mayyarossaAvatar border
TS
mayyarossa
Hipothermia, Momok Bagi Pendaki Gunung, Penderita Sering Dikira Kerasukan!
Beberapa hari ini, di grup WA ane beredar kabar meninggalnya seorang pendaki di Gunung Slamet. Lalu, rilis berita bahwa korban meninggal karena hipothermia. Lalu, apa dan bagaimana hipothermia itu?

Halo Agan Sista, jumpa lagi dengan ane, Mayya Rossa, penyaji thread inspiratif dan informatif. Kali ini, ane mau sharing sedikit tentang hipothermia.



Hipothermia merupakan suatu kondisi di mana tubuh mempunyai suhu yang sangat rendah. Biasanya, si bawah 35°C. Hipothermia ini sangat populer sekali di dunia pendakian gunung. Ane sendiri kenal hipothermia pertama kali saat nonton film Vertical Limit, saat ane masih pake putih abu-abu. Jangan ditanya itu kapan.

Hipothermia ini bisa terjadi karena terlalu lama di tempat dingin, ataupun pakaian kurang hangat saat di tempat dingin. Bisa juga karena memakai pakaian yang basah terlalu lama. Basah di sini bukan hanya basah karena kena air, tapi bisa juga basah karena keringat berlebih, GanSist.



Lalu, bagaimana gejala hipothermia? Gejala ringan dari hipothermia adalah tubuh terasa dingin, bahkan bisa sampai menggigil. Gejala selanjutnya, detak jantung melambat, tubuh pun lemas. Bisa juga terjadi sesak napas.

Gejala selanjutnya, penderita bisa kehilangan konsentrasi, halusinasi, juga meracau. Maka, kadang orang hipothermia di gunung sering dikira kesurupan. Yang lebih parah, penderita bisa kehilangan kesadaran.

Yang terakhir, penderita bisa mengalami henti napas dan henti jantung. Ini adalah gejala terberat hipothermia.



Lalu, bagaimana penanganan hipothermia?

Langkah pertama, cek dulu ada atau tidaknya denyut nadi atau napas dengan cara LDR (Lihat, Dengar, Rasakan). Saat masih ada denyut nadi/napas, maka dilanjutkan dengan:

1. Pindahkan penderita ke tempat yang lebih hangat dan kering. Ini akan membantu memulihkan suhu tubuh agar kembali ke suhu normal.

2. Bila bajunya basah, segera lepas, ganti dengan baju yang kering dan hangat. Bisa juga diberikan selimut atau sleeping bag. Pokoknya, jaga suhu tubuh agar selalu hangat.

3. Beri minuman hangat yang manis bila penderita dalam keadaan sadar.

4. Jaga kesadaran penderita.

Beberapa hal di atas sepertinya mudah, tapi saat orang bertemu langsung dengan kasus hipothermia, tak jarang mereka malah nge-blank dan bingung dengan apa yang harus dilakukan.


istirahat sejenak bila sudah lelah

Ane mau sedikit sharing sedikit pengalaman ane, ya, GanSist. Di pendakian ane di Gunung Slamet, ane sempat ga enak badan. Lalu ane dibuatkan teh dan mie rebus sama teman ane, setelah itu ane mencoba tidur di dalam tenda. Saat baru rebahan beberapa menit, ada pendaki yang datang, langsung jatuh pas di depan tenda, cewek cowok. Temen ane, Mbak Anik langsung teriak, "Mbak, ada yang hipo."

Ane langsung bangkit dan keluar dari tenda. Lalu, ane suruh yang diduga hipothermia tadi masuk ke tenda ane. Ternyata yang diduga hipo yang cewek.
Ane lihat, dadanya masih turun naik, matanya sudah merem melek. Aman, masih ada napas. Ane cek bajunya, ternyata basah semua. Ane minta ama cowok yang ternyata pacarnya itu baju ganti.

Lalu Mbak Anik membuatkan air hangat, sedangkan ane mengganti pakaiannya.
Setelah selesai ane lakuin skin to skin dengan cara menggosok telapak tangan dan kakinya dengan telapak tangan kami. Oh iya, dia ane selimutin pake sleeping bag juga.



Setelah air matang, kami kompres dia dengan air hangat di leher dan dada, juga telapak tangan dan kaki. Pacarnya terus menepuk pipinya dan manggil manggil dia agar tak hilang kesadaran. Dia melek, tapi ga sadar. Kedua rahangnya terkunci. Kalo orang Jawa bilang "nggeget." Kami mencoba memberi minum air teh atau susu hangat, ane lupa, dan dia respon. Dia bisa menelan minuman sedikit demi sedikit, dan mulai menggerakkan rahangnya.

Setelah itu, kesadarannya sudah kembali. Dipanggil sudah bisa jawab. Akhirnya, dia dibawa ke tendanya sendiri, karena beberapa temannya tadi sudah mendirikan tenda.


Pilih baju yang aman dan nyaman saat dikenakan. Ane sendiri memilih kaos katun atau base layer untuk perjalanan, bila nanti telah basah oleh keringat, ane langsung ganti. Ane juga memilih flanel untuk siang hari, agar tak terlalu panas. Bila memang sudah lebih dingin, bisa langsung ganti flanel dengan jaket.

Besoknya, saat ane turun, ane ketemu sama orang itu dan pacarnya. Pacarnya bilang, "Tahu mbak berdua itu nggak?"

Si cewek menggeleng. "Mereka yang nolongin kamu semalem. Bilang makasih dulu," kata pacarnya lagi.

Akhirnya si cewek bilang makasih, dan saat ane tanya, inget gak kejadian semalam, dia bilang ga inget sama sekali.

So, buat Agan Sista yang mau melakukan pendakian, alangkah baiknya bila sebelum berangkat, pastikan segala sesuatunya dengan benar. Mendaki gunung bukan hanya tentang menakhlukkan puncak gunung, tetapi menakhlukkan ego kita. Gunung bukan untuk ditakhlukkan. Buat ane mendaki adalah proses belajar.

Jangan lupa, cek keadaan medan, juga kondisi tubuh masing-masing. Jangan sok sokan tahan dingin dengan ga pake jaket kalau memang kita sudah kedinginan. Kita yang paling tahu apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Bila sudah merasa dingin, pakailah pakaian yang lebih hangat.

Nah GanSist, demikian sharing ane, semoga bermanfaat.

Jogja, 28 Mei 2021

Sumber:
1. Dokumentasi Pribadi
2. Di Sini
3. Di sini



Dari ane, yang sudah beberapa kali ketemu kasus hipothermia.
hoorray
jupiewan
cattleyaonly
cattleyaonly dan 42 lainnya memberi reputasi
41
5.3K
138
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
hoorrayAvatar border
hoorray
#47
ngeri sih ya kalau udah kena hipotermia gitu, rekan-rekan sesama pendaki diharapkan juga sudah menguasai terkait pertolongan pada temannya yang terkena Hipotermia yak
0
Tutup