jonoswara1976Avatar border
TS
jonoswara1976
Bukalapak IPO, tapi Masih Rugi Triliunan Rupiah, Layak Dibeli Enggak Nih?
Bukalapak mau IPO di bursa saham bikin banyak orang bisa punya saham dia. Namun, gara-gara dia mau IPO, ane jadi bingung, enakan lanjut koleksi atau enggak ya? 

Ya, biasalah Bukalapak bikin dua rekor nih, pertama unicorn pertama yang melantai di BEI. Kedua, bisa jadi saham dengan dana IPO terbesar sepanjang sejarah BEI nih. Soalnya, Bukalapak nargetin bisa himpun sekitar Rp22 triliun. Melewati rekor ADRO yang dulu sekitar Rp12 triliun. 

Berarti enakan dikoleksi atau enggak ya nih?

Nah, pas banget gue dapat artikel bagus tentang Bukalapak dari blog Suryarianto.id nih

Bukalapak IPO dengan menerbitkan 20-an miliar saham baru dengan harga di rentang Rp750 - Rp850 per saham. Artinya, target dana yang dihimpun sekitar Rp22 triliun. Angka yang besar dalam sejarah BEI, terakhir ADRO yang nilai IPOnya pun Rp12 triliun. 

Namun, ada lubang besar di sini, kondisi keuangan Bukalapak masih rugi Rp1,34 triliun dengan pendapatan sebesar Rp1,35 triliun. Lalu, beban penjualan dan pemasaran bisa mencapai Rp1,55 triliun. Melihat dari angka ini saja, beberapa investor, terutama fundamentalist old economy pasti langsung geleng-geleng kepala. 


Orang awam pun juga bingung, darimana si Bukalapak bisa jalan kalau begini. Kinerja rugi, beban penjualan dan pemasaran jauh lebih gede dibandingkan dengan pendapatan. 

Di sisi lain, ada beberapa pendekatan lainnya, Bukalapak ini disebut salah satu perusahaan new economy yang fokusnya adalah pertumbuhan bisnis bukan profitabilitas. Ya, profitabilitas tetap dikejar, tetapi setelah mencapai pertumbuhan bisnis yang ditargetkan. 

Nah, untuk pertumbuhan bisnis ini, jelas butuh modal untuk memperbesar pangsa pasar. Untuk itu, Bukalapak memiliki biaya pemasaran dan penjualan lebih besar daripada penjualannya sendiri karena demi memperbesar pangsa pasarnya. 

Meskipun begitu, pihak Bukalapak menilai mereka justru paling irit soal bakar uang lho. Iritnya aja Rp1,5 triliun setahun ya, gimana toko sebelah?

Ngakunya Bukan Sekadar Marketplace

Banyak juga yang menyangsikan Bukalapak IPO karena jumlah penggunanya kalah jauh dibandingkan dengan Tokopedia dan Shopee. Salah satu penyebabnya, tampilan marketplace Bukalapak yang dinilai kurang user friendly

Hal itu bukan cuma ucapan 1 atau 2 orang. Gue dan beberapa temen juga merasa rada malas untuk belanja di Bukalapak, kecuali untuk nyari perbandingan harga. Lalu, entah kenapa terakhir kali masuk ke sana, setelah mereka update design websitenya, seperti makin sepi. 

Memang, Bukalapak bukan penguasa marketplace nomor 1 di Indonesia. Secara gross merchant value estimasi sepanjang 2020 saja, Bukalapak ada di peringkat ke-4 di bawah Lazada, Tokopedia, dan Gojek. 

Manajemen Bukalapak juga mengamini hal tersebut. Mereka memang bukan nomor satu dalam hal marketplace, tetapi bisnis Bukalapak bukan cuma marketplace lho. Saat public expose, pihak Bukalapak menilai kalau bisnisnya itu ada banyak. 

Salah satunya Mitra Bukalapak, yang secara kasar gabungan dari e-Warung dengan agen PPOB, tempat lu bisa bayar listrik, air, beli pulsa, dan lainnya. Di sini, Bukalapak merasa sebagai market leader. 

Ya, bisa dibilang pun begitu, kompetitor utama Bukalapak di bisnis ini adalah KIOS, emiten skala kecil di BEI. Selain itu ada Warung Pintar yang valuasinya jauh dari Bukalapak. Bisa dibilang, para pesaingnya belum memiliki ekosistem sebesar Bukalapak. 

Meskipun begitu, Tokopedia juga sudah mulai menjajal mitra Tokopedia yang saat ini belum diketahui sudah lebih besar daripada Bukalapak atau tidak. Intinya, Bukalapak merasa bisa besar di bisnis tersebut. 

Bukalapak Yes or No?

Jujur pribadi, gue memang tergiur mencoba masuk ke Bukalapak, meski dia bukan pemain nomor satu di marketplace bahkan di Mitra Bukalapak tersebut. Apalagi, keberadaan e-IPO membuka harapan baru bagi gue untuk bisa mendapatkan saham IPO dengan mudah. 

Setelah melihat laporan keuangannya, gue enggak terlalu mempermasalahkan juga dengan posisinya yang masih rugi. Toh, itu karakter dari bisnis teknologi. Waktu SEA Group, pemilik Shopee , IPO juga masih rugi. Bahkan, kini SEA Group masih rugi juga. 

Namun, catatan untuk SEA Group, secara keseluruhan mereka memang masih rugi. Namun, bisnis entertainmentnya lewat Garena sudah mencatatkan Ebitda yang positif. Artinya, mereka punya darah segar untuk menggenjot bisnis e-Commerce dan keuangannya. 

Ini bisa jadi yang membedakan Bukalapak dengan SEA Group. Bukalapak bermain di segmen bisnis yang persaingan ketat dan butuh literasi keuangan dan teknologi yang tinggi. Jika Bukalapak bermimpi menjadi BRI di sektor perdagangan, itu butuh modal besar banget.

Arti menjadi BRI adalah Bukalapak mengejar segmen di luar kota besar. Berarti, bakal butuh biaya yang sangat besar untuk memperkuat pasar di luar sana. Di sini, prospek Bukalapak di mata gue mulai memudar. 

Namun, tidak ada salahnya juga untuk mencoba cicip masuk dengan modal kecil. Setidaknya, sudah mantek saham di sana. Jadi, kalau ada potensi melejit atau bagaimana ke depannya, ya enggak masalah. Ya, itu pun kalau dapat pas penjatahan. 

Intinya sih, kamu harus menakar sendiri risikomu saat ingin mengoleksi saham Bukalapak ya. Jangan memaksakan diri atau pengen sok keren aja, tapi juga jangan maksa orang enggak beli dan meminta ikut pendapatmu. Investasi itu kan pilihan masing-masing.



wisudajuni
threadworm
floriantito
floriantito dan 22 lainnya memberi reputasi
19
7.7K
138
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
luckynvicAvatar border
luckynvic
#14
Nggak lewat e-ipo gan, manual kontak sekuritas masing2 kalo minat
0
Tutup