Desa blater kota ambulu adalah desa subur yang masyarakat wajib melakukan pengolahan pertanian. Perdagangan di desa blater sangat ramai dan diminati sehingga berbagai bahan pokok makanan tersedia lengkap.

Krisis pertanian di desa blater mempengaruhi pasar bahan pokok sehingga naiknya harga akibat dari buruknya pertanian dan terjadi perputaran saham yang buruk. Dua krisis perekonomian desa blater adalah lingkungan yang buruk ditambah kebiasaan berjudi masyarakat menjadi semakin buruk perekonomian desa blater.

Masyarakat desa blater tidak mandiri dibuktikannya dengan bertambahnya penduduk luar kota blater yang mulai menguasai perekonomian desa dan desa tidak memiliki badan usaha desa yang bisa membantu masyarakat desa untuk hidup mandiri dan kualitas sumber air mineral desa yang memburuk.

Masyarakat desa memiliki kecenderungan untuk membangun desa modern dan memiliki keinginan untuk hidup hedonisme dengan meninggalkan kebiasaan masyarakat tradisional atau kebiasaan bapak dan ibu terdahulu.

Pertanian desa menjadi semakin ditinggalkan dan masyarakat lebih memilih hidup praktis dan hidup serba import. Kebiasaan hidup praktis masyarakat desa timbul karena pekerjaan masyarakat sebagai tenaga kerja di luar negri sebagai pembantu.

Desa blater menjadi desa yang semakin terbelakang akibat kebiasaan masyarakat dan bentuk dukungan desa terhadap pemerataan pembangunan negara sehingga desa blater menjadi tempat menginap mahasiswa program kuliah kerja nyata dan menggantungkan ide kepada pemikir luar desa.

Mahasiswa yang belajar di desa blater tidak bisa mendapatkan informasi tentang desa karena desa yang terus mengalami kemunduran di bidang sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Penelitian universitas di desa blater tidak akan pernah ditemukan sehingga desa menjadi memburuk dan terlupakan dan sejarah desa blater semakin menghilang dengan masyarakat asli desa yang mengalami penuaan atau menuju lansia. Banyak lansia di desa blater hidup tidak nyaman dan sering dilupakan jasanya memperjuangkan Indonesia.