abbecedeAvatar border
TS
abbecede
Harta Yang TIDAK Berharga Adalah Keluarga Toxic. Ups!
Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga


Lagu itu terus terngiang di pikiran saya sampai sebesar ini. Bahkan saat sinetron masa kecil itu dibuatkan filmnya oleh rumah produksi Visinema, saya sampai 3 kali menonton. Luar biasa bukan? Kenapa saya suka banget sama Keluarga Cemara? Entahlah. Yang pasti, Keluarga Cemara adalah “harapan” saya soal keluarga yang ideal. Yups!

Tapi, seperti yang udah saya ceritakan di thread-thread sebelumnya soal parenting dan family, bahwa nggak ada kisah yang sempurna untuk hal apapun. Karena di dunia ini ada hitam, putih, dan abu-abu. Makanya, di tetralogi thread parenting ini, saya mau bercerita soal Toxic Family. Dimana, bukan cuma orang tuanya aja yang toxic, tapi anggota keluarga yang lain, seperti kakak dan adik. Ya atau bisa aja kayak sepupu, kakek-nenek, om-tante dan lain-lain.




Balik lagi ke Keluarga Cemara lagi. Dulu, saya bermimpi punya keluarga seperti mereka. Bahagia, saling support, walaupun hidup yang bisa dibilang susah. Saya ingin punya ayah seperti Abah dan Emak, yang selalu sabar, selalu tersenyum setiap ada masalah, dan saling support satu sama lain. Saya inget banget, salah satu adegan sinetron itu dimana Abah membuat mainan semacam flying fox yang melewati empang demi anak-anaknya bahagia. Kreatif deh Ayah seperti itu.

Mungkin, karena mereka hidup di desa kali ya. Suasananya adem, makan bisa apa adanya, jadi seolah enak aja hidupnya walau susah. Lah saya di kota? Udah panas, keras pula kehidupannya. Dimana ketika kita susah, rasanya tuh nggak enak banget. Masalah ekonomi jadi hal yang utama. Makanya, mungkin Ayah saya nggak bisa seperti Abah. Ayah saya adalah orang yang keras dan nggak “deket” sama anak. Apakah Ayah saya toxic? Tidak. Tapi itulah keluarga. Pasti ada aja masalahnya. Ya kan? Tapi saya ngerti, kenapa Ayah saya seperti itu.

Kita nggak bisa meminta sama Allah dilahirkan ke keluarga yang seperti apa. Makanya, wajar saya bilang, tidak ada keluarga yang ideal. Maka dari itu, kita lupakan Keluarga Cemara, dan beralih ke film NKCTHI alias Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Di film ini, kita bisa tau seperti apa sih keluarga. Ya rata-rata air keluarga pada umumnya. Tapi dengan Bapak yang menurut saya TOXIC. Makanya, saya sekarang berpikir, bahwa Ayah saya lebih baik dari Ayah manapun. Segala kekurangannya, terjadi karena alasan tersendiri.



Bapak Rendra di film NKCTHI adalah seorang bapak yang ingin menjadi sempurna. Semua anaknya dikontrol penuh sama dia. Hampir semua anaknya di push sama dia agar jadi yang terbaik. Pak Rendra bahkan bisa dibilang posesif. Dia juga bapak yang suka mendoktrin soal anak pertama dan anak bontot. Bahkan dia nggak segan memarahi anaknya meskipun di tempat umum. Dia bapak yang manipulatif, otoriter dan dominan. Hingga semua anak-anaknya nggak berani sama si Bapak. Bahkan istrinya sendiri. Itu penilaian saya soal Pak Rendra.

Sifat si Bapak ini untuk keluarganya akhirnya memicu konflik saat sang anak sudah dewasa. Dimana Angkasa yang harus memendam kebohongan selama 21 tahun. Lalu, Awan yang menganggap selalu dikontrol penuh sama Ayahnya sampai dewasa, sampai dia nggak tau dunia luar. Dan ada Aurora anak tengah, yang merasa tidak dipedulikan oleh sang ayah karena fokus pada anak bontot. Lalu, sang ibu yang sampai tua merasa tertekan hidupnya sejak kelahiran anak ketiganya.

Konflik ini pecah ketika akhirnya semua sang anak berani mengungkapkan perasaannya tentang keluarganya. Dan yang saya suka dari film ini, karena semua “kesalahan” karakter dalam film, diberikan “alasannya”. Sebab akibatnya. Inilah yang saya yakini, setiap hal yang terjadi, apapun itu, ada hukum sebab akibatnya. Di ending film, diceritakan alasan sang Ayah seperti itu. Karena sang ayah menjanjikan kebahagiaan untuk istri dan anak-anaknya. Hingga janjinya itu kebablasan dan malah seperti mengekang keluarganya.

Begitupun dengan keluarga kita. Ayah saya keras dan nggak dekat sama anak-anaknya, ya karena hidupnya yang susah dari kecil itu.. Lalu dia diperlakukan keras juga oleh orangtuanya. Intinya, hidupnya keras. Makanya dia berusaha keras supaya dia dan keluarganya ini nggak ngerasain susah juga. Lalu kenapa dia nggak dekat sama anaknya dan suka emosi sama anak? Ya mungkin, karena pekerjaannya udah lelah banget baik pikiran dan fisiknya. Jadi ketika sampe rumah, pengennya punya waktu me time. Terus kenapa emosian? Ya karena hidupnya keras dari kecil. Jadi kenapa orang tua kita seperti ini? Ya karena dia punya alasan sendiri.

So, toxic atau nggaknya keluarga kita sebenernya tergantung dari diri kita sendiri. Jangan apa-apa, langsung bilang keluarga kita toxic. Orang tua kita toxic. Padahal itu adalah keluarga kita sendiri. Terus gimana dong? Masa diem aja! Speak up dong, lawan dong! BUKAN GITU MALIH. Ketika kita nggak merasa nyaman dengan yang dilakukan oleh keluarga kita, coba ngomong baik-baik. Komunikasikan hal-hal yang nggak kita suka. Kalo ternyata keluarga kita masih begitu juga, baru deh keputusan ada di kita. Bisa pergi dari rumah.

So, keluarga yang toxic tuh seperti apa? Pertama, kalo kamu nggak merasa nggak nyaman berada di rumah. Ketika kamu sampein keluh kesah kamu, problem kamu, mereka nggak menghargai, nggak mendengarkan, malah menyalahkanmu, hingga akhirnya semua perlakuan mereka menyerang psikis kamu. Kedua, kalo mereka udah melukai fisik kamu berlebihan. Ya taulah seperti apa ya. Pokoknya jatohnya ya udah KDRT. Berikutnya, ketika keluarga tuh suka menyalahkan kamu dan nggak pernah mensupport. Kamu ada masalah, bukannya dikasih solusi eh malah disalah-salahin. Kamu berbuat sesuatu nggak pernah didukung dan selalu dianggap buruk. Itu juga diliat sih seberapa parahnya.

Jadi intinya gini, toxic atau nggaknya keluarga kamu, itu tergantung penilaian kamu. Tapi jangan sampe sedikit-sedikit bilang, keluarga kita toxic. Tapi coba memahami mereka dahulu, baru kemudian ketika bermacam usaha udah kita lakukan nggak bisa membuat mereka lebih baik, menjauhlah. Tugas kita cuma mengungkapkan apa yang ada di hati kita, bukan mengubah hati mereka. Tapi ingat, bagaimanapun keluarga kamu, mereka tetaplah keluargamu. Berjanjilah untuk tidak seperti mereka. Dan menjadi lebih baik untuk keluargamu nanti. Karena keluarga toxic, udah pasti NGGAK ASIK!

Disclaimer:
Thread ini adalah threat sesat dan menyesatkan. Saya hanya bercerita dan beropini dari pikiran TS soal keluarga, yang kebetulan udah berkeluarga. Jadi orang tua TS bisa menjadi cerminan dan gambaran untuk TS, ketika sekarang menjadi orang tua dan berkeluarga.


Ngomong-ngomong soal Keluarga Toxic, se-toxic apa sih keluarga kalian?
Rohmatullah212
bachtiar.78
ndoro_mant0
ndoro_mant0 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
5.6K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
adelianzwAvatar border
adelianzw
#7
Bagi anekeluarga ga harus ada ikatan kekerabatan (darah). Andaikata keluarga/ kerabat cenderung toxic, tinggalkan saja, cukup say hello, ga perlu intensif berhubungan, makan ati makin toxic saja. Pertemanan, pergaulan yg membangun menjadi lebih baik, itu lebih berarti.
mubafirs
farh.aan14
farh.aan14 dan mubafirs memberi reputasi
2
Tutup