Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lowbrowAvatar border
TS
lowbrow
Pendukung Jokowi jadi komisaris, Faisal Basri: Baca neraca keuangan saja tidak bisa
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Faisal Basri mengkritik proses penunjukan komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di era pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Faisal mengatakan, jabatan komisaris saat ini kerap menjadi bentuk ucapan terima kasih terhadap pihak yang telah membantu Jokowi hingga terpilih.

“Komisaris dijadikan alat untuk menyerap yang telah berjuang bersama-sama dengan Pak Jokowi,” kata Faisal, ketika diwawancarai wartawan senior Harian Kompas Budiman Tanuredjo, dikutip dari Kompas.id, Senin (28/6/2021).

Ucapan terima kasih atau membangun loyalty. Ini kan jabatan komisaris kan gajinya lumayan ya, tergantung pada direksi sih,” ujar dia.

Selain itu, Faisal berpandangan, posisi komisaris BUMN juga menjadi alat kooptasi. Pasalnya siapa pun yang menjabat komisaris, tidak lagi dapat mengkritik pemerintah secara leluasa. “Enggak bisa mengkritik lagi dong. Kan sudah komisaris. Itu ongkos yang harus kita bayar,” kata Faisal.

Faisal menekankan, situasi seperti itu akan berpengaruh pada aspek good corporate governance di BUMN. Sebab, kinerja komisaris menjadi tidak maksimal. Kemudian muncul gagasan kursus bagi komisaris.

“Harusnya komisaris itu menjalankan fungsi, kalau di politik itu check and balances, itu mandul. Karena apa? Karena mereka baca neraca keuangan saja tidak bisa. Makanya ada gagasan kursus komisaris,” ucap dia.


Praktik memberi jatah komisaris bagi pendukung Jokowi memang sudah berkali-kali menuai kritik. Akan tetapi, pemberian jatah masih terus dilakukan oleh pemerintah.

Belakangan, Masyarakat mengkritik penunjukan gitaris Slank, Abdee Negara, sebagai komisaris independen PT Telkom Indonesia.

Sebelum Abdee, sejumlah nama pendukung Jokowi telah menjabat sebagai komisaris BUMN, antara lain Fadjroel Rachman, Andi Gani Nena Wea, Lukman Edy, Kristia Budiyarto, dan Irma Suryani Chaniago.

https://nasional.kontan.co.id/news/p...aja-tidak-bisa
dragonwean
viniest
anton2019827
anton2019827 dan 31 lainnya memberi reputasi
28
11K
243
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
bernardpoohbernAvatar border
bernardpoohbern
#42
Komisaris harus bisa baca neraca? Kerahuan banget ini sih cuma mau giring opini rakyat kismin nan bodoh yg gatau apa2 tentang cara kerja level direksi perusahaan. Woy asal tau aja nih kadrun kampret bodoh sok iyess...
Bukan sombong tapi beneran ini... Adek gue baru lulus S1 udah diangkat jadi komisaris perusahaan milik kakek gue. Padahal adek gue ini menurut gue nggak cerdas2 amat bahkan biasa aja... Dan untuk urusan baca2 neraca tinggal tarik konsultan kelar... Lo pikir posisi penting itu kerjanya rumit? Nggak coy semua udah ada bagian masing2. Dan kerjanya komisaris bukan baca neraca emoticon-Ngakak (S) bahlul lo drun... Kerja paling mentok level manager nggak usah sok belagu komentar kerjaan komisaris.
emoticon-Leh Uga
SunDaimond
KyraAltair
KyraAltair dan SunDaimond memberi reputasi
0
Tutup