Rasanya berdebar-debar saat menanti giliran hendak di vaksinasi. Pikiran gua gelisah bolak balik bergumam "ntar dapet bubur kacang ijo ga ya?".

Pas di meja hijau, eh lupa-lupa inget sih taplak mejanya hijau atau biru. Tapi yang gua maksud di meja tempat eike di eksekusi (suntik). Petugasnya nyeletuk, "ga foto2 momen di vaksin mba?". Lalu gue jawab "enggak bu, saya orangnya low profile". Semoga beliau percaya 🤲, karena teman-teman gue ga mungkin percaya.

Setelah di suntik vaksin, gue duduk menunggu giliran di observasi. Teman di sebelah gua basa-basi bertanya "apa yang lu rasain?". Spontan gua jawab "kangen". Dia juga spontan tertawa, padahal gue serius lagi kangen. Kangen banget ngopi...karena kemarin nahan2 ga ngopi biar tidur cepat dan bakal berani ngopi lagi setelah di vaksin.

Pertanyaan lain datang dari petugas observasi, "ada keluhan nggak mba?". Lalu gue sempat diam sejenak. Sebenarnya di bibir sudah pengen keluar kata "pusing", tapi gue agak ragu pusing gue ini karena efek dari vaksin atau karena mikirin tanggal 31 yang masih 6 hari lagi. Akhirnya gue jawab, "ga ada mba".

Vaksinasi gue yang pertama sungguh-sungguh bikin segala kejadian yang gue alami hari itu menjadi ambigu. Ke-ambiguan terakhir datang dari rasa kantuk yang tidak gue tahu menahu penyebab pastinya. Setelah di vaksin gue makan di pinggir jalan, karena klo makan di tengah jalan terlalu berbahaya buat keselamatan jiwa.

Setelah makan, seperti manusia pada umumnya gue pun merasa kenyang...dan ada hasrat pengen rebahan. Lagi-lagi gue bertanya dalam diri, karena ga mungkin gue balik lagi ke Balai Kota cuma buat bertanya ke petugas vaksin.

"Ini gua ngantuk karena kekenyangan atau karena efek vaksin ya?", gerutuku pada diri sendiri.

Pada akhirnya gue menyimpulkan efek vaksinasi pertama ini B aja. Mari kita bertemu lagi di cerita vaksinasi ke-2.