas CH-47 Chinook. Canberra Class juga dilengkapi ski jump untuk akomodasi pesawat STOVL F-35B. Namun, Canberra Class saat ini tidak dilengkapi pesawat F-35B.

Meski Australia sudah membatalkan pembelian F-35B, kapal ini sebenarnya telah dirancang untuk dapat membawa 12 unit F-35B. Jika digunakan sebagai kapal induk helikopter, flight deck dapat menampung delapan helikopter ukuran sedang seperti S-70B Seahawk/MRH-90. Termasuk kapasitas di hanggar, maka Canberra Class bisa membawa 18 helikopter ukuran sedang. Kapal berbobot 27.500 ton dan punya panjang 230,82 meter.

Canberra Class total dapat membawa 1.000 pasukan, 4 unit LCU (Landing Craft Utility), dan 150 kendaraan tempur termasuk Main Battle Tank M1 Abrams. Sistem propulsi Canberra terdiri dari satu generator turbin uap GE LM2500, dua generator diesel Navantia 16C32/40, dan dua Siemens POD azimuth. Kapal ini dapat melaju dengan kecepatan 20,5 knot, menempuh jarak 15.000 km pada kecepatan 15 knot; serta bisa menempuh jarak 17.130 km dengan kecepatan 12 knot.



Kanguru VS Naga


Setelah terbentuknya Pakta AUKUS dan diumumkannya keputusan Australia untuk memiliki kapal selam nuklir, hubungan kedua negara ini memang terus memanas. Dan demi menunjukkan eksistensi dan pengaruhnya di kawasan Pasifik, baik China dan Australia terus melakukan pendekatan kepada beberapa negara kecil di kawasan pasifik.

Dan kebetulan saat bencana alam melanda Tonga, baik China dan Australia sama-sama mengirimkan bantuannya ke negara tersebut. Pada 28 Januari dua pesawat angkut Y-20 dari Angkatan Udara China tiba di Tonga, mengirimkan 33 ton bantuan logistik termasuk makanan, air bersih, penjernih air dan tenda. Sementara pada 31 Januari 2022, China mengirim kapal pendarat amfibi Type 071 "Wuzhishan" dan kapal suplai komprehensif Type 901 "Chaganhu" untuk misi bantuan kemanusiaan ke Tonga dengan muatan 1.400 ton logistik. Yang menarik, saat kapal-kapal China datang ke Tonga; mereka lantas bertemu kapal sang rival yang masih terdampar di pulau tersebut.

Beberapa minggu setelah kapal China datang, media China Global Timespada 21 Februari 2022 lantas melaporkan jika HMAS Adelaide telah mengalami gangguan listrik yang signifikan ketika melakukan operasi kemanusiaan di Tonga. Berita itu lantas dibantah langsung oleh Departemen Pertahanan Australia, yang mengatakan jika apa yang diberitakan media China itu tidak benar.

Jauh sebelum insiden ini, kedua negara terlebih dahulu terlibat masalah di Laut Arafura. Di mana Australia menuduh kapal milik PLAN telah menembakkan sinar laser kepada pesawat patroli maritim P-8A Poseidon milik Australia pada hari Kamis (17/02/2022). Dan atas tuduhan itu, China dengan tegas membantahnya. China secara tegas mengatakan jika apa yang mereka lakukan sudah sesuai prosedur, karena pesawat maritim Australia terbang terlalu dekat dengan kapal PLAN.


Quote:






Referensi Tulisan: Global Times, indomiliter.com& abc.net.au
Sumber Foto & Ilustrasi: sudah tertera di atas
indrag057
ahmadzwd
garpupatah
garpupatah dan 24 lainnya memberi reputasi
25
7.6K
60
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
yosefulAvatar border
yoseful
#4
Waduh..... Abu2 bekas gunung berapi trnyata bs bikin mogok listrik tuk LHD warship milik aussie yg sebesar itu di sono, gan..... Seram jg ya.... Untung kasus tsb bs cepat diatasi ama ABK nya tuk sementara waktu di situ.....
Gailham
eyefirst2
si.matamalaikat
si.matamalaikat dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup