Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nyairaraAvatar border
TS
nyairara
Ketua PGRI: Sekolah Didirikan Bukan untuk Membela Palestina


JAKARTA - Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Dudung Nurullah Koswara mengingatkan bahwa sekolah didirikan bukan untuk membela Palestina. Sekolah didirikan untuk membela semua anak dari kebodohan, kenakalan dan masa depan yang suram.

"Saya prihatin melihat seorang anak sekolah dikeluarkan dari sekolah karena menghina Palestina," kata Ketua PGRI Dudung kepada JPNN.com, Sabtu (22/5).

Dia menegaskan, tidak ada anak yang salah, orang dewasa di sekitarnya yang bersalah. Dudung juga mengingatkan bahwa fungsi sekolah adalah mendidik siswa jadi orang baik.

Karena itu, menyingkirkan siswa yang berperilaku tidak baik jelas bertentangan dengan fungsi sekolah.

“Menjadi guru hanya ingin mengajar dan mendidik anak baik sangatlah picik," ucapnya.

Dia lantas mengaitkan dengan kisah Nabi Muhammad SAW yang diludahi pembencinya. Nabi Muhammad tidak marah malah membalas dengan menjenguk saat pembencinya itu sakit.

Kini kata Dudung, seorang anak yang bermasalah menghina Palestina dengan kata yang sangat kasar, dikeluarkan dari sekolah. Ini jadi suatu bahan kajian bagi semua, terutama bagi para guru.

Menurut Dudung, sekolah yang tidak paham spirit pendidikan inklusif tentu akan sangat alergi pada dinamika nakal anak.

"Bahkan guru-guru yang tidak punya kompetensi pedagogik akan gagal mengajar dan mendidik," kata kepala SMA Negeri 1 Parungpanjang ini lagi.

Upaya pemerintah saat ini dengan menghadirkan program Guru Penggerak, Sekolah Pengerak, lanjutnya, ending-nya adalah melahirkan pelajar berkahlak mulia.

Tiada lain adalah mengupayakan semua sekolah dapat melahirkan Pelajar Pancasila.

"Pelajar Pancasila bukanlah pelajar yang sejak masuk sekolah sampai diwisuda baik-baik saja," cetusnya.

Lebih lanjut dikatakan, sekolah adalah sebuah organisasi pembelajaran yang dipimpin kepala satuan pendidikan pembelajaran dan guru-guru pembelajar. Sebagai organisasi pembelajaran maka semua hal harus berwajah pembelajaran.

Anak yang nakal, sangat nakal dan hampir di luar batas adalah bagian dari tugas entitas guru dan kepala sekolah agar anak tetap dilayani dengan baik. Tentu dengan layanan variatif sesuai karakter anak.

"Mengajar anak yang sudah baik, pintar, cerdas dan lahir dari keluarga baik-baik sangatlah mudah," ucapnya.

Nilai ibadah sebuah pekerjaan, kata Dudung, tentu bisa dilihat dari kesulitan dan kompleksitas pekerjaannya. Mengajari anak yang autis dengan menghina bangsa Palestina adalah bagian dari ibadah tenaga pendidik untuk membimbing dan mengarahkannya agar lebih baik

Dia menegaskan, sekolah yang baik sejatinya sangat inklusif tidak eksekusif. Sekolah yang baik tidak banyak menghakimi anak didik.

"Namanya juga anak didik, anak yang harus dididik, bukan dihardik," tandasnya.

emoticon-Traveller

Untung sudah gencatan senjata......
jiresh
m4ntanqv
Kagemane4869
Kagemane4869 dan 58 lainnya memberi reputasi
57
10.4K
191
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
donal.duck.Avatar border
donal.duck.
#4
Itu namanya baik biadap, konflik Israel palestina murni bukan urusan kita, semua org berhak mau pro ini atau pro itu, anggap aja fans, sama kyk nonton liga sepak bola atau petarung ufc atau tinju. Toh yg hina2 negara lain banyak kok, nggak ada yg sampe fatal jg hukumannya.

Indonesia ini malah aneh memihak salah satu, justru dengan memihak maka dia ngomong apapun nggak akan didengar oleh Israel. Seandainya ada hubungan diplomasi, ada kerjasama ekonomi/militer/lainnya, bisa punya bargaining power, tapi begitu memihak, hilang sudah kesempatan untuk menyuarakan apapun. Dipandang sebelah mata pun enggak, langsung di-sekip.

Apalagi kalo mau objektif , memang Hamas yg maen roket duluan, sedangkan polisi Israel nembak pake peluru karet dan gas air mata, sama persis dengan standar Indonesia menertibkan pendemo. Tau sendirilah situasi mereka beda negara, beda ras, beda agama, beda segalanya, pasti jauh lebih runyam dari pendemo di sini dan eskalasinya dari nol sampe 10 cepet banget. Malah maen roket.

Pendidikan itu penting, Jepang ketika perang jaman dulu dan kotanya hancur kena bom, apa yg ditanya oleh pemimpinnya, bukan kekuatan militer kita sisa berapa atau kekuatan persenjataan apa yg ada, tapi berapa guru yg masih tersisa ? sampe segtiunya pentingnya pendidikan, tapi kalo gurunya macam gini ya bisa bubar negara. Harimau tidak makan anaknya, tapi kenapa ibu pertiwi tega makan anaknya ?
Diubah oleh donal.duck. 22-05-2021 19:29
tyrionlanister8
jiresh
speedy.buntang
speedy.buntang dan 49 lainnya memberi reputasi
48
Tutup