rizapadleviAvatar border
TS
rizapadlevi
AI Media Sosial dan Polarisasi Sudut Pandang Manusia


Tulisan ini terinspirasi dari sebuah film dokumenter yang berjudul Social Dilemma yang dirilis pada tahun 2020, film tersebut menceritakan tentang bagaimana teknologi kekinian melalui media sosial bisa mempengaruhi hidup orang banyak mulai dari gaya hidup sampai ke pandangan politik.



Pada dasarnya sebuah teknologi ditujukan untuk mempermudah manusia dalam melakukan suatu aktivitas. Namun kita tau teknologi masa kini sudah bisa memfasilitasi kehidupan sosial dengan suatu teknologi informasi yang kita sebut sebagai media sosial.

Awalnya, media sosial hanyalah sebuah aplikasi yang menjadi media untuk berbagi informasi secara cepat karena bisa membuat manusia saling terhubung walaupun dalam jarak yang jauh melalui jaringan internet. Namun dalam perkembangannya media sosial telah berubah menjadi ladang bisnis yang menyebabkan kita yang telah menggunakannya untuk aktivitas sehari-hari, mau tidak mau harus menjadi entitas yang terlibat langsung dalam transaksi bisnis tersebut.

Bisnis yang berbasis teknologi informasi merupakan salah satu bisnis yang berpotensi sangat besar dalam mendapat keuntungan yang luar biasa. Namun resiko bisnis ini besar pula dampaknya pada kehidupan manusia apabila bisnis tersebut harus mempengaruhi media sosial yang menjadi tempat manusia berinteraksi. Dan ini adalah suatu dilema pengembang teknologi untuk memilih antara memajukan bisnis atau melayani pengguna dengan sebaik dan senormalnya saja.

Namun bisnis dengan keuntungan yang menggiurkan nampaknya tidak bisa ditolak oleh perusahaan yang selalu ingin berkembang menjadi "penguasa" di dunia. Hal ini menimbulkan perusahaan teknologi informasi mengembangkan sebuah kecerdasan buatan atau yang biasa disebut dengan AI (Artificial Intelligence) untuk memfasilitasi proses bisnis agar lebih maksimal. Lalu bagaimana AI ini berfungsi dalam proses bisnis tersebut?



AI sebenarnya hanyalah kumpulan instruksi-instruksi yang dibentuk untuk mempelajari apasaja masukan yang diterima untuk kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan suatu pekerjaan yang diperintahkan untuknya. Agar AI dapat menjadi lebih pintar, masukan yang paling bagus adalah data manusia dan semakin banyak data tersebut maka semakin pintar pula AI tersebut.

Dalam proses bisnis di media sosial, AI berperan sebagai pengatur apa saja yang boleh ditampilkan ke manusia dan apa saja yang tidak harus ditampilkan. Hal ini bisa kita rasakan saat melihat iklan yang direkomendasikan pada bagian-bagian tertentu di media sosial, biasanya terkait dengan masalah kita. Misal kita sedang mengeluh sakit mata, maka tidak lama dari momen tersebut akan muncul iklan obat mata. Mengerikan ya? Masih banyak contoh lainnya yang lebih mengerikan dari itu.



Selain mengatur iklan sesuai dengan masalah hidup yang dialami pengguna, AI juga mengatur konten apa saja yang harus ditampilkan ke masing-masing penggunanya. Dan hal ini bisa cukup berbahaya bagi kehidupan sosial, dimana bisa terjadi polarisasi yang bisa berujung perenggangan hubungan antar manusia hingga konflik besar karena perbedaan pendapat.



Polarisasi ini bisa kita lihat dan pahami secara langsung dari maraknya ketegangan yang ada di masyarakat, contohnya apabila ada 2 kubu yang saling bersaing maka kedua kelompok masyarakat yang saling mendukung kubunya masing - masing akan tambah tegang apabila sudah masuk rana media sosial. Hal ini bisa terjadi karena AI pada media sosial tersebut mengatur apa saja yang ingin ditampilkan ke penggunanya, jika penggunanya adalah pendukung kubu 1 maka yang ditampilkan adalah suara positif dari kubu 1 dan suara negatif dari kubu 2, begitu pula sebaliknya pada pengguna yang mendukung kubu 2.

Jika ini semakin merusak hubungan sosial manusia, maka sudah seharusnya kita mengecam tindakan-tindakan bisnis yang diluar etika kemanusiaan. Mari bersosial media dengan bijak, mari mengkaji suatu masalah berdasarkan banyak sudut pandang, agar kita tau mana yang sebenarnya benar dan mana yang sebenarnya salah berdasarkan fakta dan bukan hasil rekomendasi AI-nya media sosial.



Banyak juga yang beranggapan bahwa media sosial gratis yang kita gunakan adalah sebenarnya tidak gratis, melainkan data kita dijual sebagai bayaran dari penggunaan tersebut. Namun dimasa ini kita juga membutuhkan media sosial untuk aktivitas-aktivitas tertentu agar lebih cepat dan praktis, sedangkan dalam pengembangannya media sosial juga butuh modal yang besar baik untuk menggaji karyawan maupun memfasilitasi teknologinya. Sehingga ada simbiosis mutualisme yang masih cukup berimbang antara pengguna dan pengembang media sosial.

Terima kasih telah sempat membaca, semoga bermanfaat

Sumber gambar :
https://www.ui.ac.id/polarisasi-poli...pan-mahasiswa/
https://dutadamaijawatimur.id/opini/...ik-bangsa/214/
https://news.detik.com/kolom/d-51473...aya-komunikasi
https://wanita.network/read/hidup/th...upan-masa-kini
https://www.google.com/amp/s/techno....-di-masa-depan
indramamoth
doobey
irmanator
irmanator dan 11 lainnya memberi reputasi
12
2.5K
50
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ceasilnikaAvatar border
ceasilnika
#23
Memang benerr nih gansiss...
Mari kitaa bijak bersosial mediaa..

Yang namanyaa masuk ke dalam suatu kubu adalah tidak enak...

Apalagi ternyataa di kubu lain ada relasi kita..


Kalau ane pribadi akan bersikapp untuk netral gansiss...
Kalau ada teman yang toxic.. Sudah cukup tahu...
Tak perlu berelasi lebih intenss..
Sebatas tahu saja...

Daripada terus terusan makan ati dan bikin pikirann...
Hidup cuman sekalii.. Gas lahh untuk memperbaiki diri pribadi... Untuk jadi yang jauhh lebih baik lagi... Ok..
rizapadlevi
mohamadfajeri
mohamadfajeri dan rizapadlevi memberi reputasi
2
Tutup