thedreamcrusherAvatar border
TS
thedreamcrusher
Tokoh Yang Pertama Kali Menerbitkan Koran Berbahasa Melayu Di Eropa


Seorang Pemuda Indonesia berdarah minang yang pertama kali menerbitkan koran berbahasa melayu di eropa, dia adalah Abdul Rivai.

Abdul Rivai lahir di palembayan, Agam, Sumatera Barat, pada tanggal 13 Agustus 1871. Ia adalah anak dari pasangan Abdul Karim dan Siti Kemala Ria. Ayahnya adalah seorang guru disekolah melayu sementara ibunya adalah keturunan raja di muko-muko. Abdul Rivai adalah seorang anak yang cerdas, ulet, dan rajin, ia berhasil menempuh pendidikan hingga ke Belanda. 

Pada saat itu ia menempuh pendidikan kedokteran di universitas Utrecht, selama di sana ia sering menghabiskan waktu menulis dan berkat hal ini ia menerbitkan surat kabar berbahasa melayu, Pewarta Wolanda. Pewarta Wolanda terbit pada tanggal 14 Juli 1900 di Amsterdam, inilah surat kabar pertama milik orang Indonesia yang terbit di mancanegara. 

Selama menulis untuk Pewarta Wolanda ia kerap kali beradu argumen dengan penjabat Hindia Belanda yaitu A.A Fokker yang mengaku lebih fasih berbahasa melayu dari pada masyarakat melayu sendiri. Mendengar hal ini setelah kepulangannya ke Hindia Belanda, ia menantang Fokker untuk melakukan debat terbuka. Disinilah Rivai menyudutkan Fokker dengan setiap argumen dan kelihaiannya berbahasa melayu asli.

Walaupun Rivai menempuh pendidikan kedokteran tapi tidak menghambatnya untuk berkiprah di dunia pers. ia bersama dengan Henri Constant Claude Clockener Brousson, mantan tentara Belanda yang juga seorang jurnalis untuk menerbitkan surat kabar Bandera Wolanda, karena sebelumnya Pewarta Wolanda sudah tidak lagi beroperasi akibat kekurangan biaya. Namun Bendera Wolanda tidak bertahan lama karena diterbitkannya artikel yang berjudul “Agama Protestan & Islam” mendapat kritikan dan reaksi keras dari berbagai kalangan.

Tapi hal ini tidak mematahkan semangat Rivai, dengan bantuan beberapa relasinya ia kemudian menerbitkan koran baru yang bernama “Bintang Hindia”. Lewat koran inilah ia dikenal sebagai tokoh yang membangkitkan semangat nasionalisme dan memajukan jurnalisme di kalangan Bumiputera.

Hanya sekitar 3 tahun bertahan “Bintang Hindia” mulai redup karena sudah ditinggalkan oleh Rivai yang pada saat itu menempuh gelar doktoralnya di eropa, sesekali ia sempatkan untuk pulang ke tanah air dan ikut berbagai aktivitas pergerakan. Selama di eropa ia juga terlibat dalam koran “Bintang Timoer” yaitu sebagai redaktur pembantu, didalam tulisannya ia sering menyematkan slogan “kemajuan” dan “tanah air” yang nantinya tumbuh menjadi benih-benih semangat perjuangan dikalangan masyarakat Indonesia. Melalui Bintang Timur, Rivai aktif membongkar kebusukan kolonialisme dan membantu pergerakan Perhimpunan Indonesia (PI). 

Abdul Rivai sering menulis reportase mengenai kegiatan-kegiatan Perhimpunan Indonesia (PI) yang berada di Belanda, di dalam perhimpunan tersebut juga terdapat tokoh besar yang nantinya akan menjadi wakil presiden pertama yaitu Bung Hatta. Selain berjasa atas tulisan-tulisannya, Abdul Rivai juga kerap menggalang bantuan untuk Perhimpunan Indonesia atas kegiatan yang mereka lakukan.

Pemimpin Redaksi Bintang Timoer, Parada Harahap, menyebut tulisan-tulisan Abdul Rivai sebagai “tajam, meski diatur segala sederhana, tetapi sampai beripuh menusuk jantung, membangunkan semangat yang hampir terpendam".

Setelah perjuangannya yang panjang dalam melawan, menegakkan, dan menyuarakan hak masyarakat Indonesia ataupun memajukan masyarakat dalam bidang jurnalisme. Abdul Rivai, Si dokter wartawan melayu Indonesia menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 16 oktober 1937 di kota Bandung, Jawa Barat. 

Salah satu karyanya yang terkenal adalah “Musuh yang bersenjata itu hanya boleh dilawan oleh musuh yang bersenjata pula. Demikian juga ilmu dan kepandaian itu hanyalah cakap dilawan dengan ilmu dan pengetahuan pula”, karya yang ia terbitkan dalam salah satu edisi surat kabar Bintang Hindia pada tahun 1902 ini membuktikan bahwa Rivai cenderung menekankan perjuangan dengan ilmu pengetahuan dan kepandaian.

Seperti yang kita rasakan saat sekarang ini bahwa perang fisik mungkin sudah berakhir namun sekarang adalah masanya perang ilmu pengetahuan. Siapa yang memiliki ilmu pengetahuan lebih dan bisa memanfaatkan itu semua untuk meningkatkan dan memajukan teknologi negaranya maka akan disegani oleh negara-negara lain diluar sana. Dan mereka yang selalu berpegang teguh pada kekuatan fisik akan siap-siap tertinggal oleh kemajuan zaman

Seperti Indonesia sekarang ini, secara tidak langsung dan kita tidak sadar bahwa mereka sedang menjajah kita dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki, teknologi rata-rata yang kita pakai berasal dari buatan negara luar bukan buatan lokal. Buatan lokal memang ada tapi tidak populer dan kalah saing.

Penyebab utama Indonesia kalah saing akan kemajuan teknologi adalah pendidikan yang tidak merata, sekaya apapun hasil alam negara kita jika masyarakatnya tidak mendapatkan pendidikan maka akan percuma.


Berikut sederet karya dan pencapaian Abdul Rivai semasa hidupnya:

Penggagas penerbitan surat kabar Pewarta Wolanda dari Amsterdam, Belanda (1900).

Redaktur surat kabar Bandera Wolanda, terbitan Batavia (1901).

Pemimpin redaksi surat kabar Bintang Hindia, terbitan Batavia (1902).

Redaktur dan koresponden surat kabar Bintang Timoer.

Menulis buku terjemahan “Pengadjaran Perihal Melakukan Kewadjiban Orang Beristeri” (1892).

Menulis buku “Student Indonesia di Eropa” yang merupakan hasil reportase Abdul Rivai selama berkunjung ke Eropa dan melihat dari dekat perjuangan mahasiswa Indonesia di Belanda pada masa kolonial.

Sumber
Diubah oleh thedreamcrusher 25-01-2021 04:51
kakusaf
telah.ditipu
tien212700
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
605
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tukangkomen19Avatar border
tukangkomen19
#2
Keren, sampe sekarang masih ada ngga ya koran berbahasa melayu di Eropa?
thedreamcrusher
thedreamcrusher memberi reputasi
1
Tutup