Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tettettowetAvatar border
TS
tettettowet
Perawan Untuk Bapak (18+)




Aku Hilma. Perempuan dengan kehidupan begitu menjijikkan. Di mana keadaan hari-hariku hanya berbaring lemah terkulai, tak berdaya. Rasanya untuk makan saja diri ini sudah tak sanggup. Hanya menanti Tuhan kapan akan sudi mengambil kembali diri ini?



Jauh sebelum ini, kehidupanku baik-baik saja. Meski aku ditakdirkan bisu, namun rasanya kehidupanku dulu begitu menyenangkan. Tak seperti sekarang, keluarga cerai berai. Ayah dan Ibu bahkan Kakak laki-lakiku tak segan berteriak sekarang. Ayah main tangan, dengan Ibu yang menjadi korban. Bahkan mereka berdua tak mau saling mengalah sehingga saling main tangan.



Malam itu mati lampu. Suasana begitu gelap mengingat rumahku memang masih belum terpasang listrik. Pancaran lampu yang padam dari rumah warga yang menggunakan listrik membuat suasana semakin gelap pekat. Hanya dengan bantuan senter kecil di kamar masing-masing, khususnya aku memilih membaringkan badan cepat malam itu.



Dua jam berlalu, mata masih sangat sulit kupejamkan. Belum lagi suasana yang begitu panas membuat diri ini semakin susah untuk sekadar melenakan mata. Entah mengapa, malam itu perasaanku sedikit merasa was-was. Padahal jelas sudah, tempat tinggal kami memang selalu gelap. Dengan sekuat tenaga, kucoba kembali memejamkan mata. Toh, rumah memang selalu seperti ini. Jadi, tak ada yang patut dicurigai.



Saat setengah sadar hampir terbuai dalam alam mimpi, kurasakan tempat tidurku sedikit bergoyang juga sedikit menimbulkan suara besi lama dari tempat tidur. Sehingga dengan reflek badan kualihkan ke belakang di mana asal suara yang terdengar barusan. Sayangnya meski mencoba meraba-raba dan memperhatikan keadaan sekitar, tak ada tanda-tanda yang aneh.



Mengingat mata yang hampir terlena, aku memutuskan tidur kembali masih dengan posisi seperti tadi. Berbaring menyamping kanan.


'Hilma," panggil seorang pria yang tak kuketahui siapa. Badannya tinggi kurus dengan rambut hitam legam.


'Kemari,' lanjutnya.


Kami duduk di tepi pantai. Menikmati semilir angin laut yang terasa begitu manja bagi tubuh. Meski sebelumnya pria ini tak kukenali, namun berada di dekatnya membuatku sedikit terbuai. Ditambah gerakan tangannya yang membuatku terlena karena menjamah di mana saja. Hingga akhirnya ciuman panas terjadi di antara kami. Bibir saling melumat dengan tangannya yang terus bergerak hampir di seluruh badan.


Sejenak, ciuman itu kulepaskan mengingat diri ini hampir tak bisa bernapas.


'Aku menginginkanmu.'


Lagi, aku semakin terbuai. Pandangannya begitu teduh. Melihatku tak memberikan jawaban, ia kembali beraksi. Kali ini tangan kekarnya mulai turun ke bawah. Meraba memancing nafsuku. Dengan cepat, tangannya kuhentikan. Aku tak mau ini terjadi. Meski merasa nyaman, namun sejujurnya aku tidak mengenali siapa pria ini.


Pria itu tersenyum, tak sedikitpun terganggu dengan peringatan mataku yang memintanya untuk tidak berbuat lebih. Tangannya malah menahan tanganku yang akan menghentikan kembali aksinya. Napasku terengah, mencoba melawan dengan perlakuannya.



Gesekan tangannya semakin terasa. Membuat tubuhku semakin melawannya dengan hebat. Sebisa mungkin aku menghindarinya. Karena gesekan yang kurasa seolah begitu nyata. Saat mencoba bangun, tak sengaja aku menoleh ke belakang.



"Ya Tuhann ... Bapaak!!"
Diubah oleh tettettowet 25-02-2021 04:13
tien212700
padasw
jiyanq
jiyanq dan 12 lainnya memberi reputasi
11
7.9K
67
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tettettowetAvatar border
TS
tettettowet
#19
Sorry, Gan. Baru bisa lanjut.
Happy reading. Gue nrima krisan dari kalian semua, so jangan sungkan.






Part 5




Sejak kejadian kemarin, entah mengapa pikiranku selalu tertuju pada Dany. Genggaman erat pria itu saat menolongku dari perbuatan Bapak membuatku terasa damai. Belum lagi pelukan hangatnya serta bentakan yang berisi nasehat supaya aku lebih berhati-hati dengan Bapak. Semuanya membuatku nyaman, kuakui aku telah salah menilai sikapnya yangbterkadang kasar kepadaku.


Namun, pria yang semalam membuatku susah untuk sekadar memajamkan mata itu belum terlihat pagi ini. Jika biasanya ia selalu menikmati sarapan bersama Ibu dan Bapak, hari ini ia tak muncul sama sekali. Ah, kurasa pria tinggi itu tak pulang semalaman.


Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, aku memilih mandi. Hari ini sedikit bebas, setidaknya bagiku. Mengingat Bapak juga berangkat entah kemana beriringan dengan Ibu tadi pagi. Meski begitu, selama di meja makan pria tua itu terus menatapku seolah ingin menerkam. Yang juga kubalas dengan senyum mengejek. Aku sudah tak punya hormat untuknya. Karena bagiku, ia tak lebih dari manusia jelmaan setan.



Dasar pria bajingan!





Dany kembali muncul dipikiranku. Kali ini seolah ia begitu dekat. Pikiranku membunyikan tanya, kemana sebenarnya pria itu? Tak biasanya ia tak muncul dengan segala kerusuhannya.



'Jangan berikan dirimu untuk pria tua seperti Bapak!'


Ucapannya kemarin terus mengiang di kepalaku. Yang kala mengucap itu matanya turun menatap dadaku yang sedikit terbuka. Sehingga membuatku sedikit salah tingkah. Pun, nafsu yang sempat dipancing Bapak saat itu seolah bangkit lagi.




Selesai dari kamar mandi, sekali lagi kuperiksa kamarnya Danil. Tak biasanya ia belum pulang untuk waktu sesiang ini. Karena meski apapun kegiatannya di malam hari, saat sarapan bersama Ibu ia selalu ada.


Handuk yang kupakai kulepas pelan menampilkan badan polosku yang terlihat di depan cermin. Meski bisu, jiwaku sebagai perempuan masih normal seperti perempuan pada umumnya. Apa lagi menjelang haid begini, sejak kejadian kemarin bersama Bapak nafsuku seolah semakin terbakar. Namun, bersyukurnya aku masih bisa mengkondisikan nafsuku sendiri.



"Hilma!"


Dari luar terdengar Danil memanggilku, tampaknya ia baru kembali. Handuk kupakai lagi, lalu menuju lemari mencari pakaian dalam. Sementara aku mencari, teriakan Danil semakin keras memanggilku. Membuatku semakin kalang kabut. Aku takut jika pria itu marah.




Gubrakk!!



Pintu kamarku terbuka kasar. Setelahnya, menampilkan muka Danil dengan matanya yang memerah. Kemudian seulas senyum setan muncul di bibirnya seiring langkahnya yang kian mendekat. Aku panik luar biasa, tanganku tak henti-henti mencari lagi pakaian dalam yang sialnya tak ada.


Seingatku, pakaian dalam kutaruh dalam lemari supaya aku tak kesusahan mencarinya. Namun aku semakin kacau saat Danil berdiri di sampingku. Cepat, aku bergerak mundur menjauh darinya yang semakin menatap tubuhku nyalang.



"Gue perlu bantuan," ucapnya.


'Apa?'


Danil tersenyum lagi, semakin mendekat.


'Dan stop untuk mendekat!'



Tangan kugerakkan ke sana kemari menahannya mendekat. Seolah ia juga tuli, tanpa peduli sama sekali ia terus mendekat memojokkanku yang sudah terhimpit dengan dinding di belakang.



"Gue mau ini!"



Hancur sudah. Cepat tanpa aba-aba ia menarik handukku kasar. Tak cukup sampai di situ ia menarik dan kemudian mendorongku ke atas tempat tidur. Sekuatnya aku mencoba berguling ke kanan agar bisa berlari darinya. Namun, tenagaku kalah dengan pria bajingan itu. Ia menarik kakiku dan kembali menyeret ke atas tempat tidur.


Aku menangis, lagi. Tak mampu membuat apa-apa. Sejatinya, sejak kejadian kemarin pandanganku terhadap Danil sedikit banyaknya mulai berubah. Ia kukira memang Kakak angkat yang mampu menjagaku seutuhnya.



"Diam biadab!"


Danil berteriak marah saat aku terus memberi perlawanan. Pria yang mulai membuka celananya itu tampaknya semakin marah saat kakiku mencoba menendang-nendang apa saja. Sehingga dengan kasar, ia menamparku lalu membenturkan kepalaku dengan ranjang yang terbuat dari besi.


Napasku sesak ditambah dengan pandangan yang mulai kabur. Aku berteriak tanpa suara. Terus memberi perlawanan meski tanganku sudah mulai diikat pada sisi-sisi ranjang. Tak cukup sampai di situ, ia juga mengikat kedua kakiku.



Danil tertawa, seolah puas. Lalu mulai bereaksi menaikiku.



"Sebelum Bapak, gue yang harus dulu dapetin ini," ucapnya membelai tubuhku.



Setan biadab. Tak hanya Bapak, nyatanya ia lebih biadab dari itu.


Aku menangis, menahan perih di ujung sana dengan badan yang terasa lemah. Tak cukup memaksa, Danil bahkan menamparku berkali kali saat ia mencapai puncaknya.



Jika kekuranganku bisu, apa Tuhan tak memberiku keadilan dengan menolongku di saat seperti ini
genji32
lsenseyel
pulaukapok
pulaukapok dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup