Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI

Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.4K
6.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#3964
BAGIAN 61
LEMBARAN BARU
part 1


Kata-kata Bi Asih memang terdengar sangat manis dan membuat hati Hayati berbunga-bunga. Akan tetapi, hal itu tidak serta merta diyakini oleh Hayati, mengingat Bi Asih dalam keadaan mabuk berat.

Ia terbangun pada sore hari di dalam ruang pribadi Bi Asih. Kepalanya terasa pening dan perutnya bergejolak. Minuman beralkohol itu terasa merusak tubuhnya. Ia menatap wajah Bi Asih yang penuh kedamaian dalam tidurnya.

Perlahan, Hayati mencoba berdiri, namun, ia beberapa kali terjungkal. Hayati masih merasa pusing luar biasa mendera kepalanya.

Hayati akhirnya kembali berbaring di sebelah Bi Asih. Ia tak sanggup menahan rasa kantuk yang disebabkan oleh minuman beralkohol itu. Dalam hitungan detik, Hayati pun menutup matanya.

Hayati tertidur pulas. Ia merasakan sebuah getaran dan suara deru mesin yang cukup gaduh. Hayati kemudian bangun dan mendapati dirinya tengah duduk di dalam mobil yang sedang melaju.

Ia terkejut dan kebingungan dengan keadaan sekitar. Terakhir diingat, ia berada di ruang pribadi Bi Asih di restoran. Hayati pun akhirnya bertanya kepada supir yang tengah mengemudikan mobil.

"Mas... Mas? Saya mau dibawa kemana?" tanya Hayati.

"Oh Mbak udah bangun?"

"Iya"

"Saya disuruh bu Kartika mengantar Mbak ke stasiun untuk pulang ke Jakarta"

"Oalaaah ke stasiun? Jangan Mas... anter aja saya ke tempat lain"

"Iya... mau kemana Mbak?"

"Ke rumah temen saya di komplek Tamansari"

"Baik Mbak"

Sang sopir kemudian memutarkan mobil menuju arah yang dimaksud Hayati. Perjalanan menuju ke sana cukup memakan waktu karena kondisi lalu lintas yang macet di sore hari. Hayati ingin bertemu dengan Utami dan membicarakan semua hal yang ia lewatkan selama ini. Ia belum sempat ngobrol apa apa dengan Utami sebelumnya karena Asnawi sudah terlanjur datang dan mengajaknya pergi.

Ketika matahari tenggelam, Hayati akhirnya tina di depan rumah kost. Ia langsung masuk dan mengetuk pintu. Di sana ia kembali disambut oleh Ibu Kost.

"Hayati... kamu kok balik lagi ke sini?" tanya Ibu Kost.

"Iya Bu... saya mau nginep di kamarnya Mas Nawi sampe besok... aku bisa pinjem kuncinya"

"Ooh gitu! Boleh kok Hayati"

Ibu Kost menyuruh Utami untuk mengambilkan kunci kamar kost Asnawi. Ia lalu memberikannya kepada Hayati.

"Ini kuncinya Mbak Kun... " kata Utami

"Ssssstt!!!" sela Hayati seraya mengedipkan sebelah matanya ke arah Utami.

"Oh iya... maksudku Mbak Hayati"

Ibu Kost merasa heran dengan tingkah keduanya yang seakan akan sudah saling mengenal. Padahal ketika Hayati pertama kali datang ke rumahnya, Ibu Kost belum mengenalkan Utami kepada Hayati.

"Hayati... kenalin nih, anakku... namanya Utami" sahut Ibu Kost.

Utami pun kemudian menyalami Hayati sambil menyebutkan kembali namanya secara lengkap.

"Utami? Bukannya anak Ibu ini udah meninggal?" tanya Hayati yang menohok.

"Iya Hayati... ini anakku yang meninggal, tapi Alhamdulillah sekarang aku bisa ketemu dia lagi"

"Jadi dia ini setan Bu?"

"Ya begitulah Hayati... ini adalah arwah Utami"

"Astaga!! Kok bisa keliatan Bu?" tanya Hayati yang berpura pura terkejut.

"Sekarang anakku ini udah bisa nampakin diri Ti... ya gak lama sih, paling cuman dua sampe tiga jam sehari... tapi itu membuatku senang"

Ibu Kost terharu, ia memeluk Utami yang berada di sampingnya. Hayati tampak menahan tawa melihat ekspresi Utami yang merasa canggung.

"Kalo dulu pas Asnawi masih tinggal di sini... Utami bisa seharian full menampakan diri... tapi sekarang, semenjak Asnawi pindah, jadi anakku ini energinya melemah"

Mendengar kabar itu, Hayati langsung naik pitam. Ia melototi Utami sambil menunjukkan gigi taringnya yang memanjang. Utami langsung merasa takut, ia membenamkan mukanya pada punggung ibunya. Akan tetapi, aksi intimidasi dari Hayati itu tak disadari oleh Ibu Kost.

"Kalo gitu, aku minta dianter sama Utami ke kamar Asnawi" pinta Hayati.

Utami semakin ketakutan, ia pun menggelengkan kepala ketika Hayati mengajaknya, namun Ibu Kost menyuruhnya untuk mengikuti Hayati. Ia pun akhirnya terpaksa menurutinya. Hayati.

Utami merasa sangat tak ketika berjalan bersama Hayati menuju kamar kost, terlebih selama ini ia selalu bercinta dengan Asnawi setiap hari demi mendapat energi kehidupan. Sekarang sang pemilik hati Asnawi kembali dan berada di sampingnya. Ia takut seandainya Hayati mengetahui perbuatannya selama ini.

Hayati tak mengeluarkan sepatah kata pun selama berjalan menuju kamar kost. Ia merasa dirinya akan benar benar mati ditangan Hayati. Ketika pintu kamar kost terbuka, kekhawatiran Utami pun terjadi. Hayati langsung merangkul Utami, lalu memiting lehernya.

"Adududuh Mbak... aduh Mbak... apa yang kamu lakuin?" teriak Utami yang kesakitan.

"Apa yang kamu lakukan sama Asnawi selama ini hah? Kenapa kamu bisa punya energi besar sampe bisa nampakin diri lama?" bentak Hayati.

"Aku latihan keras Mbak"

"Bo'ong!! Sekeras kerasnya kamu latihan, kamu gak bakalan bisa nampakin diri selama itu"

"Beneran Mbak... aku latihan"

"Aku ini bukan orang bodoh ya, energi yang kamu punya cuman dikit, paling lama kamu bisa nampakin diri selama lima detik... ayo ngaku! Kamu udah bercinta sama Asnawi?"

"Ampun Mbak... aku gak bercinta sama Asnawi"

"Jangan bo'ong kamu! Kalo kamu kuntilanak aku bisa percaya energi kamu sebesar itu"

Hayati semakin kencang memiting leher Utami. Utami menangis dan berteriak karena merasa sakit. Bunyi tulang lehernya yang retak pun terdengar.

"Iya Mbak... aku ngaku... aku ngaku... aku dapet energi dari Asnawi"

Hayati langsung melepaskan Utami. Hantu itu pun langsung terkapar di atas lantai sambil memegangi lehernya yang hampir patah. Hayati kemudian membantu Utami untuk bangkit kembali.

"Gimana cara kami dapetin energi dari Asnawi?"

"Aku niruin cara kamu Mbak... melukin Asnawi pas lagi tidur"

"Hmmmm... bener nih cuman itu? Kamu gak bercinta sama dia?"

"Sumpah Mbak! Aku gak ngelakuin itu... apalagi aku ini jijik sama Asnawi"

"Baiklah... aku mau bukti"

"Bukti apa Mbak?"

Hayati mengeluarkan sebuah benda mirip jarum dari dalam liontin kalungnya. Lalu ia menyimpan benda itu di atas telapak tangannya. Hayati meludahi benda itu dan seketika berubah menjadi sebuah pedang.

"Waaaaw! Itu pedang tusuk perjaka?" sahut Utami.

"Bukan Tami, ini pedang milik Bendoro... aku mungut pedang ini setelah aku lahir kembali ke dunia"

"Lahir lagi? Berarti kamu hidup lagi Mbak?"

"Iya Tami... sekarang kamu cepat pegang pedang ini!"

"Lha kenapa Mbak?"

"Buat mengetahui kamu masih perawan atau enggak... pedang ini adalah kembaran dari pedang tusuk perjaka"

Utami mendadak gugup ketika disuruh memegang pedang itu oleh Hayati. Ia takut kekuatan pedang itu berbeda dengan pedang tusuk perjaka yang sebelumnya sudah ia pegang.

Cahaya hijau berpendar dari seluruh permukaan pedang setelah tangan Utami menyentuhnya. Utami akhirnya bisa bernapas lega.

"Tuh kan Mbak! Aku masih perawan! Pedang ini aja nyala pas aku pegang" seru Utami dengan menggebu.

"Iya Tami... aku sekarang percaya sama kamu... maafin aku ya tadi udah memiting leher kamu" ujar Hayati yang merasa bersalah.

"Iya Mbak Kunti... Gak apa apa kok, tapi aku heran sama kamu Mbak, kenapa sih kamu suuzon banget sama aku? Sampe kamu nyakitin aku"

"Maafin aku Hayati... aku lagi sakit hati"

"Apaaaaaah!!! Sakit hati? Emang kenapa? Bukannya kemaren kamu ketemu sama Asnawi... kenapa sekarang kamu malah gitu?"

"Hmmmm... awalnya aku seneng dibawa sama Asnawi... aku melepas rinduku yang sangat berat... kita bercinta di hotel sepanjang hari... tapi ketika menjelang malam, dia ninggalin aku"

"Kenapa bisa gitu?"

"Katanya dia menderita ditinggal aku, terus dia hampir gila... dan sekarang dia memilih setia sama Bi Asih"

"Oh gitu... ya menurutku wajar sih Mbak"

"Kenapa kamu malah berpikiran begitu?"

"Solnya aku tau apa yang dialami oleg Asnawi selama ini, dia beberapa kali hampir mati, bahkan baru baru ini, dia hampir dibunuh sama Anggariti"

"Apaaaaaah!!! Anggariti? Dia masih hidup?"

"Iya Mbak... dia menuntut balas sama kamu dengan ngebunuh Asnawi"

"Kurang ajar!! Akan kucabik cabik dia kalo ketemu Rrrhhh!!"

"Kamu jangan ngamuk! Toh Asnawi masih hidup sekarang"

"Emang kenapa dia bisa selamat?"

"Anggariti jatuh cinta sama Asnawi, begitu juga kakaknya, Prameswari"

Hayati langsung menangis histeris sambil memukul meja berulang-ulang ketika mendengar kabar itu. Utami pun terkejut dengan tingkahnya.

"Kamu kenapa nangis Mbak?"

"Makin banyak aja sainganku Mi!! Aku baru aja kalah sama Bi Asih, dan sekarang... dua siluman jahanam itu juga jatuh cinta sama Mas Nawi"

Utami merasa kasihan kepada Hayati, ia pun merangkul tubuhnya yang terlihat lemas.

"Udah Mbak jangan nangis... kamu kan cinta sejatinya Asnawi... aku yakin kalo Asnawi bakalan balik lagi sama kamu" bisik Utami.

"Apa kamu yakin? Atau... cuman sekedar menghiburku?"

"Yakin Mbak... asal kamu tau, selama ini aku selalu jadi tempat curhat Asnawi... dia selalu nyeritain semua yang dialaminya dan dirasain hatinya kepadaku"

"Dia bilang apa sama kamu Mi?"

"Dia pernah cerita kalo cinta sejatinya adalah kamu Mbak... dia bercita cita pengen segera mati, biar bisa nyusul kamu ke alam baka"

"Kalo aku cinta sejatinya, kenapa dia malah nolak aku dan milih Bi Asih?"

"Aku mau nanya deh sama kamu, apa Asnawi menangis ketika nolak kamu?"

"Iya... dia nangis"

"Itu tandanya dia terpaksa ngelakuin itu Mbak... kayaknya dia punya hutang budi besar sama Bi Asih"

"Dia emang bilang gitu, tapi hal itu membuatku sakit hati"

"Cinta emang gitu Mbak... penuh penderitaan"

Hayati berbaring di atas tempat tidur untuk menenangkan diri, secara perlahan menghentikan isak tangisnya. Laju napasnya mulai normal kembali. Utami tampak membuka lemari milik Asnawi. Ia mengambil sebilah pedang yang ditutupi kain hitam lalu memberikannya kepada Hayati.

"Apa ini Tami?" tanya Hayati yang kebingungan.

"Bukalah!" perintah Utami.

Hayati membuka tali yang melilit benda itu, lalu ia membuka kain penutupnya. Ia terkejut dengan benda yang diterimanya itu.

"Ini pedang ku? Kok bisa ada di sini?"

"Pedang ini ditemuin di lokasi Cascade kecelakaan... Bi Asih memberikan pedang ini sama Asnawi untuk menyimpannya... dan sekarang, karena sang pemilik pedang udah kembali, jadi aku balikin sama kamu"

Hayati bangkit dari tempat tidur, ia langsung mempraktekkan seni bermain pedang di hadapan Utami.

"Mbak Kunti... aku masih penasaran, kenapa kamu bisa hidup lagi? Apa kamu pake paku kuntilanak?"

"Enggak Mi... aku gak pake paku... aku hidup kembali karena aku selama ini emang belum mati"

"Apaaaaah!! Belum mati? Tapi kan kamu kuntilanak?"

"Aku dijadiin kuntilanak hidup-hidup sama Bendoro"

"Anjiiiir!!! Berarti kamu sama kayak Merry kalo gitu"

"Iya Mi... sama"

"Kamu udah tau kejadian itu?"

"Udah dari Asnawi... aku gak nyangka aja Bendoro masih hidup, berarti dia pasti menuntut balas sama aku dan Asnawi"

"Iya Mbak... tapi sejauh ini, dia belum ngapa ngapain... tapi aku jadi sebel sama Bendoro dan Ratih... mereka udah motong kepalaku dan menjadikan tubuhku jadi pajangan rumah... terus mereka juga udah ngancurin hidup seseorang... Merry itu orang baik lho... dia berhasil bikin Asnawi move on dari kamu... dia juga bikin Asnawi kembali waras... tapi sayang... sekarang dia malah pergi... katanya sih pengen nyari jatidiri sebagai kunti"

"Kamu dijadiin pajangan sama mereka?"

"Iya... sadis kan?"

"Ya enggak juga sih, itu hal lumrah bagi para kuntilanak"

"Apa kamu bilang? Lumrah gimana?"

"Ya bagi para kunti, memajang tubuh setan di rumah adalah tradisi... aku juga bisa ngelakuin itu sama kamu sekarang Mi... hihihi... kalo seandainya kamu pernah bercinta sama Asnawi, maka aku akan motong kepalamu dan beberapa tubuhmu, lalu kupajang di lemari pajangan hihihi"

Utami mendadak bergidik mendengar candaan Hayati. Mengingat selama ini, dia telah sering bercinta dengan Asnawi. Bahkan, tak terhitung jumlahnya.

"Iiiih Mbak bercandanya gitu! Aku takut tau!" protes Utami.

"Aku serius Mi... hihihi... kalo kamu gak merasa salah, ya gak usah takut"

"Ya tetep aja serem ngebayanginnya... aku digituin sama Ratih selama empat bulan lho"

"Ceritain dong Mi, kenapa kamu dan Merry bisa ketemu sama Bendoro, terus kenapa Merry jadi kunti?"

"Aku juga pengen cerita kamu Mbak! Kenapa kamu gak balik ke Asnawi pas kamu hidup lagi, kenapa baru sekarang"

"Oke... oke... kita saling tuka cerita aja"

Akhirnya Hayati dan Utami saling bertukar cerita. Hayati menceritakan semua pengalaman hidupnya selama dua tahun terakhir ini, mulai dari keluarganya yang terdiri dari empat ibu tiri yang merupakan mahluk gaib, kerja bersama dokter Tisha, kisah asmaranya dengan Arsal dan Wongso, sampai cerita tentang iblis Karma yang merasuki dirinya selama ini dan sosok keponakannya, Cecil yang merupakan keturunan iblis Azazil dan memiliki kesaktian yang luar biasa.

Utami terkejut dengan cerita hidup Hayati selama ini. Sekarang ia baru mengerti alasan Hayati bisa jatuh cinta kepada manusia ketika jadi kuntilanak dan kenapa ia bisa memiliki kesaktian yang luar biasa.

Kini giliran Utami menceritakan kisah hidup Asnawi, Cascade, Merry dan dua siluman yang baru-baru ini tiba tiba menghilang. Hayati menangis mendengar cerita tentang mereka yang dipenuhi penderitaan. Ia kembali mengutarakan penyesalannya karena tak kembali kepada Asnawi dan memilih pergi ke Jakarta.

"Nasi udah jadi bubur Mbak, jadi kamu ngerti kan kenapa Asnawi lebih milih Bi Asih sekarang?"

"Iya Mi... aku ngerti... aku bener bener jahat udah ngerusakin hidup banyak orang"

"Semua ini bukan salahmu Mbak... tapi pilihan mereka sendiri"

"Tapi kehidupan mereka jadi kacau semenjak aku hadir dalam kehidupan Asnawi"

"Enggak Mbak... mereka emang udah kacau sebelumnya... Asnawi si manusia jorok harus mati gara gara pipis sembarang sampe membuat Cascade harus menjual jiwanya sama siluman kerbau buat ngehidupin lagi Asnawi, terus sekarang dia kena batunya sendiri, mati kecelakaan, menurutku pasti itu perbuatan siluman kerbau... terus Merry... dia ini dari awal hidupnya udah hancur semenjak bapaknya dipenjara dan ibunya gila... dia harus jual diri buat menuhin kebutuhannya... begitu pula Bi Asih yang terlalu mengalah sama Cascade dan gak bisa move on dari mendiang suaminya... dan terakhir kedua siluman yang ujung ujungnya jatuh cinta sama Asnawi... mereka berdua udah kacau gara gara dipenuhi dendam dan kuyakin, mereka itu siluman yang jahat"

"Tapi tetep aja aku ngerasa bersalah Mi... harusnya aku dulu enggak ikut sama Asnawi"

"Hey Mbak... kehadiranmu justru memberi kebahagiaan bagi orang lain tauuu!! Contohnya ya aku ini... aku bisa kembali bertemu sama ibuku dan punya sahabat seperti kamu dan Asnawi"

"Oh Tami... maafin aku"

Mereka pun berpelukan dengan diselimuti rasa haru biru. Detak jantung Hayati pun terasa kencang dan suhu tubuhnya meninggi.

"Apa yang harus aku lakukan Tami?"

"Lanjutkan lagi hidupmu Mbak... bukalah lembaran hidup baru dan jangan lupain aku ya"

"Iya Tami... suatu hari aku akan mengajakmu ke rumahku di Jakarta... akan ku kenalkan kamu sama para ibu tiriku"

"Aku jadi gak sabar nih Mbak... ketemu mereka hehehe"

...

Diubah oleh Martincorp 11-02-2022 07:47
cihui2011
chrysalis99
the watcher
the watcher dan 36 lainnya memberi reputasi
37
Tutup