Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
Tenung (Based on true story)


Quote:



Quote:



Update santai tiap selasa, jumat dan minggu jam 5 sore..


___________________________________________



Prolog

 Bel panjang pulang sekolah telah membuyarkan lamunan Anggita, Jam pelajaran terakhir telah usai. Dia bergegas membereskan semua alat-alat tulisnya dan memasukkan ke dalam tas sebelum akhirnya keluar dari kelas itu, menyusul teman-temannya yang udah duluan keluar kelas.

 Anggita adalah gadis manis siswi salah satu SMA swasta di kota X. Wajah yang bulat telur, kulit putih bersih, bibir mungil dan mata bulat bening berbulu mata lentik, rambut lurus hitam panjang, dengan tubuh sempurna khas cewek remaja yang sedang mekar-mekarnya, menjadikan dia sebagai salah satu kembang sekolah yang dikagumi, baik di sekolahnya sendiri, ataupun di sekolah lain.

 Saat keluar kelas, Anggita disamperin sama satu cewek yang telah jadi sahabat karibnya sejak dari SMP. Mereka lalu jalan bareng menuju pintu gerbang untuk pulang. Yosi memang sahabat Anggita yang paling dekat, mereka selalu berbagi segala hal, saling menceritakan semua hal tanpa ada yang ditutupi, bahkan termasuk urusan asmara.

Quote:


 Sampai di pertigaan, mereka pun berpisah, Yosi jalan lurus, dan Anggita belok ke kiri. Rumah mereka emang nggak begitu jauh dari sekolah, jadi mereka cuma jalan kaki ke sekolah. Sepanjang perjalanan pulang itu Gita kembali memikirkan apa yang telah dia lamunkan di kelas tadi, biaya sekolahnya telah menunggak 3 bulan, dia tadi telah dipanggil oleh guru bp terkait dengan masalah itu, dan Gita kembali meminta kompensasi. Tapi sampai kapan?

 Gita merasa sungkan dan nggak enak kalo meminta ayahnya lagi, memang ayahnya, pak Harjanto, cuma berprofesi sebagai buruh dengan gaji pas-pasan. Sedangkan ibunya, bu Ningsih, adalah seorang ibu rumah tangga yang punya kerjaan sambilan menjahit baju di rumah untuk mendukung ekonomi keluarga, tapi sepertinya itu masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 

 Anggita masih punya seorang kakak laki-laki yang duduk di bangku SMA kelas tiga bernama Anggara, dan sebentar lagi dia akan menghadapi ujian kelulusan. Gita juga masih punya satu adik laki-laki yang menginjak di kelas 2 SMP bernama Anggo. Dua saudaranya itu juga butuh banyak biaya sekolah, dan kakaknya tentu butuh biaya lebih besar untuk ujian.

 Sampailah Gita pada sebuah rumah sederhana yang selama ini dia tinggali bersama orang tua dan kedua saudaranya. Meskipun rumah itu sudah berdinding tembok, tapi banyak cat yang mengelupas, atapnya juga ada yang bolong, jadi kalo hujan, maka rumah itu jadi bocor di beberapa tempat. Dan begitu masuk rumah, Gita menekan keresahan hatinya agar tidak terpancar keluar, biar ibunya nggak tau, ibunya udah banyak menanggung beban, jadi dia nggak akan menambahinya lagi. 'Biarlah nanti aku langsung ngomong sama ayah aja', gitu pikirnya.

 Tepat jam 3 sore, Anggita telah siap berangkat, dia menunggu Yosi sambil duduk di lincak atau kursi panjang dari bambu di depan rumahnya, tepat di bawah jendela. Lima menit kemudian, Yosi pun datang mengendarai motor maticnya. Sore itu mereka akan pergi ke kolam renang umum dimana akan diadakan pengambilan nilai dari sekolah untuk pelajaran olah raga renang.

 Butuh waktu setengah jam untuk sampai di kolam renang umum itu. Suasana sangat ramai karena ternyata sekolah SMA lain yang juga sedang mengadakan pengambilan nilai di situ. Teman-teman satu kelasnya Anggita juga udah pada datang. Anggita langsung merasa nggak nyaman dengan situasi yang ramai itu, dia udah nggak mood lagi untuk mengikuti tes renang itu. Tapi Yosi sahabatnya terus membujuknya hingga akhirnya Anggita luluh juga.

 Dan saat memasuki pintu loket, Anggita tertegun, dia melihat satu cowok yang sedang melihat dia juga. Anggita mengenalinya sebagai cowok yang sedang mengejar-ngejar dia selama beberapa minggu terakhir. Ternyata SMA lain yang sedang penilaian di kolam renang itu adalah sekolahnya cowok yang mengejarnya. Sudah beberapa kali Gita menopak cowok itu, tapi dia masih nekat mengejar. Bukannya Gita membenci, tapi belum kepikiran olehnya untuk menjalin suatu hubungan dengan cowok.

 Suasana kolam renang yang sangat ramai, dan masih ditambah oleh keberadaan cowok itu, membuat Gita merasa semakin nggak nyaman. Maka langsung aja dia balik badan dan melangkah menuju pintu keluar. Tapi langkahnya segera terhenti saat ada satu suara besar dan lembut yang menegurnya.

Quote:


 Yosi menggamit tangan Gita dan mengajaknya menuju ke deretan kursi di pinggir kolam renang. Pak Zaini juga duduk di situ sambil memberi penilaian pada siswa yang lain yang sedang berenang satu persatu. Gita benar-benar nggak jadi renang kali itu. Dan dia ngerasa makin nggak nyaman karena cowok itu terus memperhatikannya dari seberang kolam renang. 

 Anggita berencana untuk menunggu sampai Yosi mendapat nilainya aja, abis itu dia akan langsung pulang. Tapi setelah Yosi selesai, dia malah mengajak Anggita makan di kantin kolam renang dulu sebelum pulang, bahkan Yosi bilang kali dia yang akan membayar semua makanan. Dengan terpaksa akhirnya Anggita mau menurutinya.

 Selesai makan, Gita merogoh saku celananya untuk mengambil duit, dia berniat untuk membayar makanannya sendiri. Gita emang nggak pernah bawa dompet, jadi duit dan kartu pelajar dia bawa di saku celananya. Tapi ternyata Yosi sudah membayar semua makanan itu saat memesan tadi, hingga akhirnya Gita memasukkan lagi duitnya ke dalam saku, tanpa dia sadari kalo kartu pelajarnya juga ikut keluar dan terjatuh ke lantai saat dia tadi mengambil duit dari sakunya. 

 Saat mereka mau beranjak pergi dari kantin itu, seorang karyawan kantin cewek datang menghampiri mereka sambil membawa sebuah kue besar berbentuk bulat, si karyawan meletakkan kue itu di atas meja, tepat didepan Anggita. Di atas kue itu ada dua buah lilin berbentuk angka 16 yang sudah menyala, dan di kue itu ada tulisan 'happy b'day Anggita', itu adalah kue ulang tahun! Gita bahkan sama sekali nggak ingat kalo hari ini adalah ulang tahunnya!

Quote:


 Dua cewek, terbengong keheranan menatap kue ultah itu, siapa yang udah repot-repot ngasih kue ultah kayak gitu? Tapi pertanyaan mereka pun segera terjawab saat ada seseorang berdiri di ambang pintu kantin sambil membawa seikat besar bunga mawar. Dia adalah cowok yang tadi, cowok yang telah mengejar-ngejar Anggita!

 Cowok itu tersenyum sambil melangkah perlahan memasuki kantin. Dan ternyata dibelakangnya ada banyak temen-temen satu SMA dengan cowok itu yang membawa kertas besar bertuliskan 'happy b'day Anggita, will you be my girl?'. Bahkan temen-temen yang satu SMA dengan Anggita pun ikut bergabung dengan mereka. Si cowok yang membawa bunga mendekati Anggita dan berdiri tepat di depannya.

Quote:


 Suasana kantin yang semula sepi itu jadi riuh oleh suara temen-temen si cowok yang meneriakkan kata-kata agar Gita menerima, tapi hal itu tetap nggak membuat Gita bergeming, dalam hatinya membatin, mungkin inilah saat bagiku untuk ngomong jujur, gitu pikirnya.

Quote:


 Anggita bangkit dari tempat duduknya dan langsung beranjak keluar kantin. Yosi pun langsung menyusulnya. Sementara si cowok cuma terdiam menatap nanar pada kue ultah diatas meja. Dadanya bergemuruh, menahan rasa malu yang teramat sangat.

 Apalagi kini teman-temannya pun beranjak pergi dari kantin satu persatu tanpa ngomong apa-apa. mereka bahkan nggak berusaha nyamperin si cowok. Sape akhirnya kantin itupun sepi kembali, cuma beberapa pengunjung yang ikut menyaksikan seluruh adegan drama itu. Drama tentang seorang anak remaja yang telah gagal nembak seorang cewek.

 Si cowok masih berdiri mematung, hatinya serasa hancur, sia-sia sudah semua perjuangannya selama beberapa bulan ini, semua usahanya menyiapkan pesta ultah hari ini ternyata nggak ada gunanya. Dan satu hal yang paling memukul egonya adalah, rasa malu yang teramat sangat, ditolak di depan semua temen-temennya, temen-temen Anggita, dan semua pengunjung kantin.

 Seluruh rasa cintanya pada Anggita telah sirna dengan seketika, berganti oleh suatu perasaan benci dan dendam yang meluap-luap. Lalu tanpa sengaja matanya tertumbuk pada suatu benda yang tergeletak di lantai kantin, tepat di bawah meja. Dia beranjak memungut benda itu yang ternyata adalah sebuah kartu pelajar. 

 Kartu itu adalah kartu pelajarnya Anggita yang tadi terjatuh tanpa sengaja. Dia memandangi foto wajah cantiknya Anggita di kartu pelajar itu. Setanpun menyelinap di hati dan otaknya, membuat semua rasa malu, sakit hati, amarah dan rasa sedih meluap-luap campur aduk menjadi satu. Mendadak suatu ide gila terlintas begitu saja, ide dari setan yang membisikinya.

Quote:


 Satu tekad bulat terpatri di hati dan pikirannya, dia harus membalas semua yang dia peroleh hari ini. Lalu dengan langkah-langkah lebar, cowok itu beranjak menuju ke pintu kantin, meninggalkan kue ulang tahun di atas meja yang lilinnya masih menyala..



-----<<<{O}>>>-----



 Langit sudah mulai menggelap karena matahari sudah terbenam, ditambah lagi mendung hitam tebal telah menggantung di langit sejak tadi sore, sesekali terlihat kilatan-kilatan petir menerangi alam dalam sekejap, disusul suara menggelegar yang teramat keras sampai mampu menusuk gendang-gendang telinga. 

 Tapi semua pertanda kalo akan terjadi badai itu tak membuat langkah kaki seorang cowok jadi terhenti, dengan mantap dia memasuki sebuah halaman rumah luas yang berpagar bambu. Dia adalah cowok berusia 17 tahun, masih kelas dua SMA, cowok yang telah ditolak cintanya oleh Anggita di depan banyak orang. Dengan nekat dia telah mendatangi rumah ini untuk melaksanakan tekadnya.

 Untuk sejenak cowok itu memandangi keseluruhan rumah itu. Rumah sederhana berdinding papan, dan dia merasa ragu, benarkah ini rumah yang dimaksud? Tapi menurut petunjuk yang dia dapat, memang inilah rumah yang dimaksud. Maka dia pun mulai mengetuk pintu rumah itu dan menunggu.

 Tiga kali mengetuk, dan akhirnya pintu itupun terbuka. Muncullah seorang aki-aki berusia sekitar 50 tahunan, rambut sebagian sudah memutih. Dia memakai hem batik dan sarung. Sekilas penampilannya nggak berbeda dengan penduduk biasa di desa ini, dan itu membuat si cowok kembali ragu.

Quote:


 Si cowok pun mengikuti si aki memasuki ruang tamu rumah itu. Si cowok memandang berkeliling, nggak ada yang aneh, perabotan meja kursi biasa, sangat jauh berbeda dengan yang dia bayangkan sebelumnya. Ruang tamu itu sama kayak ruang tamu di rumah-rumah lain, sama sekali nggak menandakan kalo itu adalah rumah seorang praktisi. Si cowok duduk di kursi berhadapan dengan si aki.

Quote:


 Si pemuda mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya yang ternyata adalah beberapa bundel uang, dia letakkan uang itu di atas meja di depannya. Dan mata si aki membesar melihat tumpukan uang itu, semua rasa ragunya hilang seketika, kepercayaannya timbul perlahan. Cowok itu memang sengaja keluarkan duit buat nunjukin kalo dia nggak main-main.

Quote:


 Hujan telah turun dengan sangat deras saat si cowok keluar dari rumah itu. Angin ribut bertiup sangat kencang disertai gelegar petir tanpa henti. Badai besar telah melanda kawasan desa itu. Tapi si cowok nekat berlari ke arah mobilnya yang terparkir di pinggir jalan depan rumah. 

 Suatu kepuasan terlintas, sebentar lagi dia akan melihat Anggita menderita hingga meminta ampun padanya. Sebuah rencana jahat dan keji telah tersusun dan mulai dijalankan, rencana yang berdasar pada bisikan setan. Mata hati dan pikirannya telah tertutupi oleh sakit hati dan dendam..



Bersambung..



Diubah oleh Mbahjoyo911 10-10-2021 10:11
sampeuk
xue.shan
jondero
jondero dan 257 lainnya memberi reputasi
256
141.3K
3.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
#665
Melepaskan
 Sang surya perlahan turun di batas cakrawala, alam pun mulai menggelap. Malam datang dengan cepat tanpa ada peringatan. Di kabupaten sebelah, jauh dari kotanya Gita, di suatu desa terpencil, sebuah rumah berdiri terpisah dari rumah penduduk desa lainnya. Rumah lumayan besar itu berdinding setengah papan dan setengah tembok.

 Di beranda rumah itu tampak tiga aki-aki sedang berbincang santai ditemani tiga cangkir kopi dan gorengan. Mereka adalah aki-aki berusia sekitar 50-60 tahun. Salah satu dari mereka tampak meringis menahan sakit setiap kali menarik napas panjang. Dia adalah aki yang dibayar oleh Tommy untuk mengirimkan tenung pada Gita. Dua aki lainnya adalah sahabatnya dia, yang telah ikut mengirim tenung hanya untuk menjajal ilmu mereka pada Gita.

Quote:


 Meskipun mereka adalah dukun dari golongan hitam, tapi ternyata mereka masih memegang teguh kata-kata mereka. Aki pertama merasa tidak mampu menjalankan permintaan si Tommy, jadi dia berencana mengembalikan duit bayaran dari Tommy itu. 

 Malam itu mereka sepakat untuk menghentikan semua urusan dengan Anggita, mereka merasa masih jauh dibawah Gita. Bahkan mereka bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup. Kalau Gita benar-benar berniat membalas, tentu sekarang mereka bertiga sudah tidak ada lagi di dunia ini. 

 Malam hari di waktu yang bersamaan, jauh dari tempat itu, tepatnya  di rumah pak Harjanto, Anggara masih mengerjakan tugas-tugas sekolah yang menumpuk sangat banyak. Malam sudah larut, yang lain sudah pada tidur, tinggal Anggara sendirian di meja belajarnya di ruang tamu, berkutat dengan setumpuk buku-buku pelajaran.

 Mendadak saja hidung Anggara. membaui aroma sangat harum dan aneh, aroma bibit minyak wangi dari arab. Anggara hentikan aktivitasnya, bulu kuduknya merinding hebat. Dia hafal dengan bau itu, aroma makhluk perempuan yang mengikutinya. Anggara bahkan tidak berani menoleh, bahkan bergerakpun tidak. 

 Memang sungguh aneh, melihat makhluk seseram apapun saja Anggara tidak takut, tapi melihat perempuan berwujud sangat cantik, dia malah merasa sangat ketakutan, karena niat si perempuan adalah ikut dengannya. Anggara sudah tau kalau makhluk perempuan itu menyukainya.

 Tiba-tiba saja, dari sudut matanya Anggara melihat sepasang tangan berkulit putih dan berjari lentik sangat indah yang memegang pinggiran meja belajarnya. Badan Anggara jadi gemetar hebat, makhluk perempuan itu kini berani mendekatinya!

 Ada suatu keinginan sangat kuat yang memaksa Anggara untuk melihat ke arah wajah perempuan itu, Anggara terus menekan kuat keinginan itu. Memang ilmu sihir dari perempuan itu sangatlah kuat dalam mempengaruhi Anggara, hingga akhirnya tanpa sadar kepalanya menoleh juga.

 Anggara melihat sosok perempuan itu berbaju gamis putih, dan memakai jilbab! Wajah ke-arab-arab-an berkulit putih halus mulus. Hidung bangir, mata besar dengan bulu mata lentik berhias eyeshadow hitam, bibir tipis dan mungil. Jilbab itu telah menambah kecantikan makhluk perempuan itu jadi berkali lipat. Sungguh suatu wujud manusia yang sangat sempurna. Dan kini perempuan itu tersenyum sangat manis!

 Untuk beberapa detik Anggara tertegun, jantungnya seakan berhenti berdetak. Belum pernah dia melihat sosok secantik itu, sosok perempuan yang jadi tipenya, jadi idamannya. Dan sekali lagi makhluk perempuan itu menunjukkan kedahsyatsn ilmu sirepnya, rasa takut Anggara sirna seketika, berubah jadi rasa kagum dan takjub, bahkan tanpa sadar dia mengulurkan tangannya untuk meraih tangan perempuan itu. 

 Tapi sebelum tangan Anggara menyentuhnya, sosok perempuan itu menghilang begitu saja. Anggara menggeragap kaget seperti baru saja bangun tidur, dia telah terbebas dari pengaruh sirep makhluk tadi. Lalu telinganya mendengar suara langkah kaki mendekat. 

 Anggara pun menoleh, dan dia melihat Anggita yang berjalan ke arahnya sambil senyum-senyum. Makhluk perempuan itu menghilang karena kedatangan Anggita, berarti makhluk itu memang takut pada Anggita! Sementara Anggara masih merasa bingung,dia seperti bermimpi dalam keadaan sadar.

Quote:


 Malam itu Anggara tidak meneruskan tugasnya lagi, dia membereskan buku-bukunya dan memilih tidur saat itu juga, daripada ditemui makhluk perempuan itu lagi. Tapi setidaknya Anggara tau harus berbuat apa kalau makhluk itu datang menghampirinya lagi. Dia benar-benar tidak mau diikuti makhluk berjenis jin, bagaimanapun cantiknya wujud jin itu.



-----<<<{0}>>>-----



 Semenjak peristiwa dengan para tuyul itu, kini Gita jadi lebih berhati-hati, dia memang belum tau godaan macam apa yang akan dihadapi anak indigo seperti dia. Dan kejadian itu menjadi satu pelajaran yang sangat berharga baginya. Dan Gita yakin, nantinya akan datang lagi godaan-godaan yang jauh lebih berat lagi.

 Sampai saat itu Gita masih belum melihat eyan Iman lagi, dulu terakhir bertemu, kata eyang Iman, beliau punya satu murid lagi, dia masih satu silsilah keturunan dengan Gita. Mungkin eyang Iman sedang menggembleng muridnya itu. Tapi anehnya, Gita sudah bisa mengobati tanpa bimbingan eyang Iman lagi.

 Memang akhir-akhir ini rumah Gita kembali ramai lagi oleh orang-orang yang datang untuk meminta bantuannya. Setiap hari sepulang sekolah Gita harus membantu 3-4 pasien. Entah gimana ceritanya sampai pasiennya jadi membludak seperti ini, padahal kebanyakan pasien itu berasal dari luar kota dan tempat yang jauh.

 Kehidupan keluarga Gita jadi ikut membaik, karena orang yang ditolong oleh Gita selalu memberikan uang dan sembako yang jumlahnya tidak sedikit, meskipun Gita selalu memberikan uangnya pada ibunya, tapi bu Ningsih selalu menolak dengan alasan kalau uang itu adalah uang Gita sendiri. Tapi yang jelas, rumah tangga mereka jadi tidak kekurangan bahan pokok lagi.

 Tapi pak Harjanto juga sadar, mereka tidak boleh ikut mengandalkan hasil yang diperoleh Gita. Dan untungnya kerjaan pak Har juga sudah mulai membaik. Seluruh taraf kehidupan keluarga itu jadi baik-baik saja dan bahkan semakin meningkat. Namun saking banyaknya orang yang minta bantuan, ternyata membawa masalah sendiri bagi Gita.

 Setiap hari sepulang sekolah Gita harus menangani pasien, dan hal itu terus berlanjut sampai maghrib. Gita cuma beristirahat saat makan dan sholat, bahkan setelah maghrib pun lanjut lagi menangani pasien sampai jam 9 malam. Kesibukan ini tentu menguras banyak sekali tenaganya, apalagi kalo ada pasien yang kesurupan atau kena gangguan jin, tentu membutuhkan tenaga ekstra.

 Itulah sebabnya setiap malam Gita selalu merasa kecapekan, bahkan buku pelajarannya tidak sempat tersentuh sama sekali. Hal ini menyebabkan nilai-nilai pelajaran sekolahnya jadi menurun drastis. Bahkan nilai ujian semester genapnya pun ikut jeblok. Padahal sebentar lagi Gita akan menghadapi ujian kenaikan.

 Bukannya Gita tidak berpikir soal itu, tapi memang sudah tidak punya kesempatan lagi. Hingga akhirnya Gita sudah mencapai puncak kejenuhannya. Gita berpikir kalau dia harus merubah semuanya, dia masih sekolah, jadi harus mementingkan sekolahnya. Akhirnya setelah lama berpikir, Gita pun membuat keputusan, dan keputusan itu disampaikan pada keluarga pagi itu saat sedang sarapan.

Quote:


 Akhirnya keluarga bisa menerima dan.memahami Gita. Tentu mereka juga mendukung keputusan Gita, selama ini Gita memang tidak pernah mengeluh sama sekali, jadi tidak ada yang tau pemikiran Gita hingga pagi itu. Dan kini seluruh keluarga malah merasa kasihan sama Gita, mereka seakan ikut merasakan beban yang selama ini dirasakan oleh Gita.

 Sejak saat itu, baik pak Harjanto maupun bu Ningsih mulai menolah para tamu yang datang untuk meminta bantuan. Banyak yang masih nekat datang, tapi mau gimana lagi, anaknya aja sudah tidak mau mengobati. Pah Har dan bu Ningsih menolak dengan cara yang paling halus, agar orang-orang itu tidak merasa tersinggung.

 Dan kehidupan Gita pun jadi normal kembali, dia bisa bersekolah se0rti biasa, belajar dengan normal, bahkan bermain dan nongkrong dengan teman sebayanya. Gita merasa sangat nyaman dengan kehidupan ini, hingga dia nggak mau balik lagi pada kehidupannya yang dulu. Bahkan kini dia sudah tidak pernah memakai kemampuannya lagi meskipun sekedar iseng.

 Rencana Gita memang mau mengubur dalam-dalam kemampuan itu, sama seperti dulu waktu sebelum terkena kiriman tenung. Gita pernah berbagi dengan Anggara soal ini, dan Anggara pun menyetujuinya. Menurut Anggara, kemampuan semacam itu memang tidak ada gunanya selain untuk pengobatan dan menolong orang.

Quote:


 Anggara juga mempunyai kemampuan itu meskipun tidak sekuat Gita, jadi Anggara juga tau rasanya. Itulah sebabnya pada akhirnya Gita mengikuti saran dari Anggara. Gita mulai mengabaikan setiap makhluk yang dilihatnya, suara-suara aneh dari makhluk-makhluk halus, lesatan-lesatan cahaya warna-warni di langit malam, sampai energi-energi jin yang selalu dia rasakan saat melewati tempat tertentu, semua tidak digubrisnya lagi, seakan dia tidak pernah melihatnya.

 Entah bagaimana ceritanya, lambat laun penglihatan batin Gita semakin melemah, mungkin karena dia sudah mengabaikannya, atau mungkin juga karena keinginan hatinya yang kuat untuk tidak mau lagi melihat hal-hal gaib dan makhluk-makhluk gaib lagi. Sampai pada satu titik dimana Anggita sudah tidak bisa lagi melihat dan mendengar makhluk halus lagi.

 Anggita sudah balik seperti remaja biasa, tanpa kemampuan mata batin ataupun kekuatan gaib lagi. Dia merasa bahagia dengan keadaannya yang seperti itu, tidak terganggu oleh wujud makhluk mengerikan, suara-suara aneh yang membuatnya tidak bisa tidur, semua hilang dari kehidupannya. Hingga suatu hari dia bertemu dengan orang yang jadi penyebab dari semua itu.

 Delapan bulan setelah Anggita terkena kiriman tenung itu, di suatu siang,  Gita lagi jalan pulang sekolah bareng dengan Yosi sahabatnya. Dan sebelum mencapai kampung, mereka dipepet oleh sebuah motor dengan pengendara yang memakai helm fullface. Motor itu berhenti tepat di depan mereka dan menghalangi jalan. Mau nggak mau Gita dan Yosi hentikan langkahnya. Dan ketika pengendara motor itu membuka helmnya, dan Anggita pun terkejut. Orang itu adalah Tommy!

Quote:


 Kini Tommy benar-benar ketakutan, bahkan dia sampai tidak bisa memakai helmnya lagi karena tangannya sudah gemetaran. Akhirnya tanpa memakai helm nya lagi, dia gas motor sekencang-kencangnya menjauhi tempat itu, diiringi suara tawa ngakak dari Gita dan Yosi.

 Sebenarnya Gita tidak mendendam pada Tommy, dia cuma memberi peringatan agar Tommy jera. Gita sadar kalo semua yang terjadi padanya adalah kehendak Allah, dan semua yang telah dilaluinya bisa diambil hikmahnya. Dia pernah merasakan sakitnya tenung, dia punya kemampuan mata batin, dia bisa mengobati orang. Hingga akhirnya dia kembali lagi jadi orang normal. Semoga saja tidak pernah ada kejadian kiriman tenung itu lagi.



TAMAT





Terima kasih banyak buat agan dan sista 
yang telah menyimak dan membaca,
memberi apresiasi, dukungan, kritik saran 
juga cendol dan komen di thread ini.

Kalau ada kesalahan penulisan atau typo, 
juga kalau ada kata-kata 
yang menyinggung agan dan sista semua, 
TS mohon maaf yang sebesar-besarnya.


Di prolog sudah disebutkan kalau cerita ini 
adalah sebuah cerbung pendek, 
juga karena cerita ini adalah kisah nyata, 
maka cerita tidak bisa menjadi 
lebih panjang lagi.
Dan kalau misal dipanjangkan lagi,
maka cerita akan jadi melenceng 
dari tema dan judulnya.



Akhirusalam
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh 

Hormat TS
@Mbahjoyo911




23



this is 4 u

Diubah oleh Mbahjoyo911 29-11-2021 11:39
irvansadi
andrealin
sampeuk
sampeuk dan 135 lainnya memberi reputasi
134
Tutup