Saat Perang Dingin terjadi sebelum tahun 1990, orang Ukraina dan orang Rusia bersatu dalam sebuah negara federasi yang bernama Uni Soviet. Namun, pada tahun 1991, Ukraina menginginkan kemerdekaan atas Uni Soviet. Mereka seperti suami istri yang resmi bercerai dan ingin membangun hidup mereka masing-masing.

Sekarang, meskipun mereka sudah berpisah dan memilih jalan hidup masing-masing, mereka berdua malah seperti mantan suami istri yang saling curiga satu sama lain karena adanya ketidakpercayaan diantara keduanya. Ukraina merasa bahwa Rusia masih tidak rela akan perpisahannya dengan Ukraina, karena pembentukan Commonwealth of Independent States (CIS). Ukraina menganggap CIS adalah upaya Rusia mengendalikan negara-negara di bawah Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet. 
*Lagi-lagi masalah harta gono gini
Pada tahun 1997, kedua negara ini mencoba memperbaiki hubungan mereka dengan cara menandatangani perjanjian persahabatan.  Hasil dari perjanjian tersebut, Rusia diizinkan untuk mempertahannkan kepemilikan sebagian besar kapal di armada Laut Hitam yang berada di Krimea, Ukraina. Meskipun begitu, Rusia tetap harus membayar biaya sewa karena mereka menggunakan Pelabuhan Sevastopol di Ukraina. Cukup adil menurutku.
*Eh, cek cok lagi
Pada tahun 2014, mereka berdua betengkar lagi. Hal itu dikarenakan adanya massa antipemerintah di Ukraina yang berhasil melengserkan presiden Viktor Yanukovych. Presiden yang dianggap pro dengan Rusia. Namun akhirnya mereda pada tahun 2015. Mereka berdua mencoba memperbaiki hubungan lagi dengan memunculkan kesepakatan Minsk I & II.[2]



Karena niat yang terbersit inilah yang membuat Rusia marah. Rusia cemburu karena melihat semakin romantisnya hubungan Ukraina dengan Uni Eropa dan NATO ini.
Rusia masih belum bisa melupakan bayangan masa lalu tentang betapa hebatnya Rusia kala itu yang masih bernama Uni Soviet. Meskipun Rusia marah, Rusia masih menahannya dan memberikan syarat yang menjamin keamanan Rusia. Rusia meminta NATO dan Uni Eropa menghentikan kegiatan apel (aktivitas militer) mereka ke Ukraina dan di Eropa Timur. Dan Rusia juga meminta agar NATO dan Uni Eropa menolak cinta Ukraina terhadap mereka berdua. Bagi Rusia, itu adalah hal yang tabu.


Bagi Rusia, NATO dan Uni Eropa mengambil kesempatan kepada Ukraina yang ingin mendekati mereka. NATO dan Uni Eropa menggunakan kesempatan itu untuk sedikit demi sedikit mengekspansi diri di daerah federasi Rusia. Infrastruktur NATO semakin dekat dengan perbatasan Rusia. Dan masih dari sudut pandang Rusia, Ukraina hanya dijadikan alat saja untuk kemudian dijadikan isu mengobarkan informasi perang terhadap Rusia. Tujuannya untuk menciptakan ketegangan di perbatasan Rusia-Ukraina.

Karena kondisi itulah, Rusia bersikap tegas terhadap penduduk mereka. Siapa saja yang memprotes akan tindakan Rusia terhadap Ukraina, akan mereka tangkap. Bahkan anak kecil seperti ini juga ditangkap hanya karena membawa kertas bertuliskan "No to War".