longneverseeAvatar border
TS
longneversee
Kontroversi + Kurang Kerjaan, Peraturan PBESI Klaim Bisa Blokir Game Diluar Esports.
Meski baru disahkan dalam kurun waktu yang singkat, peraturan PBESI menuai kontroversi. Pasalnya, dalam peraturan tersebut, PBESI bahkan dapat melakukan blokir pada game diluar kategori Esports.
____________________________


Peraturan Bab ke-18 Tuai Kontroversi


PERATURAN PENGURUS BESAR ESPORTS INDONESIA NOMOR : 034/PB-ESI/B/VI/2021 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN ESPORTS DI INDONESIA BAB XVIII GAME DAN PENERBIT PASAL 39 | DOKUMEN: PBESI

Peraturan yang cukup kontroversial dari PBESI tersebut muncul dalam bab ke-18 yang mereka rilis baru-baru ini pada hari Rabu (4/8) lalu.

Peraturan tersebut disadari oleh content creator dari Gamebrott, Javier Ferdano, dalam status Facebook miliknya.

Dalam bab tersebut, diketahui terdapat lebih banyak efek negatif atau kontra dari peraturan yang berlaku pada bab tersebut, dibanding dengan benefitnya.

Salah satunya dalam peraturan milik PBESI tersebut adalah limitasi persyaratan yang dibebankan oleh pemerintah kepada publisher agar game yang mereka produksi dapat dikategorikan sebagai permainan esports.

Peraturan Bab XVIII Pasal 39 Nomor 7 menjelaskan bahwa “Permohonan pengakuan sebagai Game Esports pada PBESI harus memiliki persyaratan: a. Game tersebut sudah diterima oleh masyarakat Indonesia secara luas; dan b. memiliki sistem pertandingan kompetitif antarpemain (player vs player) atau antartim (team vs team).”
____________________________


Peraturan Rancu Hantui Game Esports dan Non-Esports di Indonesia

Peraturan milik PBESI yang memicu kontroversi ini tak berhenti sampai disitu saja. Pasalnya, PBESI mengklaim dalam peraturannya bahwa mereka dapat melakukan blokir atau menghentikan akses dari game Esports maupun Non-Esports yang ada di Indonesia.

Hal tersebut dapat mengancam para developer yang tidak memiliki persyaratan yang mencukup menurut pandangan PBESI, karena dalam peraturan Bab XVIII Pasal 39 Nomor 9 menjelaskan bahwa “PBESI bekerja sama dengan aparat penegak hukum dan pihak terkait untuk menghapus atau menghentikan akses dari suatu Game dan Game Esports yang tidak diakui oleh PBESI.”

Tak hanya bagi penerbit game dalam negeri, peraturan tersebut dapat melilit penerbit dari luar negeri karena syarat dan ketentuan dari PBESI yang berbelit-belit, untuk menyajikan game mereka di pangsa pasar lokal.
____________________________


Memungkinkan Adanya Monopoli Penerbit Game yang Bekerjasama dengan PBESI

Dengan adanya Peraturan Bab XVIII Pasal 39 Nomor 7 dari PBESI tersebut, sangat memungkinkan akan adanya tindak monopoli atas permainan-permainan yang ada dalam lingkup Esports di Indonesia.

Peraturan Bab XVIII Pasal 39 Nomor 7 Bagian a) menyatakan bahwa game yang ada semestinya sudah dikenal secara umum oleh masyarakat Indonesia. Hal ini tidak dijelaskan secara rinci oleh PBESI.

Tanpa adanya batasan yang jelas mengenai seberapa mesti dikenalnya game tersebut, ini dapat menghalangi game-game yang kurang populer tapi tetap dimainkan oleh segelintir masyarakat Indonesia, seperti Valorant, atau DOTA 2.

Situasi ini dapat memunculkan adanya tindakan monopoli terhadap game Esports di kancah dalam negeri, yang bekerjasama dengan PBESI. Misalnya, penerbit game luar seperti Tencent, dan Moonton, yang memiliki sejumlah game yang telah ‘dikenal luas’ oleh masyarakat Indonesia.
____________________________


Siap Blokir Game Tak Berizin, termasuk Game Non-Esports

Peraturan Bab XVIII Pasal 39 Nomor 9 milik PBESI juga memberikan ‘ancaman’ bagi penerbit game ‘tak berizin’ di Indonesia.

Peraturan tersebut menyatakan bahwa: “PBESI bekerja sama dengan aparat penegak hukum dan pihak terkait untuk menghapus atau menghentikan akses dari suatu Game dan Game Esports yang tidak diakui oleh PBESI.”

Dengan demikian, game yang dikategorikan sebagai game ESports maupun bukan, dapat terancam dihapus atau blokir oleh peraturan PBESI apabila mereka tidak mendaftarkan diri mereka kepada lembaga tersebut.

Sebagai salah satu organisasi Esports di Indonesia, selain dari AVGI dan IESPA, PBESI tidak melihat situasi kondisi dan seakan-akan melakukan self-proclaim, dalam peraturannya, pada lingkup Esports di Indonesia.

Menurut NawaReaders, apakah aturan yang dibuat oleh PBESI kejauhan? Apakah perlu aturan yang terlalu mendorong ini diterapkan di lingkup Esports Indonesia? Kirimkan pendapat kalian di kolom komentar.



Sumber : https://nawalakarsa.id/pop-kultur/re...iluar-esports/

Setelah ada kang cap halal di kategori makanan, skarang ad kang cap halal dan monopoli di kategori game. Ga puas2 ni negara bikin rakyatnya stress.

INGAT!!! game yg total di genggaman mreka (PBESI) adalah esport dan non-esport yg artinya game2 smartphone yg lu pake nenangin otak lu dikala senggang juga diurusin ama mreka, bener2 lahan bancakan mirip PSSI. Mana ketua badan generasi boomer jendral berbintang, apa hubungannya cba cabang begini diisi ex jendral bintang.

Pikir pula nasib2 developer game lokal yg "misalkan" Tidak bekerja sama dengan PBESI? Apakah nasibnya ditendang dri negara sendiri? Mengingat di jogja banyak studio game indie dengan modal seadanya namun hasil yg sangat memukau. Bener kata warkop TERTAWA LAH SEBELUM NEGARA PAJAKIN KETAWA LU

emoticon-Ngakak
emoticon-Angkat Beer

Tambahan nih muka2 pengurusnya.
Diubah oleh longneversee 16-08-2021 00:13
viniest
SoupAyam
limdarmawan
limdarmawan dan 40 lainnya memberi reputasi
39
11.2K
249
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
KyraAltairAvatar border
KyraAltair
#50
Quote:


gini kalau aturan bikin komputer dibuat sama tukang sedot tinja

udahlah enggak kompeten secara knowledge, sudah pasti yang bikin orang2 backward yg umumnya generasi boomers bukan orang-orang millenials atau generasi Z yang tumbuh besar mengalami dan mengamati industri game dunia, dan yang terakhir sudah pasti dibumbui oleh aroma korupsi

PBESI apa sih, koq ngatur2 developer mesti gimana gimana

ada juga PBESI yang seharusnya survey dan memantau E-Sports yang di luar negeri itu apaan aja, gak mesti harus populer dulu di Indonesia baru diakui, bodoh namanya

League of Legends itu tetep jadi game E-Sports nomor 1 di dunia, tapi yg populer di negara kita? semua jenis Rip-Offnya yang ada di platform Mobile, bahkan buatan Riot tsb rilis versi Mobile jg, Wild Rift, tetap enggak bisa mengalahkan popularitas Mobile Legend, pun LoL juga enggak laku di Indonesia karena kebanyakan player2 game MobA di Indo itu cuma ikut2an zaman DotA dulu, bukan beneran gamer, jadi ya pada malas pindah game baru, malas belajar lagi, jd stay di DotA 2

nah gimana mau mengharumkan nama Indonesia nanti kalau semisal ada olimpiade E-Sports game-gamenya yg diusung itu LoL, Fortnite, PUBG, FIFA, PVP MMO macam WoW atau FF XIV

meanwhile PBESI cm mengakui game dan yang bisa dianggap atlet itu cuma yg maen Mobel Lejen sama Pri Payer gara-gara negara kita negara kismin yg untuk memiliki PC/Konsol itu masih cukup eksklusif

ya buat apa kalau punya atlet e-sports, tapi cuma buat kompetisi lokal tok, meanwhile banyak orang-orang yang maybe skillnya udah cukup mumpuni buat berkompetisi secara international di game-game yang diakui dunia mesti pupus harapan karena enggak diakui negara secara resmi jadi gak bisa ikut olimpiade e-sports

mirip-miriplah kaya atlet olimpiade tokyo yg enggak dapet support apa2 dari negara terus berangkat sendiri pake duit sendiri, masih untung itu bisa diakui sama komite olimpiadenya
longneversee
reid2
AbdChaniago
AbdChaniago dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup