Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
HITAM Season 2






Quote:





Prolog


 Ini adalah cerita fiksi, lanjutan dari thread sebelumnya yang berjudul HITAM. Menceritakan tentang anak yang bernama Aryandra, seorang anak yang ndableg, serba cuek dan nggak nggagasan.  Dari kecil Aryandra bisa melihat makhluk halus dan sebangsanya, dia juga punya kemampuan untuk melihat masa depan hanya dengan sentuhan, pandangan mata, dan juga lewat mimpi. 

 Karena sejak kecil Aryandra sudah terbiasa melihat makhluk halus yang bentuknya aneh-aneh dan menyeramkan, maka dia sudah tidak merasa takut lagi melihat makhluk alam lain itu. Setelah di beri tahu oleh mbah kakungnya, Aryandra baru tahu kalau kemampuannya itu berasal dari turunan moyangnya. Dengan bimbingan mbah kakungnya itulah, Aryandra bisa mengetahui seluk-beluk dunia gaib.

 Pada thread sebelumnya menceritakan tentang masa kecil Aryandra. Takdir telah mempertemukan dia dengan sesosok jin yang bernama Salma, jin berilmu sangat tinggi, tapi auranya hitam pekat karena rasa dendamnya yang sangat besar, dan juga karena dia mempelajari ilmu-ilmu hitam yang dahsyat. Tapi Salma telah bertekad untuk selalu menjaga dan melindungi Aryandra, dan akhirnya merekapun bersahabat dekat. 

 Belakangan baru diketahui oleh Aryandra kalau Salma adalah ratu dari sebuah kerajaan di alam jin. Salma menampakkan diri dalam wujud gadis sangat  cantik berwajah pucat, berbaju hitam, memakai eye shadow hitam tebal, lipstick hitam, dan pewarna kuku hitam. Kehadiran Salma selalu ditandai oleh munculnya bau harum segar kayu cendana, 

 Salma juga sering berubah wujud menjadi sosok yang sangat mirip dengan kuntilanak hitam dengan wajah menyeramkan, memakai jubah hitam panjang, rambut panjang awut-awutan, mulut robek sampai telinga, mata yang bolong satu, tinggal rongga hitam berdarah. Tapi wujudnya itu bukan kuntilanak hitam. 

 Bedanya dengan kuntilanak hitam adalah, Salma mempunyai kuku yang sangat panjang dan sangat tajam seperti pisau belati yang mampu menembus batu sekeras apapun. Kuku panjang dan tajam ini tidak dimiliki kuntilanak biasa. 

 Dalam cerita jawa, sosok seperti Salma itu sering dikenal dengan nama kuntilanak jawa, sosok kunti paling tua, paling sakti dan paling berbahaya daripada segala jenis kuntilanak yang lain. Kuntilanak jawa sangat jarang dijumpai, karena makhluk jenis ini memang sangat langka. Manusia sangat jarang melihatnya, dan kalau manusia melihatnya, biasanya mereka langsung ketakutan setengah mati, bahkan mungkin sampai pingsan juga, dan setelah itu, dia akan menjadi sakit.

 Aryandra juga dijaga oleh satu sosok jin lagi yang dipanggil dengan nama eyang Dim, dia adalah jin yang menjaga nenek moyangnya dan terus menjaga seluruh keturunannya turun-temurun hingga sampai ke Aryandra. Dari eyang Dim dan Salma inilah Aryandra mempelajari ilmu-ilmu olah kanuragan, beladiri, ilmu pukulan, tenaga dalam, dan ilmu-ilmu gaib.

 Perjalanan hidup Aryandra mempertemukannya dengan satu sosok siluman yang sangat cantik, tapi memiliki wujud perempuan setengah ular. Siluman itu mengaku bernama Amrita, dengan penampilan yang khas, yaitu serba pink, mulai pakaiannya dan bahkan sampai ilmu kesaktian yang dikeluarkannya pun juga berwarna pink. Amrita adalah siluman yang selalu menggoda manusia untuk berbuat mesum, yang pada akhirnya manusia itu dibunuh olehnya. Semua itu dilakukan karena dendamnya pada kaum laki-laki.

 Awalnya Aryandra berseteru dengan Amrita, dan Amrita sempat bertarung mati-matian dengan Salma, yang pada akhirnya Amrita bisa dikalahkan oleh Salma. Dan kemudian Amrita itupun bersahabat dekat dengan Aryandra dan Salma. Dia  juga bertekad untuk terus menjaga Aryandra. Jadi Aryandra memiliki 3 jin yang terus melindunginya kemanapun dia pergi.

 Di masa SMA itu Aryandra juga berkenalan dengan cewek yang bernama Dita, kakak kelasnya. Cewek manis berkacamata yang judes dan galak. Tapi setelah mengenal Aryandra, semua sifat Dita itu menghilang, Dita berubah menjadi sosok cewek yang manis dan penuh perhatian, Dita juga sangat mencintai Aryandra dan akhirnya merekapun jadi sepasang kekasih.

 Dalam suatu peristiwa, Aryandra bertemu dengan dua saudara masa lalu nya, saudara keturunan sang raja sama seperti dirinya. Mereka bernama Vano dan Citradani. Dan mereka menjadi sangat dekat dengan Aryandra seperti layaknya saudara kandung. Saking dekatnya hingga kadang menimbulkan masalah dan salah paham dalam kehidupan percintaannya.

 Aryandra mendapatkan suatu warisan dari nenek moyangnya yaitu sang raja, tapi dia menganggap kalau warisan itu sebagai suatu tugas untuknya. Warisan itu berupa sebilah keris kecil yang juga disebut cundrik. Keris itu bisa memanggil memerintah limaratus ribu pasukan jin yang kesemuanya ahli dalam bertarung, pasukan yang bernama Pancalaksa ini dibentuk oleh sang raja di masa lalu. Karena keris itu pula, Aryandra bisa kenal dengan beberapa tokoh jin yang sangat sakti dan melegenda. 

 Tapi karena keris itu jugalah, Aryandra jadi terlibat banyak masalah dengan kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai Dewa Angkara. Ternyata keris itu sudah menjadi rebutan para jin dan manusia sejak ratusan tahun yang lalu. Keris itu menjadi buruan banyak makhluk, karena dengan memiliki keris itu, maka  akan memiliki ratusan ribu pasukan pula.

 Perebutan keris itulah yang akhirnya mengantarkan Aryandra pada suatu peperangan besar. Untunglah Aryandra dibantu oleh beberapa sahabat, yang akhirnya perang itu dimenangkan oleh pihak Aryandra, meskipun kemudian Aryandra sendiri memutuskan untuk mengorbankan dirinya untuk menghancurkan musuh utamanya. Dan karena itulah Aryandra jadi kehilangan kemampuannya untuk beberapa waktu, tapi akhirnya kemampuan itu kembali lagi padanya dengan perantara ratu utara.

 Pada thread kali ini akan menceritakan kisah hidup Aryandra setelah lulus dari SMA, dari pertama masuk kuliah, tentang interaksinya dengan alam gaib dengan segala jenis makhluknya. Juga tentang persahabatan dengan teman kuliah dan dengan makhluk alam lain, percintaan, persaingan, tawuran, segala jenis problematika remaja yang beranjak dewasa, dan juga sedang dalam masa pencarian jati diri. Teman baru, musuh baru, ilmu baru dan petualangan baru.

 Sekali lagi, thread ini adalah cerita fiksi. Dimohon pembaca bijak dalam menyikapinya. Mohon maaf kalau ada kesalahan penulisan, kesalahan tentang fakta-fakta, dan kesamaan nama orang. Tidak ada maksud apa-apa dalam pembuatan thread ini selain hanya bertujuan untuk hiburan semata. Semoga thread ini bisa menghibur dan bisa bermanfaat buat agan dan sista semuanya. 

 Seperti apakah kisah hidup Aryandra setelah lulus dari SMA ini..? Mari kita simak bersama-sama...



Spoiler for Salma:




Spoiler for Amrita:



Diubah oleh Mbahjoyo911 26-03-2022 23:54
praditya.92
junti27
bebyzha
bebyzha dan 390 lainnya memberi reputasi
367
1.6M
24.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
#3852
Keberangkatan
     Dua minggu berlalu, Nana udah bener-bener sembuh seperti sedia kala, dia udah masuk kuliah seperti biasa. Dan dia kini jadi baik banget sama aku, sering ngasih makanan atau minuman pas ketemu di kosan. Ini adalah satu sisi positif dari menolong orang, jadi tambah temen, dan temen yang awalnya nggak deket bisa berubah jadi deket.

     Aku juga denger kabar dari Citradani kalo Cindy udah nggak mau ketemu lagi sama cowok yang memiliki jin ular itu, aku nggak mungkin nanya langsung ke Cindy karena dia selalu malu-malu kalo ditanya soal cowok. Kata Citradani, dia telah menghajar habis-habisan itu cowok, bahkan jin ular pendampingnya itu juga dihajar oleh nini Raradewi dan Amrita. 

      Aku sempat ketemu sama itu cowok dan keadaannya sungguh menyedihkan, mukanya bengep-bengep membiru dengan kepala benjol juga. Untung aja dia nggak melapor ke dosen, atau mungkin dia malu buat lapor karena yang ngehajar adalah cewek. 

      Memang Citradani kalo marah itu nggak tanggung-tanggung dalam menghajar, seluruh ilmu olah kanuragannya dipraktekkan, malah kayak dapet samsak hidup. emoticon-Ngakak (S)  Aku jadi mengurungkan niat buat menghajar cowok itu lagi, ngelihat mukanya aja aku udah kasihan.

      Aku cuma tinggal menunggu aja balasan darinya, bisa aja dia punya guru yang mengajari, dan dia mengadu sama gurunya, dan gurunya lah yang membalas. Tapi sampe seminggu itu nggak ada kejadian apa-apa. Dan Amrita pun kembali lagi padaku. Tapi aku masih waspada, maka aku meminta tolong pada tiga anak buah Ekawadya untuk sementara mendampingi Cindy kemanapun dia pergi, jadi kalo terjadi sesuatu, aku akan langsung tau.

      Hari ini adalah hari keberangkatan Dita yang akan melaksanakan kkn. Selama satu setengah bulan ke depan dia akan tinggal di desa tempat dia kkn, desa ini berbeda dengan desa yang dulu kudatangi bareng dosen, juga Yudi dan Daffa, karena desa itu sudah penuh kuota peserta kkn nya.

    Dari rumah aku sudah membawa mobil dan juga tas ransel gede yang penuh dengan makan ringan, aku tau Dita suka ngemil, dan dia pasti nggak akan sempat membeli makanan ringan, jadi kubelikan aja tanpa sepengetahuannya. Kutaruh ransel itu di bawah dashboad.

     Sehabis kuliah, aku langsung tancap gas ke rumah Dita untuk menjemputnya. Dia membawa tiga tas ransel besar, entah apa aja isinya. Dari rumah Dita kami langsung ke kampus lagi, karena emang peserta kkn berangkat dari kampus. Total ada 12 mahasiswa yang ikut kkn di kelompoknya Dita, enam cewek dan enam cowok. Sampai di kampus, sudah ada banyak mobil travel yang akan mengantar ke desa tujuan.

Quote:


     Suasana ramai, karena ada beberapa kelompok kkn yang berangkat hari itu juga, meskipun tujuannya berbeda. Dita bergabung dengan temen-temennya, sementara aku mendekati ketua kelompok, cuma mau bilang kalo Dita ikut ke mobilku.

Quote:


     Meski omongannya terlihat ramah, tapi aku tau ada yang dia sembunyiin, mana ada ketua yang ngijinin anggotanya buat naik kendaraan lain segitu gampangnya. Kayaknya dia berpotensi menimbulkan masalah, tapi moga aja firasatku salah. Lalu kulihat Dita mendekatiku dengan dua temennya.

Quote:


     Lalu peserta kkn disuruh berkumpul buat dapatkan pengarahan dan wejangan dari dosen, sementara aku menunggu di mobil. Seperempat jam kemudian, Dita udah masuk mobil dengan dua temennya. Salma, Amrita dan roro Saraswati nangkring di atas atap mobil.  Iring-iringan mobil travel itupun mulai meninggalkan kampus, menuju ke arah selatan kota. Kelompoknya Dita memakai 2 mobil, dan aku terus mengikuti 2 mobil itu, karena aku juga belum tau tempatnya.

     Awal perjalanan, ketiga cewek itu rame banget, nyerocos nggak berenti-berenti. Agar mereka berhenti ngomong, maka kubuka aja tas ransel di depannya Dita. Mereka tampak seneng banget ada cemilan buat perjalanan, tapi ternyata cemilan itu nggak berhasil menghentikan obrolan mereka. emoticon-Hammer (S)

     Satu jam kemudian, mereka mulai berhenti ngomong, cuma diem terkantuk-kantuk dan memegang hp masing-masing, sepertinya baterai mereka udah mulai abis. Dan setengah jam kemudian mereka mulai tertidur satu persatu. Ini lebih baik daripada terus dengerin ocehan mereka. Dita tidur bersandar di bahuku, membuatku kerepotan menyetir.

      Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam, iring-iringan mobil travel itu keluar dari jalan raya dan memasuki sebuah jalan kecil di tengah hutan budidaya pohon jati. Jalan itu udah beraspal tapi sudah rusak di sana sini, lebarnya cuma cukup untuk dua mobil, jadi terpaksa kami harus berjalan pelan-pelan Setengah jam melewati hutan jati, mobil didepanku berbelok ke jalan yang lebih kecil lagi.

     Jalan ini berlapis beton, tapi juga udah berlubang di sana sini, mobil jadi terguncang-guncang dan tiga cewek itu mulai kebangun, dan kembali meeeka mengobrol rame banget. Di kiri kanan kami cuma ada tegalan dan kebun singkong, diselingi hutan-hutan kecil, dan anehnya, nggak ada sawah sama sekali. 

      Sekitar 45 menit kemudian kami sampai di gapura desa. Dari jalan raya sampai ke gapura itu butuh waktu satu jam lebih, bukan karena jauh, tapi karena jalan yang rusak hingga kami harus pelan-pelan. Hari sudah beranjak petang remang-remang.

     Baru aja masuk gapura, ada sebuah batu sebesar rumah di kanan jalan, dan di atas batu itu kulihat sosok wewe gombel yang sangat besar, energinya terasa sangat kuat, tapi sosok itu cuma diam aja, berdiri mematung sambil mengawasi kami. Firasatku udah nggak enak aja. 

     Jalan setelah gapura itu berlapis beton, tapi kondisinya lebih baik daripada yang tadi. Di kiri kanan sepanjang jalan beton ditumbuhi pohon-pohon besar yang cabang dan daunnya memayungi jalan, membuat suasana jadi redup. Apalagi saat itu udah menjelang maghrib, dan nggak ada penerangan sama sekali, cuma mengandalkan lampu mobil, menambah kesan singup dan angker.

     Makin lama mobil berjalan, makin banyak makhluk-makhluk halus yang kulihat berseliweran dari pohon ke pohon di atas kami. Baru masuk aja udah segini banyaknya, entah gimana kondisi desa yang kami tuju itu. Dan saat melewati rumpun pohon bambu yang panjang, mobil travel di depanku berhenti mendadak. Aku ikut menghentikan mobil.

    Kami menunggu seperempat jam, tapi mobil travel itu nggak jalan juga. Kurasakan ada banyak energi jin lumayan kuat yang berasal rumpun-rumpun bambu itu, dan yang terkuat malah berasal dari arah depan. Karena bosan menunggu, kuputuskan untuk keluar dari mobil, para cewek kuminta tetap berada di.dalam mobil.

     Tiga gadis alam gaib masih tenang-tenang aja nangkring di atas atap mobil, pertanda nggak ada yang perlu dikuatirkan. Kuminta mereka untuk tetap di mobil juga, dan aku menuju ke mobil travel yang berada di depanku. Mesin mobil masih menyala, jadi mereka menunggu mobil yang didepannya lagi. 

     Akupun menuju ke mobil pertama itu. Dan ternyata mobil itu mogok. Beberapa mahasiswa tampak keluar dari mobil itu sambil membawa senter, dan crew mobil terlihat berada di kolong mobil, kayaknya dia berusaha membetulkan mesin. Aku memandang sekeliling tempat itu. dan aku tertegun.

     Kiri kanan jalan itu cuma ditumbuhi rumpun bambu di sepanjang jalan dan di setiap bambu itu kulihat puluhan pasang mata sedang memperhatikan kami, mereka adalah makhluk-makhluk penghuni rumpun bambu itu, dan saat ini kami lah yang menjadi pusat perhatian. Jadi energi mereka ini lah yang tadi kurasakan.

     Di depan mobil terdepan itu ada sebuah jembatan kecil, dan tepat diatas jembatan itu kulihat sosok genderuwo sangat besar, matanya merah menyorot menatap ke arah kami, dia berdiri seakan menghadang kami. Dan ada satu lagi energi kuat yang berasal dari bawah mobil pertama ini! Aku menengok ke bawah mobil dan kulihat sosok ular sanca besar bergelung di bawah mobil, jadi ternyata sosok ular inilah yang menghentikan mesin mobil!

     Beberapa mahasiswa mulai tampak kasak-kusuk, sepertinya mereka mulai takut karena alam sudah benar-benar gelap sekarang. Ditambah banyaknya makhluk di sekitar situ yang perlahan mulai mendekat,  energi mereka telah membuat para mahasiswa itu merinding. Para cewek tetap berada di dalam mobil dan nggak berani keluar, ini lebih baik daripada mereka keluar dan tambah ketakutan.

     Entah apa tujuan mereka menghadang kami. Sementara malam makin larut, hawa semakin dingin, dan sepertinya makhluk-makhluk itu bertambah banyak. Aku males kalo harus menunggu lebih lama lagi, maka tanpa memperdulikan para mahasiswa itu aku mulai berteriak dengan pengerahan tenaga dalam. 

Quote:


     Para mahasiswa itu melihatku dengan tatapan heran, mungkin mereka menganggapku aneh, tapi aku nggak peduli, aku cuma pengen cepet-cepet sampai di desa. Dan mendadak Salma sudah berada di sebelahku. Aura hitam pekat menguar dengan perkasa, aku yang berada di sebelahnya segera merasa sesak di dada. Para mahasiswa segera menjauh dariku, mungkin mereka ngerasa ketakutan akibat auranya Salma.

     Satu persatu makhluk yang tadinya mendekat itu mulai mundur, dan puluhan pasang mata yang berada di rumpun bambu itu juga mulai menghilang. Dan kulihat sosok ular sanca di bawah mobil itu merayap keluar, menyeberang jalan, dan akhirnya lenyap di rumpun-rumpun bambu. Sosok genderuwo di jembatan juga sudah menghilang.

     Hawa yang tadinya terasa pengap kini berubah normal lagi, berganti dengan hawa dingin sejuk khas pedesaan. Aku menghela napas lega, syukurlah nggak sampe terjadi bentrok dengan para makhluk itu. Sebentar kemudian mesin mobil itupun bisa menyala! Dan sepertinya para mahasiswa itu mulai tau kenapa aku berteriak tadi, kini mereka menatapku dengan pandangan terima kasih, tapi mereka nggak ada yang bertanya. 

     Aku kembali ke mobilku bersama Salma, dan dia kembali nangkring di atas atap mobil. Akupun masuk ke mobil dan sebentar kemudian iring-iringan mobil itu mulai bergerak. Dita dan dua temannya nggak bertanya apa-apa. Aku yakin Dita udah tau apa yang terjadi, mungkin dia juga mendengar teriakanku tadi. Setelah mogoknya mobil itu, udah nggak ada gangguan lagi, meskipun masih banyak makhluk-makhluk yang mengawasi kami di kiri-kanan jalan, dan ada juga yang mengikuti kami dari jauh.

     Kerimbunan rumpun bambu itu mulai jarang, berganti dengan tegalan sayur dan kebun singkong milik warga, beberapa lampu bohlam orange di depan rumah-rumah mulai terlihat, meskipun masih jarang. Jalan itu sangat gelap, nggak ada penerangan sama sekali dan terlihat sepi, padahal masih jam 7 malam.

     Akhirnya rumah penduduk mulai banyak, kami mulai memasuki perkampungan, dan akhirnya kami berhenti di sebuah bangunan besar yang bagus, sangat kontras dengan keadaan rumah-rumah penduduk yang kami lewati, sebagian masih sederhana, berdinding papan atau gedhekalias anyaman bambu. Aku yakin bangunan besar itu adalah balai desa atau kantor kelurahan.

     Beberapa orang tampak berdiri di depan bangunan itu, sepertinya mereka emang udah menunggu kami. Saat aku keluar mobil, Dita memegang erat tanganku, dan tangannya terasa dingin, segera kusalurkan hawa hangat untuk menenangkannya, roro Saraswati ikut menyalurkan hawa hangat ke Dita.

     Ada beberapa mahasiswa yang ikut di mobil travel pertama mendatangiku, mereka menyalamiku sambil ngucapin terima kasih, mereka benar-benar tau apa yang kulakukan tadi, dan mereka ngerti tata krama juga. Tapi ketua kelompok itu malah nggak terlihat, ya sudah lah.. aku juga nggak butuh terima kasih.

     Kami segera menyalami kepala desa dan perangkat desa lainnya dan kemudian kami dipersilahkan masuk ke pendopo balai desa, sudah tersedia teh hangat dan banyak makanan ringan juga. Para mahasiswa sudah mulai bisa bercanda kembali, seakan mencoba melupakan kejadian tadi. Tapi Dita masih belum melepaskan pegangannya, padahal ada Erin dan Nela juga di sebelahnya. Baru dateng aja udah kayak gini, aku jadi kasihan padanya.

     Mobil travel itu langsung balik ke kota setelah mengantar mahasiswa, sebenarnya rencanaku juga mau langsung balik, bareng sama mobil travel itu, tapi melihat keadaan Dita yang kayak gitu, aku jadi mengurungkan niat, mungkin ntar malam aja baliknya.

     Hampir satu jam kami ngobrol dengan kades dan perangkat desa, lalu kami dipersilahkan beristirahat di satu rumah kosong di dekat balai desa yang khusus diperuntukkan buat mahasiswa kkn, tapi nggak cukup buat 12 orang, jadi sebagian menginap di rumah-rumah warga yang berada di sekitar balai desa itu.

     Dita, Erin dan Nela juga menginap di rumah yang kosong itu bersama 3 cewek lainnya, sementara yang cowok nebeng di rumah warga. Segera kuangkut barang-barangnya Dita dari mobil ke rumah itu. Aku juga membantu membawa barang-barang miliknya Erin dan Nela. 

     Baru aja masuk rumah, sudah disambut dua makhluk kerdil berkepala plontos di ruang tamu, juga kurasakan energi dari makhluk-makhluk lainnya, ternyata di rumah itu juga banyak sekali jinnya. Tapi cuma ada satu yang memiliki energi kuat. Aku meminta para cewek untuk beristirahat dulu di ruang tamu karena rumah itu harus dibersihkan lebih dulu. Meskipun mereka kebingungan, tapi mereka nurut juga.

     Tanpa basa-basi lagi, Amrita langsung melesat dan membantai makhluk yang berenergi paling besar di rumah itu, makhluk itu berwujud kunti putih dengan wajah hancur remuk. Amrita sengaja langsung membunuhnya karena menurutnya kunti itu sangat usil dan jahat, dilihat dari kuatnya energi yang dimilikinya, tentu kunti itu sering menampakkan diri pada orang-orang. Dengan musnahnya makhluk terkuat, maka tanpa diminta, jin yang berenergi lebih rendah segera menyingkir dari rumah itu.

     Rumah itu cukup besar, masih berwujud joglo kuno, berdinding tembok tapi cuma setengah dan setengahnya lagi di sebelah atas berdinding papan, tapi keadaannya bersih, pertanda kalo rumah itu sering dirawat penduduk. Hanya saja penerangannya kurang, cuma lampu bohlam kuning 10 watt di beranda, ruang tamu dan di setiap kamar. Berarti desa itu emang sering digunakan untuk tempat kkn. Setelah selesai dibersihkan dari jin, maka aku meminta para mahasiswi memilih kamar masing-masing. 

     Mereka menatapku dengan kebingungan, bahkan ada yang melihat dengan sinis, mungkin mereka berpikir kalo aku bukan mahasiswa kkn tapi udah main perintah seenaknya. Tapi setelah Dita memulai beranjak, diikuti Erin dan Nela, maka yang lain pun ikut beranjak. Rumah itu memiliki 4 kamar, setiap kamar diisi 2 mahasiswi dan 1 kamar lagi ternyata diisi oleh ketua kelompok dan satu mahasiswa. Selesai membawa barang ke kamar, Dita balik lagi menemaniku. 

Quote:


    Terpaksa malam itu aku ikut menginap di desa itu, dan besok terpaksa aku harus bolos kuliah lagi, karena perjalannya aja lebih dari 4 jam, nggak akan cukup buat mengejar kuliah. Rencananya ntar aku akan tidur di kursi panjang ruang tamu. 

    Waktu baru menunjuk di jam 9 malam, tapi suasana sangat sepi, maklum, suasana pedesaan. Salma dan Amrita nggak ada, entah kemana mereka. Dita dan Erin masih mememaniku di ruang tamu itu, sementara yang lain dikamar masing-masing. Ketua kelompok masih berbicara dengan kepala desa.

Quote:


    Skakmat dari Dita membuat ketua kelompok itu nggak bisa jawab apa-apa, dia terusin halannya menuju ke kamar, sementara mahasiswa yang satunya malah ikut gabung sama kami. Dari omongan yang sok care itu aku langsung tau kalo ketua kelompok ada rasa sama Dita, dan sepertinya firasatku benar, dia bakal menimbulkan masalah di sini.

      Kami ngobrol berempat sampai larut malam, dan Dita pun pamit buat tidur, yang lain pun ikut pamit ke kamar masing-masing. Kini tinggal aku sendirian di ruang tamu itu. Energi-energi jin makin terasa kuat dari luar rumah, sepertinya para jin mulai berdatangan..


bersambung…




129

hendra024
randiansudar325
xue.shan
xue.shan dan 123 lainnya memberi reputasi
124
Tutup