Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

putri906Avatar border
TS
putri906
Nilai-Nilai Pancasila adalah Nilai-Nilai Islam
Dalam sejarahnya, nilai-nilai Islam amat erat merasuk dalam rumusan Pancasila. Islam hadir di setiap butir-butir sila dalam Pancasila. Bagaimana tidak? Dalam perumusan nya saja, Pancasila diramu langsung oleh para founding fathers bangsa ini. Dan oleh Para Ulama susunan nya diperbaiki, agar sesuai berdasarkan nilai-nilai Islam.

Dalam salah satu pertemuan, saat memberikan materi dalam mata kuliah Pancasila, Bapak Rachmat Rizqy Kurniawan S.EI M.M selaku Dosen mata kuliah Pancasila, menyampaikan bahwasanya beliau tidak setuju jika Pancasila dijadikan sebagai Ideologi. Alasan nya, karena Ideologi tidak disematkan pada barang abstrak seperti negara. Dan lagi setiap warga negara pasti memiliki ideologi atau ide gagasan yang berbeda-beda dalam menjalankan kehidupan nya. Setiap warga negara wajib memiliki ideologi. Dan kita sebagai Umat Islam, sudah tentu berideologi yang bersumber pada Al-Qur’an.

Kemudian beliau juga melontarkan salah satu pertanyaan yaitu; Kenapa Pancasila dijadikan sebagai dasar kehidupan negara kita? Kenapa bukan agama dan syariat Allah? Beliau membenarkan pendapat saya bahwa pada dasarnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila berasal dari Al-Qur’an yang merupakam sumber ajaran syari’at Islam. Dari sini dapat kita ketahui, bahwa orang yang paham Pancasila, pastilah melaksanakan setiap sila dengan benar.

Dalam sila yang pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Sejauh ini yang saya ketahui Islam adalah satu-satunya agama yang Bertuhan Esa. Orang yang paham Pancasila, pastilah beriman kepada Allah Yang Satu. Mengapa demikian? Karena yang harus diakui pertama kali oleh manusia, pengakuan yang haqiqi, yang paling penting, dan paling dasar adalah pengakuan terhadap Tuhan Yang Satu. Ketika belum bisa mengakui bahwa Tuhan itu satu, artinya belum menjadi manusia seutuhnya. Karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang diberi akal, yang dapat mengakui bahwa Tuhan itu Esa.

Dalam sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Dapat diambil nilai bahwa sebagai seorang manusia muslim Indonesia, sudah seharusnya kita bersikap layaknya manusia yang punya tenggang rasa, hormat, cinta, dan kasih sayang dalam bingkai kesopanan. Memanusiakan semua manusia. Kehidupan manusia harus diwarnai dengan perilaku beradab. Allah Subhanahu wata'ala, berfirman dalam QS Al Qalam: 4, yang artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang agung”. Sesuai dengan hadits Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam juga yang diriwayatkan oleh imam At Tirmidzi, yang artinya: “Orang mukmin yang paling baik imannya, adalah yang paling baik akhlaknya”. Hal ini semakin menegaskan bahwa adab dan akhlaq sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari bagi setiap warga Indonesia. Jika kita benar-benar taat beragama, insya Allah otomatis bisa berbuat adil dan berakhlak baik antar sesama.

Sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia. Persatuan menjadi sangat penting bagi warga negara Indonesia, karena kebhinekaan bangsa yang begitu banyak corak dan warnanya. Baik dari sisi adat istiadat, pakaian, makanan, maupun bahasa. Semangat persatuan bukanlah hasil konvensi rakyat Indonesia, melainkan disemangati oleh nilai-nilai Islam yang memandang akan pentingnya, Jamaah atau Persatuan. Dalam Al Qur’an disebutkan di surat Ali Imran ayat 103 yang artinya kita diperintahkan untuk bersatu dan dilarang untuk tercerai berai. Juga selaras dengan firman Allah di surat Al Hujurat ayat 13, yang menyebutkan bahwa Alllah menjadikan kita manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal satu sama lain. Dengan cara apa? Ya, dengan cara bersatu.

Dalam Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Sudah sepatutnya seorang pemimpin merakyat, dan rakyat berkasih sayang kepada pemimpin. Teringat satu hadits riwayat Imam Muslim yang menyebutkan bahwa sebaik-baik pemimpin adalah ia yang mencintai rakyatnya dan rakyat pun mencintainya. Bagaimana rakyat dapat berkasih sayang kepada pemimpin? Karena pemimpin memimpin dengan hikmah. Apa itu hikmah? Yaitu pemahaman yang mendalam, yang dapat membawa maslahat bagi orang banyak, tanpa harus mengorbankan rakyat lemah dan mendzolimi warga negara yang kuat. Bagaimana caranya? Tentu dengan musyawarah yang dihadiri oleh wakil-wakil warga negara.

Kemudian dalam sila terakhir, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya secara adil tanpa pandang bulu. Sebagai agama yang rahmatan lil alamin, misi besar Islam adalah implementasi keadilan dalam segala sendi kehidupan.

Kesaksian KH. Masjkur dalam sejarah lisan yang tersimpan di Arsip Nasional, Memperlihatkan fakta lain tentang kelanjutan kesepakatan Pancasila yang terjadi di rumahnya ,
“Kesimpulan lima tadinya mau ditambah, tapi kita umat Islam Mengatakan, rukun Islam itu lima, jadi lima ini saja bisa dikembangkan satu Per satu, tetapi jangan ditambah. Hitungannya supaya bisa lima....” (Arsip Nasional Republik Indonesia, ).

Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta alam), Islam sangat relevan dan fleksibel dalam segala bidang kehidupan. Islam mengatur para pemeluknya dalam segala hal, baik itu kehidupan individu maupun sosial bermasyarakat. Kedalaman nilai filosofis Pancasila yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai ajaran Islam hendaknya memperkuat posisi kita sebagai Negara Indonesia yang beragama dan beradab.

Jadi, jangan benturkan Islam dengan Pancasila. Menjadi tidak relevan jika Umat Islam dan ajaran Islam disebut-sebut sebagai yang ancaman bagi Pancasila. Lahirnya nilai-nilai Pancasila itu didasari niat kuat dari “Founding Fathers” untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi ‘Negara Demokrasi’ yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur keagamaan dalam bingkai kebhinekaan.

Menggelikan jika ada orang-orang atau pejabat-pejabat atau para aktivis demokrasi kesiangan, yang meneriakkan “Pancasila Harga Mati”, tetapi dengan tidak tahu malu leluasa korupsi atau bertindak anarkis, seolah-olah nilai/pandangan hidup Pancasila tidak ada korelasinya dengan segala perbuatan mereka.
Pancasila Agung nilainya pada saat acara seremonialnya belaka. Padahal yang diharapkan oleh para pendahulu kita adalah, Pancasila yang dijadikan sebagai identitas bangsa yang melekat pada warga negara. Jadi hemat penulis, tidaklah perlu merasa khawatir dengan pengamalan Pancasila untuk warga negara yang muslim. Karena ketika mereka telah menjalankan syari’at agamanya, secara otomatis mereka juga mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Diubah oleh putri906 17-11-2020 21:52
eshe98.
counter.jihad
gmc.yukon
gmc.yukon dan 2 lainnya memberi reputasi
-1
741
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
pak.polisi86Avatar border
pak.polisi86
#15
They never learn from their siblings

Their siblings r already facing chaos n destruction because they followed their stupid supreme leader in Rome blindly (never asked any questions whether it's right or wrong, fortunately some awake n create a new path), & now this religion wanted to follow the destruction that has been made by their siblings

History will repeat itself, unfortunately human never learn from history

Buat yg ngertos bae, yg ga ngertos, ywd deh, dah itu aja!
0
Tutup