Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)


emoticon-Ultah Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......
ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya



Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati emoticon-Shakehand2

Oh iya jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star

Quote:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 04:14
aguzblackrx
cak6bih
bebyzha
bebyzha dan 204 lainnya memberi reputasi
193
225.9K
2.5K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#71
Alam Sebelah?
Dan setelah beberapa menit menunggu aku merasakan ada hembusan angin dan setelah beberapa menit itu kemudian aku merasa ingin buang air kencing, ah sial batinku masih serius mau mulai latihan malah HIV [Hasrat Ingin Vivis] ini menyerang, namun saat aku mau keluar dari kamarku, seperti ada yang aneh, lampu ruang tengah yang tadinya masih menyala tiba tiba mati, membuat seluruh ruangan pun ikut gelap karna sumber cahaya tadi hanya dari ruang tengah dimana bapak ku masih bermain dengan laptopnya.


Aku berusaha mencari HP ku yang aku letakan di sebelah bantal tidurku tadi, dengan keadaan gelap gulita aku meraba raba kasur untuk mencari HP, namun setelah aku susuri kasur dengan tanganku, aku tidak menemui adanya HP di sana, padahal jelas jelas tadi aku letakan di samping bantal.

Dengan keadaan gugup karena aku sama sekali tidak menyukai keadaan tempat yang gelap gulita atau biasa di sebut nyctophobia, aku kemudian memanggil bapaku dari dalam kamar, sepertinya bapak belum tidur dikamarnya soalnya masih terdengar suara televisi yang menayangkan pertandingan gulat di ruang tengah.

“Pak, bapak masi di luar kan” aku memanggil bapak dari dalam kamar.

Sambil memanggil bapak aku kemudan mencoba menuju arah pintu untuk keluar dari kamar, setelah ku gapai gagang pintu, kemudian aku ingin segera membuka pintu ini, namun yang terjadi malah pintu ini seakan di kunci, aku sama sekali tidak pernah mengunci kamarku saat aku tidur, mengantisipasi hal seperti ini. Aneh, saat aku tutup pintu tadi tidak aku kunci tapi pintu ini sekarang dalam keadaan terkunci dan saat aku mencari kunci di lubang kuncinya aku tak bisa menemukan, seolah pintu ini di kunci dari luar.

Otomatis aku tambah panik dengan keadaan ini, aku memanggil bapak namun tak ada tanggapan sama sekali dari luar kamar, karena saking paniknya dan takutnya terhadap kegelapan ini, tanpa sadar aku mulai menggedor gedor pintu kamarku berharap bapak bisa menolongku keluar dari kamar dan membawakan ku lilin sebagai penerangan, rasa ingin pipis pun sudah hilang berganti dengan rasa ketakutan. Nah untuk kalian yang menilai aku udah gede dan udah bekerja kok takut dengan gelap atau masih menilai penakut, kalian harus merasakan dulu apa itu Phobia kegelapan.

Aku terus menggedor gedor pintu kamarku namun sama sekali tak ada jawaban dari luar, aneh nya nenek Lasmi pun tak nongol di saat seperti ini, aku terus menggedor dan mencoba menggerakan gagang pintu berharap ada keajaiban pintu ini bisa terbuka.

“ggreeekk gggrreekk” suara gagang pintu yang terus aku coba untuk ku buka.

Setelah beberapa kali mencoba tiba tiba pintu ini bisa terbuka dengan mudah, aku langsung berlari keluar dari kamar ku dan yang ku jumpai di ruang tengah hanya ada ruangan tengah yang gelap dengan ada sedikit sinar dari pancaran televisi dan laptop bapak yang masih menyala, tapi anehnya tak ada siapapun disana, aku memanggil bapak pun masih tetap tidak ada jawaban sama sekali.

Aku mencoba pergi ke kamar bapak dan ibu, karena sudah menemukan sedikit cahayam , aku bisa merasa sedikit lebih tenang, aku pun berjalan mendekat ke kamar bapak, terlihat kamar bapak dalam keadaan tertutup, aku mengetuk pintu kamar orang tuaku sambil memanggil bapak, sama sekali tak ada jawaban, lalu aku mencoba untuk kedua kalinya dan masih nggak ada jawaban, apakah bapak dan ibu sudah tidur tapi biasanya bapak kalau mau tidur televisi dan laptop pasti di matikan tapi ini kenapa tidak pasti ada yang aneh.

Setelah mengetuk kamar bapak sebanyak tiga kali dan masih sama tidak ada jawaban, aku mencoba membuka kamar bapak, sedikit tidak sopan memang membuka kamar orang tua tanpa seijin mereka, tapi bagaimana lagi karena situasi mendesak. Aku pun membuka kamar bapak ku dan setelah kamar berhasil kubuka, betapa kagetnya, aku sama sekali tidak menemukan ada kedua orang tuaku di sana, yang ku jumpai hanyalah sebuah kamar kosong tanpa ada seorangpun.

Hal tak yang tak aku sukai pun tiba tiba muncul, satu satunya sumber cahaya yang berasal dari televisi dan laptop tiba tiba mati, membuat seluruh ruangan menjadi gelap gulita kembali, kembali rasa takut ku terhadap gelap pun memuncak lagi, aku berusaha mencari saklar lampu untuk menghidupkan lampu, ya hal yang tidak aku sadari sejak tadi kenapa aku tudak menyalakan lampu dari awal.

Aku gapai saklar lampu yang ada di kamar orang tuaku namun saat aku coba menyalakan lampu sama sekali tak ada reaksi alias lampu tidak mau menyala, aku keluar dari kamar orang tua ku, dengan meraba raba sambil berjalan dengan perasaan takut, tiba tiba dari arah dapur aku melihat seperti ada sosok orang yang membawa lilin kesana, postur tubuh mirip sekali dengan ibuku, batinku sedikit lega aku bisa bertemu ibuku, dengan perasaan sedikit senang aku coba memanggil ibu dan berjalan mendekat. Cahaya dari lilin itu berhenti tepat di dapur.

“Buk, ibuk dari mana sih aku panggil dari tadi nggak ada yang menjawab” aku bertanya sambil berjalan mendekat.

Namun tak ada jawaban dari ibuku, suasana masih sunyi tak ada sama sekali suara, bahkan suara jangkrik atau hewan hewan malam sama sekali tidak terdengar, hanya suara detak jantungku saja yang terdengar.

Sesampainya aku di dapur aku kembali di kagetkan lagi karna aku sama sekali tidak menemukan siapapun disana hanya ada sebuah lilin menyala yang berdiam diri di atas meja tanpa ada ada seseorang pun disana.

“sial sebenarnya aku sedang berada dimana sih, kok tidak ada orang sama sekali” batin ku kesal.

Aku ambil lilin yang berada di atas meja itu, aku tak mau lagi kehilangan satu satunya sumber cahaya yang aku miliki, sambil berkeliling ruang mencari kedua orang tua ku, dalam batin ku aku bertanya pada diriku sendiri sebenarnya aku sudah berhasil belum sih melakukan rogo sukmo kenapa malah jadi seperti ini padahal tertidur saja tidak tapi kenapa keadaan bisa berubah seperti ini.

Sempat berfikir untuk tidak mencoba lagi melatih diriku ilmu rogo sukmo, tapi fikiran itu kalah dengan perasaan pingin bertemu dengan sosok cewek centil, dan bawel yang sudah tidak aku temu hampir satu tahun.

Saat aku sedang berkeliling rumah dan mencari orang tuaku aku di kagetkan oleh ada sesuatu bergerak cepat di lantai ruang tamu, aku mencoba mendekat kearah sana, setelah cahaya lilin mulai menyinari ruang tamu, baru aku bisa melihat sosok yang bergerak itu, ternyata adalah kucing peliharaanku, ya aku memelihara kucing sudah dua tahun ini. Kucing kesayangan yang ku berinama Moe, kucing hias dengan jenis ras Ragdol, Moe kucing yang selalu menemaniku saat aku merasa cemas, ternyata masih ada disini dan tidak menghilang seperti yang lain.

Segera aku angkat Moe suapaya dia tidak pergi berlari meninggalkan aku. Sedikit lega aku dengan adanya Moe disini, namun saat aku angkat dan ku gendong, Moe tidak seperti biasanya yang selalu anteng tenang saat aku gendong, kali ini dia berusaha untuk turun dan pergi kesuatu tempat.

Merespon Moe yang memberontak saat aku gendong aku memilih menurunkan Moe dari pada lilin yang aku pegang juga terjatuh dan mati, setelah aku turunkan Moe, dia seolah menuntunku untuk menuju kesebuah tempat, Moe mendekat ke pintu dan menggaruknya menandakan dia ingin aku membukakan pintu, anehnya dia menggaruk dengan cepat dan dengan erangan seekor kucing selolah dia merasa sedang ada bahaya.

Aku pun mendekat ke arah pintu dan ingin sesegera mungkin membuka pintu itu namun saat aku sedang mau membuka pintu itu tiba tiba dari arah dapur aku mendengar suara bapak.

“Ryan mau kemana malam malam gini, sudah malam nggak usah keluar” suara bapak terdengar dari dapur.

Aneh memang jelas jelas tadi tidak ada seseorang kenapa tiba tiba ada bapak disana, karena aku penasaran aku berfikir untuk mendekat ke asal suara itu, namun saat aku akan beranjak ke arah dapur, Moe beruasaha menghentikanku dia berhenti dikaki ku dan mengeong dengan keras kemudian menggigit kakiku untuk mengarahkan ku membuka pintu saja.

Aku masih merasa aneh dengan tingkah Moe, tidak seperti biasanya dia terlihat panik dan ingin segera keluar dari rumah ini, tiba tiba aku melihat ada sebuah cahaya lagi dari arah dapur dan bergerak mendekat ke arah ku, ya sosok bapak yang aku lihat namun memiliki postur yang sedikit berbeda, postur bapak yang kulihat disana kini terlihat bertubuh sangat besar dengan kepala yang tidak seimbang dengan badannya yang terlihat lebih kecil dari ukuran normal ditambah ukuran kaki sangat terlihat pendek jika di bandingan dengan tangan.

“wah udah nggak beres ini” pikirku dalam hati lalu aku menuruti kemauan Moe yang masih mengeong dengan keras sambil mengarahkan kakiku untuk segera membuka pintu dan keluar.

Pintu berhasil kubuka, moe langsung bergegas keluar dan kemudian diikuti oleh ku di belakangnya, terdengar dari belakang suara yang menyerupai bapak memanggilku.

“Ryan balik le, nggak baik malem malem keluar bahayahahahahah” suara sosok yang menyerupai bapak berkata demikian dengan suara yang sangat keras dan menggema.

Aku keluar dari rumah dan berlari di belakang Moe yang terus menuntunku untuk mengikutinya dan sesekali dia menengok kebelakang memastikan aku mengikutinya, aku lihat rumah tetangga pun semua gelap tanpa ada lampu yang menyala di bagian terasnya, aneh memang, diamana biasanya semua warga membiarkan lampu tetap menyala di bagian teras saat malam hari namun yang kulihat saat ini hanyalah hitam saja sinar bulan pun bahkan tidak nampak.

Moe menggiringku untuk sesegera mungkin mengikuti nya, terdengar samar samar suara gelak tawa entah dari mana, suara tawa yang sangat berat seperti keluar dari sosok yang besar, namun tidak ada sama sekali aku melihat sosoknya.

Selama aku berlari mengikuti arah Moe suara tawa itu semakin terlihat sangat jelas dan besar, tapi aku yang percaya dengan Moe terus mengikutinya saja, ya karena hanya dia saja kali ini sosok yang aku percaya.

Moe terus menggiringku untuk terus mengikutinya menuju ke suatu tempat, entah kenapa aku sama sekali tidak merasa curiga dengan kucing ku ini, aku merasa yakin kalau yang aku ikuti ini memang benar kucing ku, aku melihat keadaan sekitar, ini adalah lingkungan kampungku tidak salah lagi jalan yang sama posisi rumah yang sama di setiap jalan nya, tapi yang membuatku bingung adalah ini benar di duniaku atau aku sudah pindah ke dimensi sebelah, aku sama sekali belum mengetahui hal ini.

Aku mengenal jalan yang di tunjuk Moe ini, sepertinya aku tau dia akan mengarah kan ku pergi ke tempan apa. Dari kejauhan aku melihat cahaya, ada satu dan hanya satu rumah saja yang memancarkan cahaya lampu dari sekian banyak rumah disini. Aku di giring oleh Moe menuju ke arah rumah Mbah Margon dan mengetahui hal itu aku kegirangan dan segera berlari kearah rumah mbah Margono. Saat mulai mendekat ke arah yang bercahaya lampu itu di sepanjang jalan rumah rumah yang tidak menyalakan lampu ini muncul sosok bayangan beraneka ukuran dari yang besar sedang hingga kecil di tambah lagi setiap bayangan memiliki sepasang mata merah menyala yang bergerak mengikuti ku.

Saat hampir dekat dengan rumah mbah Margono, aku memperhatikan lagi, sepertinya itu bukan rumah mbah Margono, tunggu tunggu saat aku perhatikan ternyata itu adalah rumah ku sendiri, lah bagaimana bisa sedangkan aku tadi pergi dari rumah kenapa ini sekarang aku menuju ke rumah lagi.

Moe terus berjalan menuju rumah ku yang menyalakan lampu itu, karena Moe terus menuju kesana aku tak khawatir lagi dan terus mengikuti nya, hingga sampai di depan rumah ku lihat nenek Lasmi sudah menungguku di teras rumah dengan ekpsresi tersenyum.

“selamat datang Den, sudah aman sekarang langsung masuk saja” ucap nenek Lasmi dengan tenang.

Saat aku memasuki rumah ku samar samar aku mendengar suara adzan berkumandang lirih. Nenek lasmi dengan tenang menuntunku ke arah kamarku, saat menuju kamar aku melihat bapak ku yang sedang tertidur di sofa dengan keadan laptop dan tv masih menyala,

“sudah biarkan bapak mu beristirahat dulu, semalaman dia lembur mengerjakan nilai siswa nya” ucap nenek Lasmi

Aku menurut dan tak mengganggu, nenek Lasmi terus menuntunku masuk kedalam kamar diikuti Moe yang terus berjalan di sampingku. Sesampainya depan kamar aku melihat hanya kamarku yang lampunya dalam keadaan mati sama persis saat aku mencoba pelajaran yang di berikan mbah Margono tadi, kemudian nenek Lasmi menyuruhku untuk menutup mataku hingga nanti dia menggerakan kakiku baru aku boleh membuka mataku.

Aku menuruti perintah nenek Lasmi dan setelah itu barukurasakan lagi semilir angin yang sama saat aku tadi berada di tempat yang aku tak tau dimana. Suara adzan terdengar sangat jelas, nenek Lasmi kemudian menggerakan kakiku tanda aku boleh membuka mataku lagi.

Saat aku membuka mata aku kaget karena ruangan kembali gelap, aku pikir aku kembali ke tempat awal dan harus pergi lagi ke rumah ku yang menyalakan lampu, dan itu akan berulang terus, pikirku dalam hati. Namun cahaya lampu yang menerobos masuk dari sela sela fentilasi menunjukan aku benar benar berada dirumah, karna keadaannya sama persis saat aku pergi ke kamar ku, di tambah nenek Lasmi masih berada di dekatku saat aku terbangun. Tapi anehnya kucing ku Moe berada di tempat tidurku dan sedang asik meringku tidur dengan santainya.

Dari luar kamar terdengar suara ibu

“alah bapak ini biasaan, habis lembur gak pindah ke kamar malah ngringkuk di sofa sambil tv menyala, kalo udah ngantuk itu mbok yo pindah kamar nggak disini, boros borosin listrik aja” omel ibuku sambil membangunkan bapak untuk sholat subuh.

Iya aku ternyata tadi sudah tertidur dan bermimpi, mungkin karena aku kelelahan bekerja dan karena kunciku yang hilang juga di isengin makhluk sebelah makanya aku bisa bermimpi buruk pikirku dalam hati.

Nenek Lasmi kemudian berkata padaku.

“Den Ryan mimpi buruk tho, makanya lain kali kalo makan atau ngemil jangan di kamar apa lagi di kasur, bisa reprepan kan” nenek Lasmi bicara padaku

“hehe iya deh nek, oh berarti barusan aku reprepan ya, aku malah ngrasa kalo aku belum tidur sama sekali malah” balasku pada nenek Lasmi

“ya sudah lain kali juga bersihin dulu kasurnya pakai sapu lidi biar bersih” nenek Lasmi memberiku nasehat.

Yah kebiasaan burukku salah satunya itu, aku selalu ngemil di kamar dan kadang makan di kamar soalnya keasikan nonton film.

Pagi hari nya aku kemudian ke rumah mbah Margono untuk melaporkan apa yang sudah aku alami tadi malam, mbah Margono hanya tersenyum padaku, mungkin dia berfikir paling setelah ini aku akan berkata untuk menyerah sesuai yang dia pikirkan sejak awal, tapikenyataanyya aku malah mau di ajarkan pagi ini juga di rumah mbah Margono.

Sedikit kaget mbah margono mendengar keinginanku untuk berlatih di rumah mbah Margono pagi ini, tapi mbah Margono menuruti mauku, mungkin batin nya mumpung anak ini masih semangat.

Aku di persilahkan masuk oleh mbah Margono dan di arahkan untuk masuk ke sebuah kamar yang dulu pernah aku jelaskan kalau di dalam sana ada sosok Om Wowo yang mendiami, aku sempat menolak dan memilih dicarikan kamar yang lain saja, tapi mbah Margono tetap kekeh aku harus tidur disana.

“mbah di kamar yang lain aja lah, takutnya om Wowo genit ntar sama aku” negoku sambil bercanda

“kalo nggak mau ya udah gak usah aja” mbah Margono menjawab dengan singkat.

Apa boleh buat aku harus mau, mbah Margono memberi instruski sama seperti kemarin namun ditambah nanti jika aku sudah merasakan ada sesuatu yang memegangmu kamu diamkan saja itu memang proses pemindahan dimensi.

Dan benar saja aku memasuki kamar dan berusaha menenangkan diri, tak berapa lama angin semilir mulai menerpa dan setelah itu ada sesuatu yang menyentuh bagian perutku, aku mencoba untuk tetap tenang, tapi anehnya ada suara nafas beratsetelah itu, aku tak bisa menahan dan ingin membuka mata, dan saat membuka mata ternyata.......
itkgid
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 44 lainnya memberi reputasi
45
Tutup