yusrilmahend927Avatar border
TS
yusrilmahend927
Berfikir Ulang Mengatakan Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah




Sudah bukan rahasia umum peringkat literasi atau minat baca masyarakat Indonesia rendah. Salah satu yang menjadi dasar dari pernyataan tersebut yaitu hasil survei yang dikeluarkan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), yaitu UNESCO.

Menurut data yang dikeluarkan UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% atau dari 1000 orang Indonesia hanya ada 1 orang yang rajin dalam membaca. Kemudian berdasarkan riset yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked, dilakukan oleh Central Connecticut State University, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61, atau peringkat kedua terbawah setelah Botswana.

 

Kemudian, apakah fakta tersebut dapat kita telan secara langsung?

Tentu saja tidak, jika kita lihat standar yang ditetapkan UNESCO dalam Indeks Favorit bacaan adalah minimal 3 buku dalam setiap tahunnya. Sehingga dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa dan total bacaan hanya 22.318.083 juta eksemplar, artinya satu buku ditunggu sebanyak 90 orang.

Selanjutnya, bila kita melihat metode yang digunakan Central Connecticut State University dalam melakukan pemeringkatan tingkat literasi negara-negara di dunia sebagaimana dalam riset yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked adalah studi deskriptif tentang urutan peringkat yang dibuat dari kumpulan variabel dari dua jenis: variabel yang terkait dengan pencapaian literasi yang diuji dan variabel yang mewakili contoh perilaku literasi. Yang terakhir mencakup 15 variabel yang dikelompokkan dalam lima kategori, termasuk Perpustakaan, Surat Kabar, Sistem Pendidikan - Masukan, Sistem Pendidikan - Keluaran, dan Ketersediaan Komputer, serta populasi, yang digunakan untuk menetapkan rasio per kapita, jika sesuai.

Bila kita lihat lebih dekat salah satu variabel yang digunakan oleh Central Connecticut State University, yaitu perpustakaan dan akses bacaan kondisi dilapangan saat ini adalah sebagai berikut:

Ø Data yang dilansir oleh Perpustakaan Nasional (Lakip Perpusnas 2016) menyebutkan bahwa tingkat ketersediaan perpustakaan secara nasional baru terpenuhi 20 persen, yakni baru 154.359 perpustakaan dari rasio kebutuhan sebesar 767.951 perpustakaan. Adapun perpustakaan umum, yakni perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah dari tingkat pusat, daerah, kecamatan, sampai desa, serta perpustakaan komunitas (Pasal 22 UU No.43/2007 tentang Perpustakaan) baru mencapai ketersediaan 26 persen dari rasio yang dibutuhkan. Disparitas antara ketersediaan dan kebutuhan perpustakaan umum di atas terutama terletak di tingkat perpustakaan kecamatan yang baru terpenuhi 8 persen dan perpustakaan desa yang baru terpenuhi 26 persen dari rasio kebutuhan. Ketersediaan perpustakaan umum di tingkat provinsi dan kabupaten/kota (Perpustakaan Daerah dan Perpustakaan Kabupaten/Kota) memang telah mencapai lebih dari 90 persen, namun hal itu belum menjamin kebutuhan bacaan masyarakat di pelosok, mengingat lokasi perpustakaan provinsi dan perpustakaan kabupaten/kota umumnya terletak di pusat kota.

 

Ø Begitu pula keberadaan toko buku juga masih tergolong sedikit dan tidak merata. Jaringan toko buku Gramedia, misalnya, baru sekitar 113 toko, sementara jaringan toko buku lainnya jauh lebih sedikit lagi jumlahnya. Toko-toko buku tersebut umumnya juga terletak di kota besar atau setidaknya di ibu kota provinsi atau ibu kota kabupaten, sehingga akses masyarakat di pelosok tidak terwadahi.

 
Ø rendahnya akses masyarakat terhadap bacaan terkonfirmasi dari hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai persentase penduduk di atas 10 tahun yang mengakses media, terutama apabila membandingkan antara meningkatnya akses masyarakat terhadap televisi yang berbanding terbalik dengan akses masyarakat terhadap surat kabar/majalah. Persentase penduduk Indonesia yang menonton televisi pada 2009 – 2015 mencapai lebih dari 90 persen, sementara penduduk yang mendengarkan radio dan membaca surat kabar cenderung menurun. Pada 2009, pendengar radio sekitar 23,50 persen menjadi 7,5 persen di tahun 2015. Sedangkan pembaca surat kabar sekitar 18,94 persen di tahun 2009, menjadi 13,11 persen di tahun 2015 (Statistik Sosial Budaya 2015).

 
Sehingga kesimpulan saya pribadi, rendahnya tingkat membaca bukan karena kurangnya minat, melainkan karena kurangnya kesempatan untuk membaca.

 

orgbekasi67
antonov07
franssinaga
franssinaga dan 4 lainnya memberi reputasi
5
3.6K
66
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
KyraAltairAvatar border
KyraAltair
#35
Quote:


gak usah denial dan cari-cari pembenaran

sekarang ini udah era digital, tapi orang malas baca itu fakta

jangankan baca buku hiburan apalagi literasi ilmiah

sekadar membaca baik-baik keterangan/deskripsi produk di toko online saja banyak orang malas, yang berujung pada ketipu atau sellernya malas nanggapi orang "bodoh"

kenapa hoax dan berita-berita yang enggak bisa dipertanggungjawabkan itu gampang banget tersebar di Indo? ya karena orang malas cari-cari dan membaca sumber akurat untuk membuktikannya, dapet artikel apa di grup atau medsos, langsung di share tanpa cek dan ricek, tanpa sadar ikut berperan jadi orang bodoh yang menyebarkan info sampah

itu baru urusan dunia lo, apalagi ilmu agama, dalam hal ini Islam yang dianut mayoritas, sudah dapat dipastikan jauh lebih malas lagi untuk membaca dan mempelajari mana yang benar dan sesuai sunnah, lebih simple mengikuti/menganggap kalau dilakukan mayoritas orang = benar

itu baru bahasa sendiri lo, apalagi literasi apapun yang menggunakan bahasa asing, makin ogah lagi buat membacanya, padahal belajar bahasa inggris itu kadang ada yang sudah dari TK, gimana mau fasih kalau enggak pernah mau baca literasi berbahasa inggris, minimal baca berita keq, ini kan enggak, alasaaan mulu

contoh lain adalah TS, bagaimana literasi orang Indo mau meningkat kalau menyertakan sumber valid saja enggak

beropini boleh tapi kalau sudah menuliskan data-data statistik tu ya dibantulah orang-orang indo yg malas baca biar jd ada rasa penasaran terus klik sumbernya dan baca

yang baca tulisan gw ini aja paling 1 dari ribuan

dah sering gw komentar panjang lebar tp jarang yang reply, kalaupun reply jg jarang yang panjang

ciri-ciri orang suka membaca itu salah satunya juga suka menulis

karena enggak mungkin seseorang itu suka menulis kalau dia baca tulisan sendiri aja malas
terpukulcermin
terpukulcermin memberi reputasi
1
Tutup