Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aliennnAvatar border
TS
aliennn
Perlukan survival Covid19 divaksin lagi?
Vaksin gratis saat ini banyak pro-kontra, terutama vaksin yang diborong pemerintah Indonesia adalah vaksin yang masih belum lulus uji dari negara China. Banyak masyarakat yang takut divaksin, karena berdasarkan pengalaman masa lalu, vaksin darurat suka menimbulkan banyak masalah, seperti dulu vaksin polio yang justru membuat wabah polio semakin meningkat.

Ditambah lagi dengan fenomena yang kita hadapi, seperti pejabat yang tidak mau divaksin terlebih dahulu, membuat masyarakat semakin mempertanyakan keamanan dari vaksin itu sendiri. Selain itu juga pertanyaan Taiwan yang tidak mau menggunakan vaksin dari China, dan dari China sendiri malah memborong 100jt vaksin Pfizer dari Jerman, padahal mereka punya 5 vaksin lokal:
1. Sinopharm dari Beijing Institute
2. Sinopharm dari Wuhan Institute
3. Sinovac
4. CanSino dari Beijing Institute
5. Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical
Juga dari pengalaman masa lalu China yang pernah terjadi distribusi vaksin yang telah kadaluarsa, sehingga membuat rakyat semakin ragu dengan vaksin, terutama vaksin asal China.

Spoiler for Taiwan ogah dengan vaksin China:




Spoiler for China borong vaksin Jerman:



Nah, terlepas dari asal vaksin dan pro-kontra tersebut, pertanyaan sebenarnya, perlukah dikita divaksin? Terutama untuk yang sudah pernah terpapar covid19.
Jawabannya adalah tidak perlu, kenapa tidak perlu?

Pertama yang perlu dipahami adalah vaksin bukanlah obat, vaksin hanyalah zat untuk merangsang tubuh membentuk antibody, zat itu bisa berupa virus yang sudah di non-atifkan, bisa berupa sub-unit protein virus, bisa berupa virus tiruan, bisa berupa DNA/RNA virus, dan metode2 lainnya yg tujuannya supaya vaksin tersebut dianggap virus oleh tubuh dan merangsang tubuh membuat antibody supaya virus tersebut tidak berkembang.

Dengan vaksin tersebut diharapkan tubuh bisa memprodukti antibody tanpa harus beresiko terkena dampak negatif dari misalkan tertular virus yg sebenarnya. Untuk kasus covid19, diharapkan yang belum mempunyai antibody, tubuhnya bisa memperoleh antibody yang sama dengan yang telah terpapar covid19 tanpa harus beresiko terjadi gagal nafas, batuk2, kehilangan indra penciuman, dan gejala2 covid19 lainnya.

Nah, untuk yang sudah pernah kena covid19 dan sudah sembuh, dalam tubuhnya sudah terbentuk antibody terhadap covid19 tersebut, itu kenapa orang yg sudah pernah positif covid19 tidak akan tertular lagi untuk yg kedua kalinya, tapi kalo positif untuk kedua kalinya bisa, tapi tidak akan mengalami gejala apapun lagi untuk positif yg ke dua, tiga, dan seterusnya, karena dalam tubuhnya sudah ada antibody.
Begitu juga dengan yang sudah divaksin nanti, mereka bisa saja positif, tapi tidak akan berpengaruh apapun terhadap tubuh mereka.

Jika tubuh sudah memproduksi antibody covid19, untuk apa harus dirangsang kembali tubuhnya untuk membentuk antibody yang sama?

Virus dari keluarga Corona antibodynya bertahan di tubuh selama 6 bulan - 2 tahun, sedangkan umur covid di Indonesia belum sampai 1 tahun, bisa dibilang semua survival covid dari yang paling awal kena sampai sekarang antibody nya masih ada, jadi tidak perlu untuk divaksin lagi.

Nah, ada yang mengatakan jika antibody yg didapat dari vaksin lebih kuat daripada dari virus asli, hal ini bertentangan dengan konsep virologi sendiri.
Covid19 diklaim sebagai virus alami, bukan virus buatan lab, karena strukturnya yg komplex, sedangkan virus buatan lab struktur yang jauh lebih sederhana, demikian juga dengan vaksin, karena virus asli lebih komplex, maka antibody yang dihasilkan akan lebih complex juga dibandingkan dengan vaksin, yg mana vaksin dari virus yang dilemahkan menghasilkan agresiftas virus yang lebih rendah, apalagi dengan metode virus tiruan yang tentunya lebih sederhana daripada virus aslinya.
tien212700
bingsunyata
bingsunyata dan tien212700 memberi reputasi
2
362
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
bingsunyataAvatar border
bingsunyata
#2
Tapi pemerintah juga harus bersiap mengenai "serangan dadakan" juga nantinya 2 tahun ke depan. Mengingat telah ada kasus dimana Corona yang bermutasi, telah menular ke hewan yang kemudian dapat menularkannya pada hewan yang lain.

Meski belum diketahui, apakah virus yang telah bermutasi itu, bila kemudian menular ke manusia lagi, bisa membawa efek yang sama seperti sebelumnya atau tidak.

2 tahun itu bukan waktu yang cukup lama, lho. Dimana pada masa itu, dimungkinkan juga terjadi mutasi lagi.
Bagi mereka yang mungkin pola hidupnya tidak sering berkerumun, mungkin golongan rebahan, dan sudah pernah mengalami, vaksinasinya dilakukan belakangan. Tapi sebelum itu kiranya tetap melakukan prokes-3M.

Karena tidak benar kalau dikatakan yang sudah terkena itu kemudian menjadi relatif aman. Tergantung dari immun tubuh dan riwayat penyakit yang dimiliki.

Kena Covid dua kali

Dimana, bisa jadi seseorang karena menyangka dirinya telah memiliki auto immun, kemudian menyepelekan prokes-3M, dimana dia kemudian terlambat memeriksakan diri, karena pada serangan kedua, gejala yang ada pada serangan pertama tidak ia alami, hingga akhirnya terlambat dan dut.

Asimtomatik

[url=https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/04/170000723/apa-itu-happy-hypoxia-kematian-tanpa-gejala-pasien-corona?page=all#:~:text=KOMPAS.com%20%2D%20Silent%20hypoxemia%20atau,tanpa%20menunjukkan%20gejala%20sama%20sekali.]Hypoxia[/url]
Diubah oleh bingsunyata 19-12-2020 14:21
0
Tutup