Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
Suka Duka Pemancing  [kumpulan cerpen kisah para pemancing]


 Siapa yang tak kenal memancing? Tentu semua orang sudah familiar dengan hobi yang satu ini. Sensasi perlawanan ikan yang berusaha melepaskan diri dari kail, sangat ditunggu oleh para pemancing. Bahkan banyak yang tak segan mengeluarkan dana yang besar hanya untuk merasakan sensasi tarikan ikan.

 Sebagian besar orang menganggapnya sebagai hobinya orang malas, tapi sebagian lagi menganggap mancing itu bisa melatih kesabaran. Tapi kenyataannya malah bertolak belakang, hanya orang sabar saja yang betah memancing berjam-jam. 

 Tapi ternyata hobi memancing juga tak luput dari kejadian konyol, lucu, misterius, horor dan bahkan tragis. Dan disini TS mencoba merangkumnya dalam suatu kumpulan cerpen kisah para pemancing dan semua kejadian yang dialami pemancing saat berusaha menangkap ikan, baik cuma untuk sekedar hobi, maupun untuk lauk buat makan malam.

 Kisah ini diambil dari cerita-cerita para pemancing, ditambah dengan banyak bumbu-bumbu fiksi. Semua nama tokoh dan nama tempat telah disamarkan. Jadi sekiranya ada kesamaan nama dan tempat, maka itu adalah suatu kebetulan saja.

Selamat membaca..



-----------------------------------




Terima Kasih


 Kriing..! Kriiingg..! Kriing…!

 Edi terbangun oleh bunyi jam weker di meja dekat tempat tidur. Memang Edi adalah orang yang nyentrik, dia lebih memilih jam weker yang ada gambar ayam mengangguk-ngangguk, daripada memakai alarm di smartphone nya. Untuk beberapa saat Edi tertegun heran.

 Bukan karena bunyi jam weker yang bikin Edi heran, karena bunyi jam weker dari dulu juga gitu-gitu aja. Edi heran karena saat itu masih jam tiga pagi! Jadi buat apa dia memasang alarm di pagi buta gini?! Lalu dia ingat kalo hari ini adalah hari minggu, dan dia sudah janjian mau memancing bersama pak Bejo di waduk utara.

 Edi mengendap-endap keluar kamar dengan perlahan agar tidak membangunkan istrinya. Karena kalau istrinya sampai ikut kebangun, maka rencana memancing hari itu akan gagal total, tentu saja istrinya tidak akan mengizinkannya untuk berangkat memancing.

 Setelah menyiapkan semua peralatan tempurnya untuk menangkap ikan, Edi gas motor hond*  bututnya menuju ke rumah pak bejo. Hawa sangat dingin menerpa, hingga dia harus pelan-pelan menjalankan motornya. Sepuluh menit perjalanan, sampailah di rumah pak Bejo, ternyata dia sudah menunggu di depan rumahnya.

Quote:


 Dengan berboncengan, mereka berangkat menuju ke waduk, membelah jalanan yang masih sangat sepi dan sedikit berkabut. Kali ini tehnik memancing yang mereka gunakan adalah tehnik yang sering disebut sebagai 'nyobok',dengan tangkai pancing yang sangat panjang yang sering disebut 'tegek', umpan yang dipakai adalah lumut, dan pemancing harus nyemplung ke air sampai sedalam dada. Ikan yang ditarget adalah ikan nila.





 Singkat cerita, mereka sampai di pasar kerbau. Meskipun baru jam 5 pagi dan matahari belum terbit, tapi pasar itu sudah sangat ramai, banyak juga para pemancing yang membeli peralatan disitu, hingga Edi dan pak Bejo harus ikut berdesakan untuk membeli lumut.

 Setelah mendapat lumut, mereka mampir di salah satu warung untuk sarapan, juga membeli nasi bungkus dan lauk untuk makan siang nanti. Beres semua urusan di pasar itu, mereka lanjut lagi perjalanan menuju ke lokasi pemancingan.

 Matahari sudah tampak di ufuk timur saat mereka tiba di pinggiran waduk. Tanpa buang waktu mereka pun mulai menyiapkan semua peralatan pancing tehnik 'nyobok'. Setelah meninggalkan tasnya di pinggir waduk, Edi langsung nyemplung ke air untuk mulai mancing, sedangkan pak Bejo masih duduk santai sambil merokok. Mendadak Edi terpekik saat kakinya menyentuh air waduk.

Quote:


 Kepalang tanggung, celananya Edi sudah basah, jadi dia nekat terusin berjalan dengan memijak di dasar air. Setelah air sudah sedalam dada, Edi mulai menebar lumut alias 'ngebom', hal ini bertujuan untuk memancing ikan nila agar mendekat ke situ. Lalu Edi memasang umpan di mata kailnya berupa lumut atau hydrilla yang panjang-panjang seperti rambut. Barulah setelah itu dia cemplungkan kailnya dengan memakai joran sepanjang 5,5 meter. 

 Setengah jam, tapi belum juga ada ikan yang nyangkut. Sementara matahari makin terasa panas. Pak Bejo terlihat sudah mulai memancing juga, berjarak sekitar 20 meter di sebelah kirinya Edi. Sedangkan 15 meter di sebelah kanan Edi ada seorang pemancing lain juga. Dia adalah seorang pemuda berusia 25 tahunan, sepantaran dengan Edi. Orang itu memakai kaos panjang berpenutup kepala alias hoodie berwarna biru. Panjang joran pancingnya sekitar 6 meteran, Cuma tiga orang itu saja yang yang memancing di spot itu.

Quote:


 Tapi harapan tinggal harapan, sampai menjelang tengah hari, Edi tidak mendapat ikan lagi, cuma satu saja yang dia dapat sejauh ini. Maka dia memutuskan untuk keluar dari air, beristirahat sambil makan siang. Edi duduk di tanah kering di pinggiran waduk dan mulai menikmati nasi bungkusnya. Tak lama kemudian, pak Bejo terlihat datang menghampiri, dia membawa tiga ekor ikan sebesar empat jari.

Quote:


 Mereka ngobrol sambil menghabiskan makan siangnya. Setelah itu merekapun kembali teruskan memancing. Edi berpindah spot menjadi lebih dekat ke pak Bejo, jarak mereka kini sekitar 10 meter. Dan orang yang memancing di sebelah kanan Edi tadi ikut berpindah di dekat Edi. Jarak mereka sama, yaitu 10 meter.

 Tiga jam berlalu, Edi sudah mengangkat dua ikan nila lagi sebesar telapak tangan, jadi jumlah perolehannya tiga ekor. Sedangkan pak Bejo dapat lima ekor, dan orang berhoodie di dekat Edi tadi cuma dapet satu ekor. Mereka mulai tampak putus asa. Dan langitpun sudah mulai mendung tebal. Maka Edi memutuskan untuk menyudahi mancing hari itu.

 Mendung menggelap dengan cepat, gelegar petir dan tiupan angin semakin kencang. Edi duduk di tanah kering di pinggir waduk, tepat dibelakang orang berhoodie tadi. Edi mempercepat kegiatannya mengepak semua peralatan pancingnya. Dan pak Bejo pun menyusulnya.

Quote:


 Belum selesai mereka packing, tau-tau hujan turun seperti dicurahkan dari langit, sangat deras disertai angin kencang dan gelegar petir tak berkesudahan. Edi dan pak Bejo segera memakai jas hujannya dan hendak beranjak meninggalkan waduk. Saat itulah mata Edi tertumbuk pada orang berhoodie yang masih aja nyemplung di air sambil asik mancing. Dengan keheranan, Edi mulai perhatikan orang itu. Dan saat orang itu mengangkat jorannya tinggi-tinggi ke udara..

 Glaaarrrr….!

 Satu kilatan petir sangat besar menyambar tepat di joran pancing orang itu. Edi dan pak Bejo berteriak keras bersamaan. Joran itu hancur berkeping-keping, sedangkan tubuh orang itu mengeluarkan asap. Perlahan tubuh itu mulai tenggelam ke dalam air sedalam dada.

 Untuk beberapa detik Edi dan pak Bejo terdiam mematung. Apa yang terjadi di depan mata mereka menimbulkan keterkejutan teramat sangat. Bandan Edi terlihat gemetaran, seumur hidup belum pernah dia melihat kejadian tragis semacam ini.

 Pak Bejo lebih dulu sadar, dia langsung berlari dan menceburkan diri ke air waduk, berenang ke arah tenggelamnya orang tadi. Lalu Edi pun menyusul. Mereka berdua menyelam sampai ke dasar, hingga akhirnya mereka menemukan tubuh orang berhoodie tadi.

Sambil berenang, Edi dan pak Bejo menyeret tubuh orang berhoodie itu ke pinggiran waduk. Dan saat tubuh orang itu sudah diangkat ke darat, Edi dan pak Bejo baru menyadari kalau orang berhoodie tadi sudah meninggal dengan tubuh yang mengerikan.

 Wajah orang itu hitam gosong, kulitnya mengelupas-ngelupas, pecah-pecah dan mengeluarkan darah, sebagian rambutnya habis seperti terbakar. Tangan kanan yang memegang joran tadi hancur sebatas pergelangan tangan, jari-jari dan telapak tangan itu seperti habis dimasukkan ke dalam mesin penggiling daging.

 Tanpa sadar Edi mundur, apa yang dilihatnya itu terlalu mengerikan. Mereka berdiri mematung di tengah curahan hujan lebat dan angin kencang, mereka terlalu shock sampai nggak tau harus berbuat apa lagi. Lima menit berlalu, dan pak Bejo segera sadar.

Quote:


 Pak Bejo membuka tasnya dan mengubek-ubek isinya, lalu dia mengeluarkan satu bungkusan plastik bening berisi hp nya. Setelah itu sia tampak bicara lewat telepon dengan berteriak, karena hujan yang sedemikan lebat membuatnya tidak bisa didengar.

 Setelah menelepon, pak Bejo mengajak Edi untuk pindah tempat, kini mereka berlindung di bawah sebuah pohon, karena sampai saat itu petir masih saja bersahut-sahutan, ditingkahi hujan lebat dan angin badai. Pak Bejo tampak mengutak-atik hpnya. Pikiran mereka nggak karuan, baru kali ini Edi melihat orang tersambar petir tepat di depan matanya, sedangkan pak Bejo baru kali ini melihat korban sambaran petir yang sedemikian parahnya.

Quote:


 Mereka lalu sama-sama terdiam, menunggu di bawah pohon itu. Sementara jasad orang berhoodie tadi masih ditinggal di tepian waduk, dibawah curahan hujan lebat. Satu jam berlalu, saat itulah sekilas mereka melihat kilatan lampu biru dan merah, lampu mobil polisi. 

 Bergegas mereka naik menuju ke jalan aspal. Disana sudah ada sebuah mobil dan dua orang polisi bersama dua orang warga sekitar. Pak Bejo menceritakan secara singkat apa yang telah terjadi, lalu mereka berenam pun kembali turun menuju waduk, menghampiri jasad orang berhoodie tadi.

 Salah satu polisi segera melakukan beberapa panggilan lewat radio, dan polisi satunya mulai menyisir daerah sekitar situ. Edi dan pak Bejo cuma duduk di tanah, tak jauh dari jasad yang tergeletak itu. Sesekali mereka menjawab pertanyaan dua polisi dan dua warga itu.

 Setengah jam berlalu, terdengarlah raungan sirene mobil ambulans. Salah satu polisi segera naik kembali ke jalan aspal. Tak lama kemudian dia balik lagi bersama dua petugas medis membawa tandu pengangkut. Bersama-sama mereka memasukkan jasad orang berhoodie ke dalam kantung mayat dan menaikkannya ke atas. Lalu dengan menggotong tandu mereka mulai beranjak naik.

 Jalan itu sangat terjal, apalagi hari lagi hujan, membuat jalan makin licin dan evakuasi itu semakin sulit saja. Edi dan pak Bejo ikut membantu mengusung tandu itu. Saat dalam perjalanan, tampak seorang warga lagi ikut bergabung, dia ikut mengangkat tandu, tepat di depan Edi. 

Langit sudah benar-benar menggelap saat mereka sampai di atas. Makin banyak mobil polisi, ambulan dan juga warga sekitar. Beberapa petugas medis kembali datang untuk ikut mengusung tandu. Maka Edi dan pak Bejo melepas tandu itu. Mereka berdua berdiri di pinggir jalan aspal. 

 Ada satu warga yang berdiri di sebelah Edi, dia adalah orang yang tadi ikut membantu mengangkat tandu, tepat di depan  Edi. Tanpa sadar Edi memperhatikan orang itu, wajahnya tertutupi hoodie dari kaos yang dipakainya. Entah kenapa perasaan nggak enak mulai merayapi hati Edi.

Quote:


 Orang itu menoleh ke arah Edi, tampa menjawab, perlahan dia membuka hoodie alias penutup kepalanya, dan dibawah penerangan lampu ambulan, terlihat jelas bagaimana wajah orang itu.

Wajah itu hitam gosong, kulitnya mengelupas dan pecah-pecah mengeluarkan darah. Dia mengangkat tangan kanannya. Dan tangan itu hancur sampai pergelangan. Orang itu adalah korban dari sambaran petir tadi! Dan sebelum pandangan Edi menggelap karena kehilangan kesadaran, masih sempat terdengar suara mengiang di telinganya.

Quote:





-----<<<{O}>>>-----



INDEX


Diubah oleh Mbahjoyo911 15-02-2022 11:58
sormin180
Ulqiora
c4kr4d3w4
c4kr4d3w4 dan 93 lainnya memberi reputasi
92
35K
1.5K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
#104
05. Trash to treasure
 Masih ingat dengan Supri? Pemuda tanggung yang bercosplay jadi pocong untuk menakut-nakuti temannya yang lagi mancing. Tiga hari sejak kejadian itu, ternyata Supri terus diikuti dan dihantui makhluk pocong itu, hingga orang tuanya pun harus meminta bantuan pada 'orang pintar' untuk mengusir si hantu. Dan sejak saat itu Supri sudah tidak berani usil lagi.

 Minggu pagi itu Supri ingin ikut memancing bersama para senior mancing yang sudah kawakan, yaitu pak Bejo, Edi, si Jon, Mamat, dan Juned. Ya, memang rumah mereka nggak terlalu jauh, beda RW tapi masih satu kampung, dan mereka sangat mengenal satu sama lain.

 Tapi memang begitulah, kebanyakan pemancing akan kenal dengan pemancing lainnya. Bahkan kalau seorang pemancing ketemu sesama pemancing di spot mancing, maka mereka jadi saling kenal satu sama lain, meskipun mereka berasal dari daerah yang berbeda.

 Dalam rombongan itu, pak Bejo lah yang paling tua dan paling banyak pengalaman, sementara Edi, si Jon, mamat dan Juned sepantaran. Sedangkan Supri adalah yang termuda, dia juga newbie dalam dunia permancingan, makanya dia mau belajar memancing dengan para senior. 

 Jam 5 pagi itu mereka sudah berkumpul di rumah pak Bejo dan bersiap berangkat. Supri membawa motor Y*m*h* 75 yang ada boncengan dan jepitan di atas ban depan, entah dapat pinjaman dari mana itu motor. Dan kali itu dia akan berboncengan dengan Juned, sementara pak Bejo dengan Edi, dan si Jon dengan Mamat.

Quote:


 Setelah semuanya siap, maka iringan 3 motor itupun berangkat menuju medan permancingan. Lokasi mancing kali ini masih di aliran sungai besar yang membelah kota mereka, tapi spot nya berada jauh di hulu, butuh waktu dua jam perjalanan ke arah selatan dan harus melewati kabupaten sebelah. untuk sampai di sana, karena memang spot itu berada dipinggiran selatan kabupaten sebelah.

 Rute perjalanan itu  melewati jalan-jalan kecil pedesaan, tujuannya adalah menghindari polisi, karena ternyata Juned dan Supri belum punya SIM. emoticon-Big Grin  Setengah jam kemudian, mereka melewati sebuah jembatan diatas saluran irigasi untuk sawah. Irigasi ini lumayan besar, lebarnya mencapai 4 meteran. 

 Edi dan pak Bejo yang berada paling depan hentikan motornya tepat di atas jembatan ini. Maka yang lainpun ikut berhenti. Supri merasa keheranan karena mereka semua langsung menuju ke tepian air irigasi, nggak mungkin kalo mancing disini. Supri nggak ikut turun ke tepi air, dia cuma berdiri di pagar jembatan dengan masih keheranan.

 Juned mengeluarkan sebuah jaring kecil, dan dia menyambung gagangnya dengan ranting pohon agar bisa jadi panjang. Dia dan yang lainnya juga mengeluarkan bekas wadah es jus gelasan dari plastik yang ada tutupnya. Lalu mereka berlima duduk diam di tepi air irigasi itu, seakan sedang menunggu sesuatu, hingga membuat Supri makin heran saja.

 Tak berapa lama terlihat sebuah benda kuning mengambang di tengah irigasi dan hanyut terbawa arus. Dengan sigap Juned langsung menyerok benda kuning itu dengan jaring kecilnya. Kini Supri jadi tau apa yang mereka lakukan, mereka menunggu 'umpan' lewat! Ya.. mereka benar-benar mencari kotoran manusia buat umpan mancing kali ini!

Quote:


 Memang kemudian tampak iringan benda kuning mengambang terbawa arus. Bergegas mereka mencari galah berupa ranting pohon untuk bisa menggapai benda kuning yang mengambang di tengah irigasi itu. Supri sampai tertawa ngakak melihat mereka rebutan barang begituan.emoticon-Big Grin

 Setelah semua benda kuning itu berhasil mereka dapatkan, merekapun menunggu lagi. Tapi setelah sepuluh menit menunggu, nggak ada lagi benda kuning yang lewat! Merekapun mulai mengeluh, karena waktu terus beranjak siang, tentunya waktu memancing jadi berkurang nantinya.

Quote:


 Setelah kepergian pak Bejo, mereka masih mendapat iringan benda kuning yang lewat mengambang lagi. Semua benda kuning itu mereka tempatkan dalam wadah cup plastiknya masing-masing. Sepuluh menit berlalu lagi, semua sudah mendapat bagian masing-masing meskipun cuma sedikt. 

 Maka merekapun beranjak dari tepian air dan menaiki tanggu irigasi. Saat itulah pak Bejo datang membawa daun talas besar yang dibentuk menjadi sebuah bungkusan. Bungkusan itu dia banting ditanah tepat didepan mereka.

Quote:


 Ternyata mereka semua juga membawa tas kresek masing-masing, dan wadah cup plastik berisi benda kuning itu masih dibungkus lagi dengan kresek. Supri membawa kresek itu ke motornya, tapi dia nggak mau mencantelkannya karena kuatir akan mengotori motornya. Jadi dia taruh kresek itu di boncengan depan motor dan dijepitkan.

 Mereka berenam balik lagi ke tepi irigasi dan mencuci tangan mereka. Lalu iringan motor itupun mulai berangkat lagi. Sepanjang perjalanan, Supri dan Juned terus aja mencium bau benda kuning yang menyengat itu, hingga membuat Juned berpikir mungkin kaki atau bajunya ada yang sempat terkena benda kuning tadi. emoticon-Big Grin

 Satu setengah jam kemudian merekapun tiba di lokasi. Tempat ini jauh dari jalan besar dan pemukiman penduduk. Cuma ada satu rumah saja disana, dan di rumah itulah mereka menitipkan motornya. Tiba-tiba  Juned langsung melepas kaosnya begitu saja.

Quote:


 Akhirnya Juned nggak jadi mandi, dan merekapun jalan kaki lewat kebun jagung di belakang rumah sejauh 50 meter. Akhirnya mereka tiba di spot mancing. Sebuah tepian sungai besar dengan deretan rumpun bambu yang sangat lebat, masih ditambah rumput dan semak belukar lebat setinggi lutut di sepanjang tepian sungai.

 Jalan menuju ke tepian sungai itu menurun dan dipayungi rumpun bambu sangat lebat hingga membuatnya tampak seperti sebuah lorong gelap dan angker. Tapi pemancing mana peduli soal keangkeran semacam ini, mereka terus aja memasuki 'lorong' itu.

 Sampai di tepian kali, mereka mulai mempersiapkan peralatan mancingnya. Kali ini tehnik yang digunakan adalah pathetan, tehnik mancing dasaran dengan timah pemberat tanpa pelampung, dengan ujung joran sangat tipis hingga sangat sensitif dengan tarikan ikan sekecil apapun. Senar yang dipakai juga termasuk sangat kecil, jadi senarnya harus berkualitas tinggi agar tidak gampang putus. Tehnik ini biasa digunakan pada air yang mengalir lambat

Quote:


 Juned mulai memperagakan cara memakai 'umpan' itu, dia mencari sebatang ranting sepanjang satu jengkal, lalu mengaduk-aduk 'umpan yang berada di dalam wadah cup plastik. Benda kuning itu banyak yang menempel pada stick ranting, lalu Juned pegang senar di bagian ujung, lima senti dari mata kail, lalu menempelkan mata kail ke ujung stick yang belepotan benda kuning.

 Lalu Juned memutar-mutar senar yang dipegangnya ke sekeliling stick, kemudian ditariknya senar itu. Kini banyak benda kuning menempel pada kailnya dan Juned pun menyemplungkannya ke dalam air, dan dimulailah kegiatan mancing itu. Begitulah cara memasang 'umpan' tanpa harus menyentuhnya, jadi cuma senarnya saja yang dipegang.

 Supri jadi penasaran dan ikut mencoba. Tapi baru saja memegang stick, dia langsung muntah-muntah nggak karuan. Semua orang jadi ketawa ngakak melihatnya. Sambil masih tertawa, mereka berpencar mencari spot sendiri-sendiri di sepanjang sungai besar itu. Sementara Supri tetap bersama Juned, wajahnya pucat pasi dengan mata berair dan napas terengah-engah.

Quote:


 Akhirnya Supri nggak jadi belajar memakai umpan benda kuning tadi, dan dia lebih pilih pake pelet yang biasa digunakan buat pakan lele ternak. Dan benar yang dikatakan Juned, setengah jam kemudian umpannya sudah disambar ikan tawes sebesar lengan, sedangkan kailnya Supri masih anteng saja.



Lanjut dibawah gaess.. 


fsm2909
ciptoroso
andir004
andir004 dan 33 lainnya memberi reputasi
34
Tutup