Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

warkopmamanAvatar border
TS
warkopmaman
Amerika Serikat Mesti Tanggungjawab Perang Saudara Indonesia Tahun 1965 – 1974


Judul Kepanjangan, Judul Aslinya: AS dan Barat Mesti Tanggungjawab Perang Saudara Indonesia, 1965 – 1974

JAKARTA - Pengurus Dayak Internasional Organization (DIO) Wilayah Indonesia, Tobias Ranggie SH, mengingatkan Amerika Serikat dan Barat dalam North Atlantic Treaty Organization (NATO), mesti pula bertanggungjawab terhadap perang saudara di Indonesia periode 1965 – 1974.

Perang saudara itu, dengan dalih penumpasan Partai Komunis Indonesia yang menelan jutaan manusia tidak berdosa, memperalat organisasi kemasyarakatan binaan Tentara Nasional Indonesia, terutama di Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Dikatakan Tobias Ranggie, Federasi Rusia melakukan operasi militer khusus di Donbass, Ukraina timur, sejak Kamis, 24 Februari 2022, akumulasi dari sikap sombong dan arogan Amerika Serikat dan NATO yang tidak bisa dihentikan negara manapun di dunia, di dalam menciptakan instabilitas keamanan pada sebuah kawasan.

“Dunia internasional sekarang, wajib meminta pertanggungjawaban moral Amerika Serikat dan NATO. Sejak Perang Dunia II, 1941 – 1945, baru Federasi Rusia yang berani menghadang kebrutalan Amerika Serikat dan NATO. Ukraina itu proxy Amerika Serikat an NATO di Eropa timur,” kata Tobias Ranggie, Sabtu, 5 Maret 2022.

Diungkapkan Tobias Ranggie, dalam banyak literature dan penelitian ilmiah, Gerakan 30 September 1965, merupakan operasi Central Inteligence Agency (CIA) Amerika Serikat, dalam menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno (17 Agustus 1945 – 12 Juni 1967), dimana kemudian dipersepsikan sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia.

Atas dasar itu pula, setelah Jenderal Soeharto menjadi Presiden Indonesia didukung Amerika Serikat, periode 1 Juli 1967 – 21 Mei 1998, dilakukan penangkapan dan pembunuhan sejumlah pihak yang dituding sepihak terlibat Partai Komunis Indonesia yang jumlahnya jutaan manusia tidak berdosa.

Di Provinsi Kalimantan Barat, dalam rangka operasi penumpasan Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara, masyarakat Suku Dayak diperalat Tentara Nasional Indonesia dukungan Amerika Serikat, mengusir masyarakat Tionghoa dari pedalaman dan perbatasan.

Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara, paramiliter dibentuk Presiden Soekarno, untuk berperang melawan kepentingan Inggris di Sabah dan Sarawak, karena bentuk protes Indonesia kedua wilayah itu digabungkan dengan Federasi Malaysia tahun 1963.

Perang Indonesia dengan kepentingan Inggris, berakhir tahun 1966, dimana Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara, ditumpas secara militer oleh Indonesia, dan warga Tionghoa yang berada di perbatasan harus diusir, karena dinilai terlibat dalam mendukung aktifitas Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara.

Penumpasan Partai Komunis Indonesia dinyatakan selesai setelah Sayyid Ahmad Sofjan, salah satu pihak yang dituduh Partai Komunis Indonesia, ditembak mati di Terentang, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat, 14 Januari 1974.

Selain di Indonesia, ujar Tobias Ranggie, Amerika Serikat dan Barat, telah menciptakan instabilitas keamanan di Timur Tengah, sehingga terjadi perang saudara di Suriah, Yaman, Libya dan Iraq, dalam merampok sumberdaya alam berupa minyak bumi dan gas.

Malah tahun 2003, Amerika Serikat dan NATO, menyerbu Iraq, dengan dalih Presiden Sadam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Tapi hasil investigasi sampai tahun 2011, tidak ditemui senjata pemusnah massal, tapi sudah terlanjur jutaan manusia tidak berdosa tewas di Iraq, Yaman, Libya dan Suriah.

Belum cukup menciptakan instabilitas keamanan di Asia Tenggara dan Timur Tengah, komplotan Amerika Serikat dan NATO melakukan ekspansi ke Eropa timur dengan merekrut anggota negara pecahan Union of Soviet Socialist Republic (USSR) sejak 25 Desember 1991, termasuk Ukraina.

Ekspansi Amerika Serikat dan NATO ke Eropa timur, sudah diprotes Federasi Rusia sejak tahun 2008, karena sebagai ancaman kedaulatan Rusia, tapi tidak dihiraukan sehingga Federasi Rusia menyerang Ukraina sejak Kamis, 24 Februari 2022, dimana dicatat sebagai perang di Benua Eropa terbesar dalam sejarah.

Dikatakan Tobias Ranggie, Amerika Serikat dan NATO, tidak berani berhadap-hadapan langsungan dengan Federasi Russia, karena negara bekas USSR, itu, unggul dari persenjataan nuklir dan riset ruang angkasa.

“Setelah Ukraina dibiarkan sendiri dihajar babak-belur oleh militer Rusia, lucunya Amerika Serikat dan Barat sibuk minta dukungan dunia internasional untuk mengecam Rusia. Tapi bagaimana dengan sikap brutal Amerika Serikat dan Barat yang pernah dilakukan di Indonesia, Libya, Yaman, Suriah dan Iraq?” tanya Tobias Ranggie.*

https://www.suarapemredkalbar.com/re...esia-1965-1974

Nah, ini menarik, lantas bagaimana tidak lanjutnya? Apakah bisa kita menuntut AS?
InRealLife
nowbitool
Exorcizm
Exorcizm dan 9 lainnya memberi reputasi
4
1.9K
65
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
windmilzAvatar border
windmilz
#2
Lah pas moneter, IMF bikin ekonomi indonesia makin hancur mank dikira ga ada sangkut paut nya amerika..
nowbitool
dafunk85
dxbike
dxbike dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup