Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wowonwaeAvatar border
TS
wowonwae
Noktah Merah Kanvas Berbingkai (Based on True Story)
Prolog



Kanvas berukuran 120 x 200 cm itu masih utuh menyandar pada tripod penyangga, putih bersih tanpa sepercikpun warna cat. Sedang cat warna hitam dan merah yang sedari tadi kutuang pada palet tak sedikitpun tersentuh bulu kuas yang berdesak di wadah kaleng dalam berbagai ukuran. Tergeletak di lantai di antara posisi dudukku dan posisi kanvas. Berjam-jam lamanya aku duduk termangu di depannya dalam hening malam beriring suara gesek sayap jangkrik bersahutan. Kicau burung malam sesekali menimpali dalam tempo yang tak pasti.

"Mas..., aku lelah...!"

Suara itu kembali mengiang seolah tepat di telinga bagai bisikan. Lirih mengiba dan beresonansi hingga menggetarkan hati. Suara gadis yang sedari tahun 1991 telah menjadi track list urutan 10 besar dalam memori otakku andai diibaratkan urutan lagu di flash disk. Track list setelah suara orang-orang terdekatku.

Sebatang rokok yang terjepit di antara dua jemari tangan kananku kembali kusedot asapnya kuat-kuat lalu kuhembuskan pelan. Jari-jemari yang seharusnya memegang kuas lalu membalur bulu-bulunya dengan cat dan menyaputkannya pada kanvas sedari tadi, yang ada malah hanya menjapit batang rokok menyala. Dan sampai detik ini sudah batang ke empat dari bungkus ke dua sejak mulai kuambil posisi duduk di depan kanvas.

Bengong di depan kanvas seperti ini sebetulnya bukan hal baru bagiku yang sudah puluhan tahun menerjuni profesi sebagai pelukis. Dan bukan diriku saja yang pernah ngalamin, rekan2 seprofesi juga sering punya cerita sama. Nge-blank bahasa populernya di komunitasku, kondisi dimana otak dan otot sedang tidak sinkron. Jika dipaksakan malah jadi amburadul hasilnya, dipandang tak sedap, dirasa pun tak harmonis. Kalau saja suara itu tak berkali-kali mengiang, biasa kuatasi kondisi seperti ini dengan meditasi. Maka malam ini kuputuskan untuk mencoba lalui tanpa meditasi.

"Mas..., aku lelah...!"

Kembali suara itu terdengar, bukan sayup-sayup lagi melainkan menggema. Kusedot asap batang rokokku kuat-kuat sampai mentok bara apinya menyentuh batang filter, lalu kuhembuskan pelan-pelan. Bayangan wajah si empunya suarapun makin jelas menari-nari dalam angan. Gadis manis yang lugu dan anggun dengan bibir tipis bergincu seadanya.

Lima belas tahun terpaut umurku dengannya, tapi entah mengapa rasa saling suka itu bak virus corona yang menginfeksi tanpa peduli batasan usia. Hinggap begitu saja dalam diri kami berdua, sedari pandangan pertama saat kami berjumpa bahkan. Dan aku telah kalap, terbutakan oleh gelora asmara yang terus bergemuruh menyesakkan dada. Mengingkari segala kenyataan yang ada.

Berkali-kali kusalahkan diriku di larut malam ini, bahkan untuk ke sekian kali yang tak terhitung. Mungkin ini hari adalah puncak rasa sesal itu. Hari dimana segala rasa bercampur aduk seperti adonan kue tetangga dalam pusaran logam pengaduk yang digerakkan oleh mesin mixer bersuaranya bising melengking, hingga kerap membuatku pusing. Hari dimana baru kali ini bangun pagi kuawali dengan menenggak sebutir obat sakit kepala berdosis tinggi. Setelah kutekan tombol keypad handphone pemutus sambungan, bergambar simbol telefon berwarna merah, sebab taktahan dengar isak tangismu di akhir kalimat lirih yang kemudian terekam jelas dalam ingatan. Lalu berputar berulang-ulang seharian, hingga sekarang.

"Mas..., aku lelah...!"


Jakarta, 16 Januari 1997 

Just begining - to be continued Part 2
Diubah oleh wowonwae 16-01-2021 12:10
0
1.1K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
monicasellaAvatar border
monicasella
#3
akhirnya ada thread yg model gini sesuai ma selere ane gan hehe emoticon-Najis (S)
wowonwae
wowonwae memberi reputasi
1
Tutup