Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Antara TNI dan FPI, Ibarat Basmi Nyamuk dengan Meriam


Antara TNI dan FPI, Ibarat Basmi Nyamuk dengan Meriam

Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah pakar di bidang militer mempertanyakan langkah TNI yang ikut menertibkan aksi-aksi Front Pembela Islam (FPI) di bawah pimpinan Muhammad Rizieq Shihab.
Salah satunya, aksi prajurit TNI melucuti baliho Rizieq Shihab. Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengakui bahwa penurunan baliho oleh sekelompok orang berbaju loreng itu atas perintahnya.

Belum lagi, wacana ancaman pembubaran FPI yang dilontarkan Pangdam Jaya lantaran menganggap organisasi ini berlaku seolah paling benar dan berbuat seenaknya sendiri.

Pengamat militer dari MARAPI Consulting & Advisory Beni Sukadis menilai langkah TNI sudah melampaui kewenangan yang seharusnya menjadi ranah kepolisian.

"Menurut saya sih sudah melenceng. [TNI] Menghadapi teroris, iya. Kelompok dari luar, iya. Kelompok separatis, iya. Tapi kalau kelompok yang dianggap melanggar hukum ya nggak sepatutnya dikalahkan [oleh TNI]," kata Beni kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon.

"Jangan kita memukul nyamuk dengan meriam. Mukul nyamuk pakai obat nyamuk saja," lanjut dia mengibaratkan apa yang dilakukan TNI terhadap FPI.

Merujuk pada Pasal 6 Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, TNI memiliki tiga fungsi utama sebagai alat pertahanan negara.

Yakni sebagai penangkal terhadap bentuk ancaman militer dan bersenjata dari luar dan dalam negeri, menindak setiap bentuk ancaman tersebut, dan memulihkan kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

Sedangkan FPI, kata Beni, bukan termasuk kelompok bersenjata, teroris, maupun separatis yang mengharuskan negara mengerahkan TNI sebagai ujung tombak perlawannya.

Ia mengatakan, jika pemerintah khawatir akan gangguan terhadap persatuan bangsa, seharusnya kelompok tersebut ditangani dengan pendekatan pendidikan kewarganegaraan dan agama.

"Tidak sepatutnya pasukan TNI yang dihadapkan dengan kelompok sipil yang notabene masyarakat sendiri. Kayak orde baru dong? Militer digunakan untuk melawan kelompok oposisi. Apakah ini yang dilakukan, dengan hal yang sama?" pungkas Beni seraya mempertanyakan.

Kekhawatiran akan gangguan persatuan dan kesatuan sebelumnya diutarakan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Panglima Komando Daerah Militer Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman.

Dalam konferensi pers khusus didampingi jajaran komandan pasukan khusus TNI, Hadi mewanti siapapun untuk tidak mengusik persatuan dan kesatuan bangsa.

"Ingat, siapa saja yang mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa akan berhadapan dengan TNI," kata Hadi pada Sabtu (14/11).

Usaha Menampilkan Sisi 'Sangar' TNI

Belum sepekan berselang, Pangdam Jaya Mayjen mengulang peringatan tersebut usai Apel Gelar Pasukan Persiapan Pilkada dan Penanggulangan Banjir di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Jumat (20/11).

"Sekali lagi saya sampaikan jangan mengganggu persatuan dan kesatuan yang ada di wilayah DKI Jakarta, saya panglimanya. Jangan coba-coba mengganggu persatuan dan kesatuan yang ada di Jakarta. Kalau mencoba mengganggu, akan saya hajar nanti," tukas Dudung.

Awalnya, pernyataan itu diucapkan Dudung untuk menjawab pertanyaan dari wartawan soal video viral yang menunjukkan sejumlah aparat TNI tengah berada di wilayah Petamburan, Jakarta Pusat. Kawasan ini dikenal sebagai markas Front Pembela Islam (FPI).

Namun Dudung menjelaskan, kegiatan itu merupakan patroli biasa.

Merespons peringatan dari TNI, pengamat militer Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Muhamad Haripin menduga seruan dari Panglima dan Pangdam Jaya itu bukan hanya ditujukan untuk kelompok eksternal melainkan juga di internal TNI.

Analisa itu berkaca dari kasus unggahan video dukungan kepada Rizieq dari anggota Kompi A Yozikon 11 Kodam Jaya. Menurut Haripin, fenomena itu tak bisa ditampik membuat resah internal TNI.

"Ada personel [TNI] punya simpati terhadap beberapa tokoh agama itu hal yang sudah beredar banyak [kabarnya]. Tapi ketika diekspresikan secara nyata melalui video kemudian disebarkan, itu membuat suasana kurang nyaman di internal," Haripin menjelaskan.

Ia berpendapat upaya Panglima TNI Hadi Tjahjanto menyerukan komando ke Kopassus secara tak langsung jadi pesan untuk seluruh jajaran TNI agar tak tergiring untuk memecahkan persatuan bangsa.

Karena seyogyanya, TNI adalah pasukan negara yang seharusnya mengayomi seluruh masyarakat tidak terlepas dari suku, agama, ras dan golongan apapun. Sehingga keberpihakan anggota terhadap salah satu kelompok tidak bisa dibiarkan.

"Saya pikir memang nilai simbolis juga. Pasukan khusus sebagai pasukan tempur elite. Sinyalnya jelas. Jika pasukan terpilih, saya sudah berikrar berkomitmen atas NKRI dan kesatuan persatuan, pasukan biasa jangan macam-macam," kata dia.

Haripin pun menduga antara kedatangan Rizieq, eskalasi isu yang mengikutinya, dan kasus simpatisan FPI di tubuh TNI membuat Hadi khawatir prajuritnya diperalat untuk agenda kelompok tertentu.

Sehingga yang terlihat, sambung Haripin, panglima sedang berusaha menampilkan kegarangan atau sisi sangar demi memastikan tak ada yang berani mengintervensi internal TNI.

"Jangan sampai tentara atau unit personel mau diajak permainan elit lah. Dan itu kan tentu dalam jangka panjang dapat memecah belah. Dengan atribut TNI seolah-seolah TNI membela agama tertentu atau kelompok tertentu," tambah dia lagi.

sumber

*******

Nyamuk.
Hewan unfaedah ini memang kecil, tapi songong. Bayangkan, mereka tak pernah peduli kita tengah istirahat, bekerja, ataupun tidur. Bahkan dengan sombongnya dia terus berdengung di dekat telinga kita.

Ini memang mirip-mirip dengan FPI dan kawanannya. Anggota tidak sebesar Ormas keagamaan lain, tapi sombongnya luar biasa. Bahkan mereka tak peduli orang butuh ketenangan, mereka selalu berisik. Tak peduli orang butuh waktu untuk bekerja, mereka dengan riang gembira berdemo. Makin kita diam, makin berisik mereka. 11 12 dengan nyamuk.

Lalu benarkah TNI tak pantas memghadapi FPI? Coba sama-sama kita telaah ini.
Selama ini, FPI selalu memainkan wajah busuk bermuka dua. Mereka selalu memuji-muji TNI setinggi langit dan merendahkan POLRI. Hal itu mereka lakukan sebenarnya hanya untuk mengadu domba dan takut. Takut? Ya. FPI sebenarnya takut dengan TNI. Itulah sebabnya FPI selalu terlihat berbaik kata dengan TNI.

Tapi ingat, tahun 2003, pimpinan FPI, Rizieq Shihab pernah diganjar hukuman penjara 7 bulan karena menghina TNI dan POLRI. Dan tahun 2008, Rizieq Shihab juga divonis penjara 18 bulan karena menghasut dan memprovokasi. Artinya? Artinya adalah, Rizieq Shihab dan FPI serta kawanannya telah terbiasa menghina, mengadu domba, menghasut, dan lain-lain.

Itulah sebabnya, saat TNI ikut turun tangan menertibkan kesemrawutan kota Jakarta dengan merobohkan baliho-baliho si Imam Besar, mereka pada awalnya tak percaya, dan menganggap ada yang ingin memfitnah TNI. Mereka masih berharap TNI tak melakukan hal itu. Dan ketika fakta berkata lain dari harapan mereka, mulailah jurus basi mereka dipakai. Kata-kata rakyat, ummat, adu domba, semakin sering dipakai. Ditambah lagi bumbu-bumbu menyalahkan pihak lain yang katanya juga bersalah. Ini mirip anak kecil yang dimarahi karena bersalah, lalu menyeret temannya yang dianggapnya lebih pantas untuk dimarahi. Menggelikan.

Lalu, benarkah TNI menyalahi tupoksinya jika ikut menertibkan baliho-baliho ilegal milik FPI? Lha, menyalahi bagaimana. Orang gila yang bisa bilang seperti ini. Kemana mereka saat TNI ikut turun ke kali mengaduk-aduk lumpur? Masuk gorong-gorong membersihkan saluran air? Membuat WC umum, membangun jalan setapak, mengecat jalan, dan lain-lain?

Jadi, sebenarnya mereka inilah yang tidak ingin TNI dekat dengan rakyat. Ingin membantu memberantas teroris, mereka keberatan. Tapi ketika TNI ikut menertibkan baliho, mereka bilang tugas TNI adalah memberantas teroris, bukan baliho. Bingung kan?

Mau berharap pada siapa agar baliho-baliho itu lenyap? Satpol PP DKI Jakarta? Weleh. Bahkan Gubernur DKI Jakarta saja sohib kentalnya si Imam Besar. Mana berani dia. Mau di kafir-kafirin? Dan bisa jadi, sebagian Satpol PP DKI Jakarta adalah pemuja si Imam Besar. Jangan salah, bahkan anggota TNI saja yang jelas arah sikapnya masih ada yang tercemar jargon-jargon si Imam Besar. Apalagi Satpol PP DKI Jakarta. Soal nyali? Menghadapi kawanan preman pasar aja larinya dulu-duluan, apalagi diteriakin takbir oleh massa FPI? Sudahlah, jangan berharap banyak dengan Satpol PP DKI Jakarta jika bicara soal FPI.

Apakah harus Ormas lain yang menurunkan baliho-baliho? Bisa timbul konflik horisontal. Polisi? Nah, selama ini mungkin aparat Kepolisian telah membackup Satpol PP DKI Jakarta untuk melakukan penertiban, tapi mungkin baliho itu diminta kembali saat mau diangkut. Dan ketika aparat pergi, baliho itu dipasang kembali. Ya sudah, sekarang dirobek sajalah oleh anggota TNI agar tidak dijadikan berhala sesembahan baru.

Menghadapi manusia-manusia macam petinggi-petinggi FPI beserta pendukungnya, tidak bisa dilakukan dengan model pendekatan kebangsaan. Hati mereka telah tertutup. Mata mereka telah buta. Bagi mereka, kebenaran hanya ada di pihak mereka. Hak untuk menertibkan apapun juga ada di diri mereka. Ketidakadilan adalah jualan mereka untuk membenarkan tingkah polah mereka. Sehingga jalan satu-satunya adalah ketegasan! Lu mau nurut kagak? Kalau kagak, gw gibeng lu!

Dan catat. Hierarkhi TNI dan POLRI itu tegak lurus. Lurus dari bawah keatas, sampai paling atas. Tidak boleh ada yang belok atau menyimpang. A yang dikatakan, A yang dilaksanakan. Jadi, simpulkan sajalah masing-masing.

Demikian.
Diubah oleh i.am.legend. 21-11-2020 00:54
free_use
viniest
tien212700
tien212700 dan 49 lainnya memberi reputasi
48
5.1K
190
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
akunkubaikAvatar border
akunkubaik
#5
Damai aja lebih baik
night.fury95
aldonistic
kakekane.cell
kakekane.cell dan 7 lainnya memberi reputasi
-6
Tutup