Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Teroris Di Mabes POLRI Bukti Pengawasan Kita Kurang Ketat, Bandingkan Dengan Malaysia




Belum tuntas teror di Gereja Makassar, kali ini baru saja terjadi teroris yang menodongkan sepucuk pistol ke pos keamanan mabes Polri di Jakarta Selatan.

Terlihat sosok teroris memakai baju hitam dan hijab warna biru, diperkirakan kalau dari busananya adalah wanita. Ia juga terlihat memegang map berwarna kuning, lalu beberapa saat kemudian sang pelaku menodongkan senjata tapi nampak kebingungan ketika polisi di depan mata hanya diam, lalu mulai menembak ke arah pos jaga 6x dan karena membahayakan langsung diantisipasi oleh penjaga hingga pelakupun tewas tersungkur.

Dengan adanya teroris yang bisa memasuki wilayah mabes Polri maka ini membuktikan pengawasan di sana terlihat kurang ketat sebab kenapa si pelaku bisa masuk kawasan Polisi dengan membawa senjata tidak terdeteksi ini membuat netizen bertanya-tanya.

Pelaku bernama Zakiah Aini merupakan mahasiswa yang DO di semester 5, bahkan ditemukan juga kartu club perbakin. Dan ia juga melakukan aksi secara lone wolf, atau tidak berkaitan dengan jaringan di Indonesia namun beridiologi dan berpaham radikal ISIS. Bahkan senjatanya sendiri di duga airsoft gun jadi bukan senjata dengan peluru tajam, dapat diasumsikan niatnya memang bukan untuk melukai polisi tapi untuk bunuh diri lewat cara yang lebih elegant.







Teroris semakin marak dimasa pandemi membuat kita tersentak kenapa bisa terjadi? Apakah FPI atau HTI ada dibalik skenario ini karena sudah dipastikan ormas tersebut menjadi organisasi terlarang!! Sudah pasti ada saja simpatisannya yang berang, akhirnya menjadi ekstrimis yang sia-sia.

Tapi bukan itu yang kita bahas, ekstrimis yang beragamis di Indonesia semakin membuat kita miris. Bayangkan sudah berapa kali kita kecolongan dengan aksi Bom dan teror yang fantastis. Tragedi Bom Bali, Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar membuat kita terhenyak mudah sekali teroris ini meneror dengan cara membuat masyarakat takut.

Sedangkan di Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga tak pernah tersiar kabar tentang aksi teror. Apa yang menyebabkan mereka bisa meredam aksi teror di negaranya?







Maka disini saya berasumsi, bahwa kedua Negara itu memiliki sistem hukum dan aparatur yang kuat. Tidak seperti di Indonesia aparatur hukum sudah kehilangan wibawanya karena hukum dianggap tak berpihak pada yang lemah.

Terlebih lagi di Malaysia ada Undang Undang Anti-Terorisme yang diberi nama Internal Security Act (ISA). UU ini bisa dibilang cukup tegas dan keras bahkan disebut pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Quote:


Melihat fenomena dimana teroris semakin berani dan marak, maka harus ada hukum yang lebih keras lagi. Karena bisa saja kedepannya anda, saya, keluarga, saudara, teman menjadi korban kebiadaban mereka yang menyerang warga sipil dan petugas polisi secara random.

Tapi hukuman ketika sudah terjadi kejadian tidak akan memutus aksi teror, akan lebih efektif bila dilakukan pencegahan mereka yang berfikiran radikal dengan apa yang dilakukan Malaysia dan Singapura, tangkap segera sebelum niat nekatnya bikin masyarakat jadi takut.



Saran ane, hukuman teroris ini diberikan apa yang mereka inginkan yaitu mati yang sia-sia. Bukan ane anti HAM tapi kalau suatu saat ada korban berjatuhan karena ulah mereka masih mau bicara HAM.

Tak heran hukum yang lemah membuat teroris semakin beringas, karena recruitment terus berjalan. Teroris ini akan terus melaksanakan aksinya selama hukum di negeri ini masih lemah.

Apalagi simpatisan dari ormas yang dibredel pemerintah pasti tak akan tinggal diam, melawan pemerintah yang dianggap thaghut menjadi cikal bakal teror akan terus terjadi.



Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, semoga bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.

emoticon-I Love Indonesia



"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik
Pic : google

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star



Diubah oleh c4punk1950... 31-03-2021 16:30
si.matamalaikat
yusuf2210
Junmai92
Junmai92 dan 47 lainnya memberi reputasi
44
11.6K
227
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
riko911Avatar border
riko911
#13
karena kita itu lembek. terorisme adalah fenomena yg muncul pasca reformasi dulu zaman soeharto itu ga pernah ada yg namanya terorisme kenapa? karena pengembangan ideologi asing itu di batasi secara ketat. pasca reformasi atas dasar kebebasan berekspresi masuk besar2an ideologi asing ke indonesia. ironinya yg sering dibahas adalah ideologi barat padahal yg masif adalah ideologi arab

sebut saja salafi, wahabis, hizbur tahrir, ISIS, ikhwanul muslimin. inilah root-cause masalahnya. di malaysia root cause ini sudah address dgn baik. mahzab syafii dijadikan mahzab resmi negaranya, aliran dana asing dilarang apapun bentuknya termasuk bangun masjid, sekolah islam, ulama sertifikasi dan hanya boleh berceramah di negara bagiannya saja (dlm provinsinya). begitupun perancis kemarin langsung ambil tindakan kontrol ketat aliran dana asing. inilah kuncinya.

di kita yg dilakukan hanya nangkapin semutnya. bukan menutup akses semut tsb masuk kerumah. makanya semutnya selalu ada. padahal kurang jelas apa, terorisme, ekstrimisme, radikalisme bukan budaya asli indonesia. artinya itu dibawa dari luar. darimana? dari arab

pejabat kita itu memble, takluk sama kelompok dan golongan khususnya MUI, padahal MUI bukan parpol dipilih rakyat tdk punya hak menyatakan mewakili umat islam ataupun rakyat. giliran kejadian selalu cuci tangan. Ironinya pejabat kita masih juga takut.

negara demokrasi bukan hanya di indonesia, tapi hanya di kita pemerintahnya kalau ambil kebijakan akomodasi kelompok golongan. di luar sana. tumpuan mereka adalah studi ilmiah. mau itu kelompok agama menolak tapi studi menunjukkan itu harus dilakukan ya dilakukan. seperti malaysia. tdk suka mmg ulama2 malaysia disertifikasi JAKIM pun menolak, apalagi sampai dibatasi ruang dakwahnya di tiap wilayah. tapi itu hasil studi ilmiah. Itu langkah terbaik. maka dijalankan. dan sukses kan

Pemerintah perlu berani kontroversial. karena seringkali hal yg baik itu justru tdk menyenangkan publik. tapi jika mmg itu langkah terbaik lakukan saja.
muhamad.hanif.2
noekoe19
kodokuper
kodokuper dan 19 lainnya memberi reputasi
18
Tutup