- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Aku Diantara Kalian (18+)
TS
elenasan30
Aku Diantara Kalian (18+)
Setelah berdiskusi di Lounge Kreator. Ane memutuskan untuk berhenti berkarya di Kaskus. Semua thread novel karya ane akan ane close thread. Ane sebagai penulis mohon pamit dari agan semua.
Lanjutan novel ane di platform sebelah. Untuk agan yang masih ingin membaca karya ane.
Link Novel
Aku Ingin Menjadi Manusia (18+)
Seharusnya Kamu Tidak Pernah Ada (18+)
Aku Diantara Kalian (18+)
Terima kasih
Lanjutan novel ane di platform sebelah. Untuk agan yang masih ingin membaca karya ane.
Link Novel
Aku Ingin Menjadi Manusia (18+)
Seharusnya Kamu Tidak Pernah Ada (18+)
Aku Diantara Kalian (18+)
Terima kasih
Close Thread
Diubah oleh elenasan30 30-01-2021 03:52
moy1992 dan 72 lainnya memberi reputasi
63
97.4K
Kutip
2.1K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
elenasan30
#376
Chapter 63
Spoiler for Serangan Mental:
Seminggu kemudian Kak Olivia akhirnya pulang ke Jakarta. Bang Putra mengatakan dia sudah bertemu Dani. Bahkan sudah mendapatkan alamat rumahnya. Karena Bang Putra mengantar Dani sampai ke depan rumahnya. Dan satu hari setelah Kak Olivia pulang. Dia datang ke Kafe tempat aku bekerja untuk menemuiku. Setelah mereka sampai kesini, Kak Olivia dan Bang Putra mencari tempat duduk dan memesan makanan kepada pelayan.
Setelah memesan Kak Olivia menghampiriku yang sedang berdiri di kasir dan bertanya “Bella sayaang gimana kabarnya?”. Aku menjawab dengan sedikit sinis “Baik Kak. Kak Olivia ngapain kesini?”. Kak Olivia menjawab “Aku denger dari Putra kamu udah kerja disini jadinya aku mau main kesini dan nemuin kamu”. Aku menjawab “Ohh yaudah udah ketemu aku kan sekarang? Aku banyak kerjaan Kak”. Kak Olivia menjawab “Kamu kenapa Bell? Kamu masih marah sama aku?”.
Aku menjawab “Aku banyak kerjaan Kak. Tolong duduk di meja tempat Kak Olivia”. Kak Olivia terlihat tidak menyerah dan tetap berusaha mengajakku berbincang “Kamu marah karena aku pulang telat Bell?”. Aku menjawab “Itu urusan Kak Olivia. Mau Kak Olivia gak pulang juga gak ada yang peduli”. Kak Olivia keliatan takut dan seperti menahan sedih “Kok kamu begitu sama aku Bell?”. Aku menjawab “Lah Kak Olivia yang kenapa?”.
Kak Olivia menjawab “Aku minta maaf Bell. Aku tau kamu masih marah soal Dani yang waktu itu”. Aku mulai merasa marah dan menjawab “Seharusnya Kak Olivia minta maaf ke Bang Putra dan Bule Reni. Ngapain minta maaf ke aku? Mereka berdua orang yang paling Kak Olivia rugiin”. Kak Olivia terlihat semakin bingung dan sedih “Iyaa… Aku udah minta maaf ke Putra dan Ibu Bell. Aku mau minta maaf juga ke kamu sekarang”.
Aku mulai melancarkan rencanaku untuk melemahkan mental Kak Olivia “Bayangin aja Kak kalo sampe Bang Putra tau mengenai hubungan Kak Olivia sama Dani. Aku yakin dia gak akan mikir dua kali buat ninggalin Kak Olivia”. Kak Olivia tetep kekeh bersikeras gak mau mengakui hubungannya “Aku sama Dani gak ada hubungan apa-apa Bell”.
Aku menjawab “Siapa yang mau percaya Kak? Aku bukan anak kecil yang diomongin kaya gitu langsung percaya. Kak Olivia selalu pergi berdua sama Dani disana bahkan kalian sama-sama pulang telat ke Jakarta dan lebih brengseknya lagi kalian pulang satu pesawat dan take off di waktu yang sama”. Kak Olivia terdiam berpikir mau menjawab apa. Namun tidak terlihat ada keinginan dari dirinya untuk melawan argumentasi aku.
Aku kembali berkata “Kak Olivia janji pulang tanggal 13 setelah itu ngomong bakal telat pulang seminggu. Dan ternyata Kak Olivia malah baru pulang 9 hari kemudian. Banyak urusan keluarga Kak Olivia yang akhirnya Kak Olivia korbanin dan malah diurusin sama Bang Putra. Bule Reni kemarin sakit karena khawatir Kak Olivia pulang telat. Bang Putra yang nganter Bule Reni ke dokter dan berusaha nenangin beliau”.
Kak Olivia terlihat kaget dan menjawab “Ibu sakit pas tau aku pulang telat?”. Aku semakin gencar melancarkan serangan “Iyaa siapa yang gak sedih dan pusing Kak. Bule Reni cuma punya waktu 2 minggu di Jakarta. Dia udah pulang dari tanggal 12 buat ngerayain ulang tahun Kak Olivia, ngurusin sekolah Arif masuk SMA, dan nengokin mbah bareng Kak Olivia, dan masih banyak lagi. Semuanya akhirnya gagal berantakan tapi untungnya Bang Putra inisiatif ngurusin dan nyelesaiin semua urusan keluarga Kak Olivia. Sedangkan Kak Olivia ngorbanin keluarga lebih mentingin pacaran sama Dani di Kairo!”.
Wajah Kak Olivia terlihat pucat tidak bisa menjawab perkataanku sama sekali. Iyaa aku yakin dia sangat bisa melawan argumentasiku. Tapi dia tidak memiliki keinginan untuk melawanku sama sekali. Terlihat penyesalan yang tidak bisa dia sembunyikan dari wajahnya. Penyesalan dia lebih mementingkan Dani di Kairo ketimbang keluarganya. Kak Olivia menjawab “Iyaa… Iyaa Bell aku memang bodoh kamu bener. Aku ngorbanin banyak hal disini untuk keperluan yang gak penting sama sekali”.
Aku kembali menyerang mental Kak Olivia “Bang Putra itu udah baik banget sama Kak Olivia. Dia cinta banget sama Kak Olivia. Ditambah dia juga udah kerja punya penghasilan lumayan besar. Bang Putra juga ramah, lembut, penyayang, dan ganteng. Aku gak habis pikir Kak Olivia ngorbanin laki-laki kaya Bang Putra demi Dani yang bahkan belum kerja. Hidup semuanya masih dari orang tua. Kalo kalian MBA dan nikah Dani mau ngasih makan Kak Olivia pake apa?”.
Aku menambahkan “Aku begini karena gak mau Kak Olivia terjerumus. Gak bakal juga kami keluarga besar Kak Olivia mau nerima Dani. Gak bakal mau Kak. Keluarga besar kita punya trauma besar mengenai perselingkuhan dan sangat membenci hubungan percintaan hasil perselingkuhan. Kak Olivia juga gak bakal dapet restu dari Bule Reni dan ujung-ujungnya harus nikah lari yang gak sah sama Dani”.
Aku terus memberikan argumentasiku kepada Kak Olivia “Kak Olivia mikir gak sampe sejauh itu? Kak Olivia mikir gak kalo seandainya Bang Putra tau dan langsung ninggalin Kak Olivia? Sedangkan Kak Olivia sendiri menyadari Kak Olivia cinta banget sama Bang Putra. Kak Olivia pun pasti sadar Kak Olivia gak akan baik-baik aja kalo seandainya Bang Putra tau dan ninggalin Kak Olivia”.
Kak Olivia mulai terlihat serius tanda suasana hatinya berubah “Aku gak akan biarin Putra berpikir yang enggak-enggak soal aku dan Dani. Aku akan ngejauhin Dani demi Dia”. Aku menjawab “Iyaa aku berharap Kak Olivia langsung putusin Dani dan ninggalin Dani. Kehidupan Kak Olivia sebagai perempuan udah sempurna. Jangan dirusak karena tingkah Kak Olivia sendiri. Di luar sana banyak yang ingin punya kehidupan seperti Kak Olivia dan banyak yang ingin jadi pacarnya Bang Putra. Jangan bertindak bodoh!”.
Gak lama ada cowo yang nepuk pundak Kak Olivia dari belakang “Mbak? Maaf udah selesai belum yaa? Saya mau bayar ini buru-buru soalnya saya”. Kak Olivia langsung merasa malu dan tersenyum “Ahhh iyaa maaf yaa Mas hahaha. Iyaudah Bell aku balik dulu ke meja yaa”. Aku kembali bekerja mengurus pembayaran di kasir. Tanpa terasa ketika ngobrol dengan Kak Olivia. Udah banyak orang ngantri di belakang untuk bayar pesanan makanan mereka. (Bersambung…).
Setelah memesan Kak Olivia menghampiriku yang sedang berdiri di kasir dan bertanya “Bella sayaang gimana kabarnya?”. Aku menjawab dengan sedikit sinis “Baik Kak. Kak Olivia ngapain kesini?”. Kak Olivia menjawab “Aku denger dari Putra kamu udah kerja disini jadinya aku mau main kesini dan nemuin kamu”. Aku menjawab “Ohh yaudah udah ketemu aku kan sekarang? Aku banyak kerjaan Kak”. Kak Olivia menjawab “Kamu kenapa Bell? Kamu masih marah sama aku?”.
Aku menjawab “Aku banyak kerjaan Kak. Tolong duduk di meja tempat Kak Olivia”. Kak Olivia terlihat tidak menyerah dan tetap berusaha mengajakku berbincang “Kamu marah karena aku pulang telat Bell?”. Aku menjawab “Itu urusan Kak Olivia. Mau Kak Olivia gak pulang juga gak ada yang peduli”. Kak Olivia keliatan takut dan seperti menahan sedih “Kok kamu begitu sama aku Bell?”. Aku menjawab “Lah Kak Olivia yang kenapa?”.
Kak Olivia menjawab “Aku minta maaf Bell. Aku tau kamu masih marah soal Dani yang waktu itu”. Aku mulai merasa marah dan menjawab “Seharusnya Kak Olivia minta maaf ke Bang Putra dan Bule Reni. Ngapain minta maaf ke aku? Mereka berdua orang yang paling Kak Olivia rugiin”. Kak Olivia terlihat semakin bingung dan sedih “Iyaa… Aku udah minta maaf ke Putra dan Ibu Bell. Aku mau minta maaf juga ke kamu sekarang”.
Aku mulai melancarkan rencanaku untuk melemahkan mental Kak Olivia “Bayangin aja Kak kalo sampe Bang Putra tau mengenai hubungan Kak Olivia sama Dani. Aku yakin dia gak akan mikir dua kali buat ninggalin Kak Olivia”. Kak Olivia tetep kekeh bersikeras gak mau mengakui hubungannya “Aku sama Dani gak ada hubungan apa-apa Bell”.
Aku menjawab “Siapa yang mau percaya Kak? Aku bukan anak kecil yang diomongin kaya gitu langsung percaya. Kak Olivia selalu pergi berdua sama Dani disana bahkan kalian sama-sama pulang telat ke Jakarta dan lebih brengseknya lagi kalian pulang satu pesawat dan take off di waktu yang sama”. Kak Olivia terdiam berpikir mau menjawab apa. Namun tidak terlihat ada keinginan dari dirinya untuk melawan argumentasi aku.
Aku kembali berkata “Kak Olivia janji pulang tanggal 13 setelah itu ngomong bakal telat pulang seminggu. Dan ternyata Kak Olivia malah baru pulang 9 hari kemudian. Banyak urusan keluarga Kak Olivia yang akhirnya Kak Olivia korbanin dan malah diurusin sama Bang Putra. Bule Reni kemarin sakit karena khawatir Kak Olivia pulang telat. Bang Putra yang nganter Bule Reni ke dokter dan berusaha nenangin beliau”.
Kak Olivia terlihat kaget dan menjawab “Ibu sakit pas tau aku pulang telat?”. Aku semakin gencar melancarkan serangan “Iyaa siapa yang gak sedih dan pusing Kak. Bule Reni cuma punya waktu 2 minggu di Jakarta. Dia udah pulang dari tanggal 12 buat ngerayain ulang tahun Kak Olivia, ngurusin sekolah Arif masuk SMA, dan nengokin mbah bareng Kak Olivia, dan masih banyak lagi. Semuanya akhirnya gagal berantakan tapi untungnya Bang Putra inisiatif ngurusin dan nyelesaiin semua urusan keluarga Kak Olivia. Sedangkan Kak Olivia ngorbanin keluarga lebih mentingin pacaran sama Dani di Kairo!”.
Wajah Kak Olivia terlihat pucat tidak bisa menjawab perkataanku sama sekali. Iyaa aku yakin dia sangat bisa melawan argumentasiku. Tapi dia tidak memiliki keinginan untuk melawanku sama sekali. Terlihat penyesalan yang tidak bisa dia sembunyikan dari wajahnya. Penyesalan dia lebih mementingkan Dani di Kairo ketimbang keluarganya. Kak Olivia menjawab “Iyaa… Iyaa Bell aku memang bodoh kamu bener. Aku ngorbanin banyak hal disini untuk keperluan yang gak penting sama sekali”.
Aku kembali menyerang mental Kak Olivia “Bang Putra itu udah baik banget sama Kak Olivia. Dia cinta banget sama Kak Olivia. Ditambah dia juga udah kerja punya penghasilan lumayan besar. Bang Putra juga ramah, lembut, penyayang, dan ganteng. Aku gak habis pikir Kak Olivia ngorbanin laki-laki kaya Bang Putra demi Dani yang bahkan belum kerja. Hidup semuanya masih dari orang tua. Kalo kalian MBA dan nikah Dani mau ngasih makan Kak Olivia pake apa?”.
Aku menambahkan “Aku begini karena gak mau Kak Olivia terjerumus. Gak bakal juga kami keluarga besar Kak Olivia mau nerima Dani. Gak bakal mau Kak. Keluarga besar kita punya trauma besar mengenai perselingkuhan dan sangat membenci hubungan percintaan hasil perselingkuhan. Kak Olivia juga gak bakal dapet restu dari Bule Reni dan ujung-ujungnya harus nikah lari yang gak sah sama Dani”.
Aku terus memberikan argumentasiku kepada Kak Olivia “Kak Olivia mikir gak sampe sejauh itu? Kak Olivia mikir gak kalo seandainya Bang Putra tau dan langsung ninggalin Kak Olivia? Sedangkan Kak Olivia sendiri menyadari Kak Olivia cinta banget sama Bang Putra. Kak Olivia pun pasti sadar Kak Olivia gak akan baik-baik aja kalo seandainya Bang Putra tau dan ninggalin Kak Olivia”.
Kak Olivia mulai terlihat serius tanda suasana hatinya berubah “Aku gak akan biarin Putra berpikir yang enggak-enggak soal aku dan Dani. Aku akan ngejauhin Dani demi Dia”. Aku menjawab “Iyaa aku berharap Kak Olivia langsung putusin Dani dan ninggalin Dani. Kehidupan Kak Olivia sebagai perempuan udah sempurna. Jangan dirusak karena tingkah Kak Olivia sendiri. Di luar sana banyak yang ingin punya kehidupan seperti Kak Olivia dan banyak yang ingin jadi pacarnya Bang Putra. Jangan bertindak bodoh!”.
Gak lama ada cowo yang nepuk pundak Kak Olivia dari belakang “Mbak? Maaf udah selesai belum yaa? Saya mau bayar ini buru-buru soalnya saya”. Kak Olivia langsung merasa malu dan tersenyum “Ahhh iyaa maaf yaa Mas hahaha. Iyaudah Bell aku balik dulu ke meja yaa”. Aku kembali bekerja mengurus pembayaran di kasir. Tanpa terasa ketika ngobrol dengan Kak Olivia. Udah banyak orang ngantri di belakang untuk bayar pesanan makanan mereka. (Bersambung…).
radityodhee dan 14 lainnya memberi reputasi
15
Kutip
Balas
Tutup