Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
Tenung (Based on true story)


Quote:



Quote:



Update santai tiap selasa, jumat dan minggu jam 5 sore..


___________________________________________



Prolog

 Bel panjang pulang sekolah telah membuyarkan lamunan Anggita, Jam pelajaran terakhir telah usai. Dia bergegas membereskan semua alat-alat tulisnya dan memasukkan ke dalam tas sebelum akhirnya keluar dari kelas itu, menyusul teman-temannya yang udah duluan keluar kelas.

 Anggita adalah gadis manis siswi salah satu SMA swasta di kota X. Wajah yang bulat telur, kulit putih bersih, bibir mungil dan mata bulat bening berbulu mata lentik, rambut lurus hitam panjang, dengan tubuh sempurna khas cewek remaja yang sedang mekar-mekarnya, menjadikan dia sebagai salah satu kembang sekolah yang dikagumi, baik di sekolahnya sendiri, ataupun di sekolah lain.

 Saat keluar kelas, Anggita disamperin sama satu cewek yang telah jadi sahabat karibnya sejak dari SMP. Mereka lalu jalan bareng menuju pintu gerbang untuk pulang. Yosi memang sahabat Anggita yang paling dekat, mereka selalu berbagi segala hal, saling menceritakan semua hal tanpa ada yang ditutupi, bahkan termasuk urusan asmara.

Quote:


 Sampai di pertigaan, mereka pun berpisah, Yosi jalan lurus, dan Anggita belok ke kiri. Rumah mereka emang nggak begitu jauh dari sekolah, jadi mereka cuma jalan kaki ke sekolah. Sepanjang perjalanan pulang itu Gita kembali memikirkan apa yang telah dia lamunkan di kelas tadi, biaya sekolahnya telah menunggak 3 bulan, dia tadi telah dipanggil oleh guru bp terkait dengan masalah itu, dan Gita kembali meminta kompensasi. Tapi sampai kapan?

 Gita merasa sungkan dan nggak enak kalo meminta ayahnya lagi, memang ayahnya, pak Harjanto, cuma berprofesi sebagai buruh dengan gaji pas-pasan. Sedangkan ibunya, bu Ningsih, adalah seorang ibu rumah tangga yang punya kerjaan sambilan menjahit baju di rumah untuk mendukung ekonomi keluarga, tapi sepertinya itu masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 

 Anggita masih punya seorang kakak laki-laki yang duduk di bangku SMA kelas tiga bernama Anggara, dan sebentar lagi dia akan menghadapi ujian kelulusan. Gita juga masih punya satu adik laki-laki yang menginjak di kelas 2 SMP bernama Anggo. Dua saudaranya itu juga butuh banyak biaya sekolah, dan kakaknya tentu butuh biaya lebih besar untuk ujian.

 Sampailah Gita pada sebuah rumah sederhana yang selama ini dia tinggali bersama orang tua dan kedua saudaranya. Meskipun rumah itu sudah berdinding tembok, tapi banyak cat yang mengelupas, atapnya juga ada yang bolong, jadi kalo hujan, maka rumah itu jadi bocor di beberapa tempat. Dan begitu masuk rumah, Gita menekan keresahan hatinya agar tidak terpancar keluar, biar ibunya nggak tau, ibunya udah banyak menanggung beban, jadi dia nggak akan menambahinya lagi. 'Biarlah nanti aku langsung ngomong sama ayah aja', gitu pikirnya.

 Tepat jam 3 sore, Anggita telah siap berangkat, dia menunggu Yosi sambil duduk di lincak atau kursi panjang dari bambu di depan rumahnya, tepat di bawah jendela. Lima menit kemudian, Yosi pun datang mengendarai motor maticnya. Sore itu mereka akan pergi ke kolam renang umum dimana akan diadakan pengambilan nilai dari sekolah untuk pelajaran olah raga renang.

 Butuh waktu setengah jam untuk sampai di kolam renang umum itu. Suasana sangat ramai karena ternyata sekolah SMA lain yang juga sedang mengadakan pengambilan nilai di situ. Teman-teman satu kelasnya Anggita juga udah pada datang. Anggita langsung merasa nggak nyaman dengan situasi yang ramai itu, dia udah nggak mood lagi untuk mengikuti tes renang itu. Tapi Yosi sahabatnya terus membujuknya hingga akhirnya Anggita luluh juga.

 Dan saat memasuki pintu loket, Anggita tertegun, dia melihat satu cowok yang sedang melihat dia juga. Anggita mengenalinya sebagai cowok yang sedang mengejar-ngejar dia selama beberapa minggu terakhir. Ternyata SMA lain yang sedang penilaian di kolam renang itu adalah sekolahnya cowok yang mengejarnya. Sudah beberapa kali Gita menopak cowok itu, tapi dia masih nekat mengejar. Bukannya Gita membenci, tapi belum kepikiran olehnya untuk menjalin suatu hubungan dengan cowok.

 Suasana kolam renang yang sangat ramai, dan masih ditambah oleh keberadaan cowok itu, membuat Gita merasa semakin nggak nyaman. Maka langsung aja dia balik badan dan melangkah menuju pintu keluar. Tapi langkahnya segera terhenti saat ada satu suara besar dan lembut yang menegurnya.

Quote:


 Yosi menggamit tangan Gita dan mengajaknya menuju ke deretan kursi di pinggir kolam renang. Pak Zaini juga duduk di situ sambil memberi penilaian pada siswa yang lain yang sedang berenang satu persatu. Gita benar-benar nggak jadi renang kali itu. Dan dia ngerasa makin nggak nyaman karena cowok itu terus memperhatikannya dari seberang kolam renang. 

 Anggita berencana untuk menunggu sampai Yosi mendapat nilainya aja, abis itu dia akan langsung pulang. Tapi setelah Yosi selesai, dia malah mengajak Anggita makan di kantin kolam renang dulu sebelum pulang, bahkan Yosi bilang kali dia yang akan membayar semua makanan. Dengan terpaksa akhirnya Anggita mau menurutinya.

 Selesai makan, Gita merogoh saku celananya untuk mengambil duit, dia berniat untuk membayar makanannya sendiri. Gita emang nggak pernah bawa dompet, jadi duit dan kartu pelajar dia bawa di saku celananya. Tapi ternyata Yosi sudah membayar semua makanan itu saat memesan tadi, hingga akhirnya Gita memasukkan lagi duitnya ke dalam saku, tanpa dia sadari kalo kartu pelajarnya juga ikut keluar dan terjatuh ke lantai saat dia tadi mengambil duit dari sakunya. 

 Saat mereka mau beranjak pergi dari kantin itu, seorang karyawan kantin cewek datang menghampiri mereka sambil membawa sebuah kue besar berbentuk bulat, si karyawan meletakkan kue itu di atas meja, tepat didepan Anggita. Di atas kue itu ada dua buah lilin berbentuk angka 16 yang sudah menyala, dan di kue itu ada tulisan 'happy b'day Anggita', itu adalah kue ulang tahun! Gita bahkan sama sekali nggak ingat kalo hari ini adalah ulang tahunnya!

Quote:


 Dua cewek, terbengong keheranan menatap kue ultah itu, siapa yang udah repot-repot ngasih kue ultah kayak gitu? Tapi pertanyaan mereka pun segera terjawab saat ada seseorang berdiri di ambang pintu kantin sambil membawa seikat besar bunga mawar. Dia adalah cowok yang tadi, cowok yang telah mengejar-ngejar Anggita!

 Cowok itu tersenyum sambil melangkah perlahan memasuki kantin. Dan ternyata dibelakangnya ada banyak temen-temen satu SMA dengan cowok itu yang membawa kertas besar bertuliskan 'happy b'day Anggita, will you be my girl?'. Bahkan temen-temen yang satu SMA dengan Anggita pun ikut bergabung dengan mereka. Si cowok yang membawa bunga mendekati Anggita dan berdiri tepat di depannya.

Quote:


 Suasana kantin yang semula sepi itu jadi riuh oleh suara temen-temen si cowok yang meneriakkan kata-kata agar Gita menerima, tapi hal itu tetap nggak membuat Gita bergeming, dalam hatinya membatin, mungkin inilah saat bagiku untuk ngomong jujur, gitu pikirnya.

Quote:


 Anggita bangkit dari tempat duduknya dan langsung beranjak keluar kantin. Yosi pun langsung menyusulnya. Sementara si cowok cuma terdiam menatap nanar pada kue ultah diatas meja. Dadanya bergemuruh, menahan rasa malu yang teramat sangat.

 Apalagi kini teman-temannya pun beranjak pergi dari kantin satu persatu tanpa ngomong apa-apa. mereka bahkan nggak berusaha nyamperin si cowok. Sape akhirnya kantin itupun sepi kembali, cuma beberapa pengunjung yang ikut menyaksikan seluruh adegan drama itu. Drama tentang seorang anak remaja yang telah gagal nembak seorang cewek.

 Si cowok masih berdiri mematung, hatinya serasa hancur, sia-sia sudah semua perjuangannya selama beberapa bulan ini, semua usahanya menyiapkan pesta ultah hari ini ternyata nggak ada gunanya. Dan satu hal yang paling memukul egonya adalah, rasa malu yang teramat sangat, ditolak di depan semua temen-temennya, temen-temen Anggita, dan semua pengunjung kantin.

 Seluruh rasa cintanya pada Anggita telah sirna dengan seketika, berganti oleh suatu perasaan benci dan dendam yang meluap-luap. Lalu tanpa sengaja matanya tertumbuk pada suatu benda yang tergeletak di lantai kantin, tepat di bawah meja. Dia beranjak memungut benda itu yang ternyata adalah sebuah kartu pelajar. 

 Kartu itu adalah kartu pelajarnya Anggita yang tadi terjatuh tanpa sengaja. Dia memandangi foto wajah cantiknya Anggita di kartu pelajar itu. Setanpun menyelinap di hati dan otaknya, membuat semua rasa malu, sakit hati, amarah dan rasa sedih meluap-luap campur aduk menjadi satu. Mendadak suatu ide gila terlintas begitu saja, ide dari setan yang membisikinya.

Quote:


 Satu tekad bulat terpatri di hati dan pikirannya, dia harus membalas semua yang dia peroleh hari ini. Lalu dengan langkah-langkah lebar, cowok itu beranjak menuju ke pintu kantin, meninggalkan kue ulang tahun di atas meja yang lilinnya masih menyala..



-----<<<{O}>>>-----



 Langit sudah mulai menggelap karena matahari sudah terbenam, ditambah lagi mendung hitam tebal telah menggantung di langit sejak tadi sore, sesekali terlihat kilatan-kilatan petir menerangi alam dalam sekejap, disusul suara menggelegar yang teramat keras sampai mampu menusuk gendang-gendang telinga. 

 Tapi semua pertanda kalo akan terjadi badai itu tak membuat langkah kaki seorang cowok jadi terhenti, dengan mantap dia memasuki sebuah halaman rumah luas yang berpagar bambu. Dia adalah cowok berusia 17 tahun, masih kelas dua SMA, cowok yang telah ditolak cintanya oleh Anggita di depan banyak orang. Dengan nekat dia telah mendatangi rumah ini untuk melaksanakan tekadnya.

 Untuk sejenak cowok itu memandangi keseluruhan rumah itu. Rumah sederhana berdinding papan, dan dia merasa ragu, benarkah ini rumah yang dimaksud? Tapi menurut petunjuk yang dia dapat, memang inilah rumah yang dimaksud. Maka dia pun mulai mengetuk pintu rumah itu dan menunggu.

 Tiga kali mengetuk, dan akhirnya pintu itupun terbuka. Muncullah seorang aki-aki berusia sekitar 50 tahunan, rambut sebagian sudah memutih. Dia memakai hem batik dan sarung. Sekilas penampilannya nggak berbeda dengan penduduk biasa di desa ini, dan itu membuat si cowok kembali ragu.

Quote:


 Si cowok pun mengikuti si aki memasuki ruang tamu rumah itu. Si cowok memandang berkeliling, nggak ada yang aneh, perabotan meja kursi biasa, sangat jauh berbeda dengan yang dia bayangkan sebelumnya. Ruang tamu itu sama kayak ruang tamu di rumah-rumah lain, sama sekali nggak menandakan kalo itu adalah rumah seorang praktisi. Si cowok duduk di kursi berhadapan dengan si aki.

Quote:


 Si pemuda mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya yang ternyata adalah beberapa bundel uang, dia letakkan uang itu di atas meja di depannya. Dan mata si aki membesar melihat tumpukan uang itu, semua rasa ragunya hilang seketika, kepercayaannya timbul perlahan. Cowok itu memang sengaja keluarkan duit buat nunjukin kalo dia nggak main-main.

Quote:


 Hujan telah turun dengan sangat deras saat si cowok keluar dari rumah itu. Angin ribut bertiup sangat kencang disertai gelegar petir tanpa henti. Badai besar telah melanda kawasan desa itu. Tapi si cowok nekat berlari ke arah mobilnya yang terparkir di pinggir jalan depan rumah. 

 Suatu kepuasan terlintas, sebentar lagi dia akan melihat Anggita menderita hingga meminta ampun padanya. Sebuah rencana jahat dan keji telah tersusun dan mulai dijalankan, rencana yang berdasar pada bisikan setan. Mata hati dan pikirannya telah tertutupi oleh sakit hati dan dendam..



Bersambung..



Diubah oleh Mbahjoyo911 10-10-2021 10:11
sampeuk
xue.shan
jondero
jondero dan 257 lainnya memberi reputasi
256
141.3K
3.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
#485
Tiga jin
 Masih di malam yang sama. Pak Rohani datang jam 9 malam, dia memutuskan datang ke rumah Gita lebih awal karena dia tau ada sesuatu yang buruk terjadi pada Gita, dia telah 'melihat'nya dari rumah, dan dia merasa menyesal tidak datang dari kemarin. Begitu tiba di depan rumah Gita, pak Rohani pun tertegun. 

 Dalam pandangannya, rumah Gita dikelilingi puluhan sosok jin dalam radius lima meter. Dia juga merasakan setidaknya ada tiga energi jin yang sangat kuat, yang berasal dari sebelah kanan, belakang dan kiri rumah. Gita telah dikepung tiga jin berenergi kuat! Kekuatirannya semakin menjadi saja.

 Dulu waktu kesini, pak Rohani tidak melihat tiga jin itu, dia cuma melihat satu sosok jin saja, dan sekarang sosok yang dia lihat dulu itu malah tidak ada. Dia yakin ketiga jin yang baru itu berasal dari tuan yang berbeda dengan jin yang dulu. Berarti kemarin ada tiga orang yang menyerang Gita, dan sekarang tinggal dua orang saja. Belum sampai satu bulan, dan pak Rohani merasa telah ketinggalan banyak hal.

 Di depan rumah Gita sudah banyak tetangga berkumpul dengan penasaran. Dan saat pak Rohani memasuki rumah Gita, dia mendapati Gita masih tak sadarkan diri, terbaring di tikar dengan ditungguin seluruh keluarga. Pak Rohani tidak melihat eyang Iman, tapi dia bisa merasakan keberadaanya. Pak Rohani yakin, eyang Iman selalu menjaga Gita. 

Quote:


 Lalu pak Harjanto mulai bercerita dari pertama Gita memuntahkan paku kembali, dilanjut dengan semua teror makhluk halus pada keluarga yang bahkan sampai meluas ke tetangga sekitar. Hingga akhirnya sampai pada serangan dahsyat malam ini yang membuat Gita sampai terjungkal bersama kursinya, sampai pada hilangnya kesadaran Gita.

Quote:


 Mendadak saja Gita tersadar dengan sendirinya. Dia langsung beranjak duduk, memandang berkeliling dengan kebingungan. Lalu rasa sangat perih timbul di bibirnya, dia meraba sudut bibirnya dan langsung menjerit kecil, bibirnya telah tersayat silet sampe setengah senti. Bu Ningsih mengambil obat merah dan langsung mengobati luka sayatan itu dengan perlahan. Lalu dia mengambil segelas air dan diminumkan pada Gita.

Quote:


 Kalau dalam situasi lain, tentunya semua pasti langsung tertawa, tapi karena memang situasinya bisa dibilang menyedihkan, maka semua wajah masih terlihat serius, tegang dan kuatir. Tapi kemudian suasana tegang itu akhirnya diredakan oleh kedatangan para sesepuh, bulek Narsih dan pak Pras juga datang berbarengan dengan mereka. 

 Seperti biasa, bulek Narsihlah yang menyediakan hidangan bagi orang-orang yang hadir di situ. Dengan di bantu Anggara dan Anggo, mereka pun menyiapkan hidangan itu. Sementara para sesepuh mulai duduk bersila membentuk lingkaran yang mengelilingi Gita. Cuma pak Rohani dan pak Harjanto yang berada di dekat Gita.

Quote:


 Lalu tiba-tiba saja Gita mengangkat tangan kanannya, telapak tangan terbuka menghadap ke depan, tangan itu sedikit bergetar, seperti menahan sesuatu yang sangat berat dan tidak kelihatan, yang datangnya dari arah depan. Ini sudah cukup jadi tanda buat semua orang untuk melantunkan surat-surat ruqyah.

 Pak Rohani yang berada di belakang Gita ikut memejamkan mata, sepertinya dia berusaha membantu Gita lewat mata batinnya. Lalu Gita kembali terlihat mengangkat tangan kiri, telapak tangan menghadap ke samping kiri, dia sedang menahan dua serangan dari dua arah yang berbeda!

 Lantunan surat ruqyah semakin keras. Badan Gita terlihat bergetar, dan sebentar saja, peluh telah membanjir di kening dan lehernya. Perlahan tubuhnya makin doyong ke belakang, dan pak Rohani pun menahan punggungnya. Dan tiba-tiba saja dua tangan Gita seolah terpukul mundur dan terjatuh di pangkuannya. Satu jeritan kecil keluar dari mulut Gita!

 Ada beberapa kiriman serangan yang telah berhasil menembus pertahanannya. Tapi Gita tak mau menyerah, meski dadanya terasa sangat sakit, tapi dia kembali mengangkat kedua tangannya ke depan dan ke samping, kembali menahan gempuran tak kasat mata itu.

 Saat itulah tiba-tiba pak Rohani ikut membuat gerakan seperti Gita, telapak tangannya diarahkan ke belakang seperti menahan serangan. Gita sedang diserang dari tiga jurusan! Dan pak Rohani berusaha menahan serangan yang berasal dari belakang!

 Mereka berdua seolah sedang  terlibat dalam sebuah pertarungan batin yang mematikan, salah sedikit saja, maka nyawa taruhannya. Semua orang menahan napas, termasuk tetangga yang menonton dari pintu dan jendela. kecuali para sesepuh yang terus membaca surat ruqyah. Suasana jadi luar biasa  tegang

 Bahkan Anggara sampai melupakan bacaan ruqyahnya, dia memandangi Gita dengan penuh rasa kuatir, dan bacaan ruqyah itu dia ganti dengan doa untuk keselamatan Gita. Memang tak ada yang bisa dilakukan oleh keluarga selain berdoa. Bahkan bu Ningsih dan bulek Narsih juga berdoa sambil bercucuran air mata.

 Ketegangan itu semakin mencekam saat terdengar pekik kecil dari Gita, satu serangan telah berhasil masuk lagi dan mengenainya. Tanpa sadar bu Ningsih ikut terpekik, nggak tega melihat keadaan anaknya. Tapi kemudian terdengar satu geraman bersuara besar berat keluar dari mulut Gita!

 Dengan satu teriakan suara laki-laki, Gita ubah arah tangan kirinya ke ke depan, lalu dengan gerakan mendadak, dia mendorong dua tangan ke depan dengan sangat kuat. Terdengar suara jeritan perempuan dari kejauhan, semua orang mendengarnya, dan mereka semua jadi merinding bergidik ngeri.

 Tapi kemudian Gita ubah posisi bersila-nya jadi menghadap ke samping kiri, dua telapak tangan didorongkan dengan mendadak. Dan sekali lagi, dari kejauhan terdengar suara raungan seperti suara binatang buas. Tapi gerakan Gita belum berhenti sampai disitu.

 Gita berbalik arah ke belakang, ke arah pak Rohani menahan serangan. Dan seakan membantu pak Rohani, Gita dorongkan dua telapak tangan dengan cepat. Lagi-lagi terdengar suara aneh dari kejauhan, seperti suara lolongan anjing yang panjang dan memilukan. Tanpa sadar semua orang yang menonton itu mulai merapatkan diri satu sama lain, mereka merasa sangat ketakutan. 

 Dan tau-tau aja Gita ambruk ke belakang, dengan sigap pak Harjanto menahan badan Gita agar tidak terjatuh. Gita masih sadar, tapi tubuhnya terasa lemas tak bertenaga. Pak Rohani menggantikan pak Har dalam menahan tubuh Gita, dua telapak tangan pak Rohani menempel di punggungnya seakan sedang mentransfer energi pada Gita.

 Untuk beberapa menit, tidak ada yang berani bicara, cuma lantunan surat ruqyah yang masih terdengar dan perlahan semakin pelan hingga akhirnya terhenti. Dan kini suasana benar-benar terasa sunyi mencekam. Tapi tidak bagi Anggara, badannya menggigil hebat bagai terserang demam, dia telah melihat semuanya.

 Ternyata dari tadi dia tidak melihat ke arah Anggita, tapu ke arah sinar-sinar merah yang datang bertubi-tubi seakan menghujani Gita. Anggara bisa melihat jelas, bagaimana larikan sinar-sinar merah itu bermentalan sebelum sempat mengenai telapak tangan Gita. Dia merasa takjub dan heran dengan apa yang dilihatnya. Seperti menyaksikan adegan film yang menyajikan sebuah pertempuran dengan menggunakan senjata laser!

 Anggara juga mendengar dengan jelas, jeritan kesakitan sosok perempuan itu, juga raungang si buto ijo, dan lolongan makhluk yang entah apa wujudnya. Semua yang dia lihat dan dia dengar telah membuat badannya gemetaran dengan hebat tanpa bisa dikendalikan. Rasa takjub dan heran membuncah di dada, tapi dia tidak mau bertanya, karena semakin banyak dia dapat jawaban, maka semakin pusinglah dia.

 Tapi setidaknya kiriman serangan itu sudah terhenti. Meskipun Gita sempat terkena dua serangan, tapi bisa dikatakan kalo dia baik-baik saja. Dia mampu menahan tiga serangan dari tiga makhluk suruhan itu. Dia cuma merasa sangat lemas bagai tak bertulang.

 Dan setelah seperempat jam dapat bantuan dari pak Rohani, akhirnya Gita jadi punya tenaga lagi, dia langsung duduk bersila. Meskipun dadanya masih terasa sakit dan ada rasa besi dan asin di mulutnya, dengan santainya Gita meraih kuaci kesayangannya. Padahal bibirnya sedang terluka, dan rasa asin dari kuaci itu telah menerbitkan rasa perih luar biasa pada luka di bibirnya, tapi dia nekat aja ngemilin kuaci itu.

 Karena tingkah Gita yang seolah nggak pernah terjadi apa-apa itu, maka ketegangan pun perlahan meluruh. Semua orang mulai mengendurkan urat-urat mereka yang tegang. Meskipun peluh masih bercucuran dan badan masih gemetaran, tapi setidaknya semua orang sudah bisa agak bersantai, seakan terbebas dari kengerian mencekam itu.

 Tapi ada masalah lain, hidangan itu telah habis, dan dua jam membaca ruqyah, ditambah urat-urat yang tegang terus menerus, telah membuat mereka merasa lapar lagi. Sebagai tuan rumah, pak Harjato pun memahami ini, tapi ditengah malam buta gini mana ada yang jual makanan? Pak Har jadi ngerasa tidak enak pada semua orang. Dan tiba-tiba..

 Tok..! Tok..! Tok..!

 Terdengar bunyi kentongan bambu yang dipukul tiga kali. Bunyi itu berasal dari penjual bakmi jawa yang keliling dengan gerobak, dan memang dengan pukulan kentongan itulah cara si penjual bakmi jawa itu mengiklankan dagangannya. 

 Tok..! Tok..! Tok..!

 Pukulan kentongan itu terdengar makin mendekat. Semua orang jadi saling berpandangan heran, semua sudah tau kalo bakmi jawa itu biasanya lewat sekitar jam 10 malam, tapi kenapa sekarang jam 12 baru lewat? Tapi mereka tidak memikirkannya lebih lanjut. Dan lewatnya bakmi jawa itu telah memberi ide pada bulek Ningsih.

Quote:


 Anggono beranjak membelah kerumunan tetangga yang sedang menonton, lalu dia menuju ke jalan depan rumahnya, berdiri di pinggir jalan sambil celingukan ke kiri-kanan, tidak ada orang sama sekali! Tidak mungkin gerobak penjual bakmi itu lewat segitu cepatnya, jarak saat dia keluar rumah dan sampe di jalan itu cuma sepuluh detik! Padahal jelas suara kentongan itu sudah sangat dekat.

 Dengan penasaran Anggono berlari menyusuri jalan sampai ke pertigaan sebelah selatan, dan jalan pertigaan itu juga sangat sepi. Lalu dia berbalik dan berlari ke arah utara, sampai di perempatan sebelah utara, bahkan satu orangpun nggak ada sama sekali, apalagi gerobak penjual bakmi jawa itu. 

 Sepertinya ada yang tidak beres disini, dan Anggono mulai menduga-duga, dan mendadak saja bulu tengkuknya merinding hebat. Dia berlari secepat-cepatnya balik ke rumah, hingga saat tiba di depan pintu rumahnya, napasnya jadi ngos-ngosan. Semua orang jadi keheranan melihatnya.

Quote:


 Kini semua orang tau, dan semua orang jadi merinding ketakutan. Suara kentongan bambu tadi bukan berasal dari penjual bakmi jawa keliling, tapi suara yang dibuat jin untuk mengelabui manusia. Padahal mereka semua mendengarnya, ini berarti semua orang telah dihantui oleh suara itu. Padahal malam masih panjang, dan bukan tidak mungkin teror itu akan kembali datang..


Bersambung..



15


Diubah oleh Mbahjoyo911 05-11-2021 14:20
fredielogan14
sulkhan1981
sampeuk
sampeuk dan 102 lainnya memberi reputasi
101
Tutup