- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.
Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 21-07-2020 21:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
32.7K
Kutip
452
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#219
Spoiler for Part 72:
Part 72
"Nat..., balik lagi kefotocopyan tadi ya, ternyata berkasku masih ada yang kurang jumlahnya"
Aku hanya menghembuskan nafas kasar setelah mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut viny.
"Hehehe, sorry ya nat"
Hari ini aku sedang menemani viny menyerahkan berkas-berkas yang menjadi syarat untuk melanjutkan studinya di salah satu kampus terbaik yang ada di kota ini.
Sudah hampir 3 kali kami bolak balik dari tempat fotocopy ke gedung yang menjadi tempat pendaftaran, itu semua terjadi karena viny yang kurang teliti saat menyiapkan semua berkas-berkas yang dibutuhkannya.
Huuuhhh....
Tapi mau bagaimana lagi, aku hanya bisa menuruti semua instruksi viny setelah dia menyogokku dengan senyumannya yang manis.
"Yaudah mbak..., ayo, naik"
Viny kembali terkekeh setelah melihat wajah kesalku, lalu dia langsung naik keatas boncenganku.
.
.
.
Huuuuhhhh.....
Aku menghembuskan nafas lelahku setelah kami duduk di salah satu restoran ceoat saji dengan bento sebagai menu utamanya.
Akhirnya semua urusan viny dengan kampus barunya sudah selesai, sebenarnya beby yang memintaku untuk menemani viny menyerahkan berkas-berkas pendaftaran siang ini.
Selain karena dia malas jika harus menemani viny siang ini, dia juga tidak mau jika viny harus mengurus semuanya sendirian, mengingat viny tidak bisa membawa mobil sendiri.
Ya....akhirnya bisa kalian lihat sekarang, beby memilih menumbalkanku untuk menemani viny mengurus semua berkas-berkas pendaftarannya.
Viny: "hehehe, capek ya nat...."
Aku: "capek lah mbak, bolak balik mulu dari tadi, lagian mbak jadi cewek gak telitian banget"
Sontak viny langsung memajukan ujung bibirnya kedepan setelah mendengar jawabanku barusan, dia juga menatapku dengan tatapan sengit.
"Iiihhh...., dasar....., jadi cowok gak ada romantis-romantisnya, aku makin paham kenapa kamu bisa jomblo sampai 3 tahun"
Aku membalas tatapan viny dengan tidak kalah sengit.
"Lah.., hubungannya sama romantis apaan?"
Viny memejamkan matanya seraya menarik nafasnya dalam-dalam.
"Biasanya ya nat, secapek-capeknya cowok gentle kalo lagi nemenin ceweknya, harusnya gak boleh ngeluh di depan ceweknya nat"
Aku terkekeh setelah mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari mulut viny.
"Ya itu kan kalo sama ceweknya mbak, mbak emang siapanya aku?"
"Gak usah ngarep mbak buat jadi cewek aku"
Pletaaaakkk......
"Heehhh....., gak gitu juga yaa..., seenggaknya kamu latihan bikin seneng beby nat"
"Kalo kamu kayak gini aku jamin nat, beby pasti langsung ngambek"
Viny menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menghembuakannya dengan sedikit kasar.
"Aku jadi nyesel beby deket sama cowok kayak kamu, udah gak peka, ke GR an, nyebelin lagi"
Aku kembali terkekeh setelah melihat wajah kesal viny.
"Sorry ya mbak, kalo mau bikin seneng mbak beby doang mah, aku gak perlu pake latihan segala"
"Lagian kalo mbak suka sama aku bilang aja sih, gak usah malu-malu gitu, punya pacar 2 kan gak masalah"
"Malah enak lagi, soalnya kan mbak sama mbak beby udah akur, jadi aku gak perlu repot-repot ngakurin kalian nanti"
Bibirnya terlihat semakin manyun setelah mendengar semua jawaban-jawabanku barusan, dia langsung beranjak dari temoat duduknya saat ini.
"Ehh..., malah ngambek dia, mau kemana mbak?"
Viny langsung berbalik arah membelakangiku.
"Mbak...., masa mau balik jalan kaki?, jauh tau..."
Viny kembali memutar tubuhnya kearahku.
"Iiihh...., siapa yang mau balik sih!!, aku mau mesen kok!!"
Lagi-lagi aku terkekeh ketika melihat viny yang masih betah memasang wajah kesalnya.
Aku: "mau ditemenin nggak?"
Viny: "gakusah!!!"
Dia kembali berbalik arah untuk membelakangiku.
"Mbaaak...."
Panggilanku berhasil menghentikan kakinya yang sudah akan melangkah kearah tempat pemesanan.
"Apa lagi?!"
Seraya berkata seperti itu dia kembali membalikkan tubuhnya kearahku.
Aku: "mbak gak nanya aku mau pesen apa?"
Viny: "yaudah..., mau mesen apa kamu?"
Aku: "samain aja deh"
Viny: "iiiihhh....., ngapain nyuruh aku nanya nathaaaa!!!!"
Aku hanya bisa tertawa ketika melihat viny yang saat ini terlihat benar-benar kesal, jika dilihat dari raut wajahnya, dia seperti ingin menelanku bulat-bulat saat ini juga.
Setelah berkata seperti itu, viny memilih untuk langsung menghampiri tempat pemesanan untuk memesan makan siang kami hari ini.
.
.
.
"Wiihh...., enak nih, berapaan mbak?"
Kali ini viny sudah kembali dengan sebuah nampan yang berisi 2 piring bento dan 2 gelas soda.
Setelah meletakkan nampan yang ada di tangannya keatas meja, dia langsung kembali mengambil tempat untuk duduk di hadapanku.
Aku: "berapaan mbak?"
Viny: "gakusah"
Viny menjawab pertanyaanku dengan wajah ketusnya.
"Meskipun kamu hari ini nyebelin, banget!!!!, tapi aku masih mau berterimakasih sama kamu"
Lagi-lagi aku terkekeh setelah mendengar jawaban dari viny barusan.
"Widih...., traktiran nih?"
Viny tidak membalas pertanyaanku, dia sedang sibuk membuka bungkus plastik yang masih menutupi sumpitnya.
Aku: "lah...., kok diem sih, jangan ngambek dong...."
Viny: "bawel nat..., makan aja udah"
Aku hanya bisa tertawa kecil setelah viny menginstruksikanku untuk diam, tanpa pikir panjang aku langsung membuka plastik yang masih menutupi sumpitku, lalu kami sama-sama larut menikmati hidangan yang saat ini sudah tersaji di hadapan kami.
.
.
.
Aku kembali mengambil tempat untuk duduk setelah mencuci tanganku di wastafel.
"Makasih ya mbak traktirannya...., baik banget deh..., jadi makin sayang"
Viny langsung menatapku dengan tatapan malasnya setelah mendengar kalimatku barusan.
Viny: "heleh...., giliran udah ditraktir langsung jadi sok manis gitu"
Aku: "ooooohh...., jadi gak ikhlas nih, yaudah, aku ganti"
Seraya berkata seperti itu, tanganku mulai bergerak untuk mengambil dompet yang tersimpan di saku celana jeansku.
"Eeehh...., enggak.... enggak..., baperan ih"
Viny langsung menahan tanganku yang sedang berusaha meraih dompet di saku celana bagian belakang.
Aku: makanya..., mukanya jangan kusut gitu dong..."
Viny: "iya... iya..., aku senyum nih...."
Viny menarik kedua sudut bibirnya keatas sehingga membuat kedua matanya menyipit karena tertutup senyumannya.
Huuuuhhh.....
Yang gini gini nih....
"Nah gitu dong..., kan cantik"
Aku dan viny memang sudah sangat sering bercanda dengan candaan seperti tadi, ya.... kadang-kadang aku menggodanya dengan mengatakan bahwa dia menyukaiku, kadang-kadang aku juga sering menggodanya dengan mengatakan bahwa aku menyukainya.
Dia juga kadang-kadang begitu, tapi sepertinya kami sudah sama-sama saling memahami bahwa semua itu hanyalah sebuah candaan.
Ya..... sebenarnya aku tidak bisa memungkiri, viny merupakan salah satu peremuan yang terlihat cukup menarik di mataku.
Tapi aku yakin, itu semua hanya ketertarikan sesaat, lagi pula laki-laki mana yang tidak tertarik jika viny sudah menunjukkan senyumannya.
Aku juga yakin, kalian pasti akan langsung menyukai viny jika sudah melihat senyumannya.
"Gakusah disebutin nat, aku udah tau kok kalo aku ini cantik"
Aku menganggukan kepalaku seraya memasang wajah meremehkan.
"Iya.., saking cantiknya bisa bikin si devan lupa sama gebetannya"
Sontak pernyataanku berhasil membuat viny terkejut.
Viny: "enggg..... ngomong apaan sih nat, siapa yang lagi deket sama devan"
Aku: "dih..., aku gak ada bilang deket lhoo..."
Aku menggoda viny dengan menaik turunkan kedua alisku.
"Hmmmmm...., kayakny mbak emang lagi deket deh sama devan, iya kan???"
Wajahnya terlihat semakin panik.
Viny: "enggak koook!!!, sok tau ih!!!"
Aku: "bilangnya sih enggak, tapi tiap hari chat-chatan terus"
Seraya berkata seperti itu, aku juga memasang senyum menggoda untuk membuat viny semakin merasa terintimidasi.
"Y y ya... emang, tapi dengan aku chat-chatan sama dia, bukan berarti kita deket kali!!!"
Wajah viny kembali terlihat kesal setelah aku menggodanya.
"Ya kalo deket gakpapa juga kali, kan sama-sama jomblo, daripada mbak nungguin aku, sorry mbak, aku udah punya mbak beby"
Entah kenapa tawa viny tiba-tiba langsung pecah setelah mendengar pernyataan yang baru saja kulontarkan.
"Pede banget kamu nat, emang beby masih mau sama kamu?"
Deeeeggggg......
Meskipun aku tahu viny tidak serius dengan ucapannya barusan, tapi pernyataan itu tetap berhasil membuatku sangat tertohok.
Huuuuhh.....
Keadaan hubunganku dan beby saat ini memang bisa dibilang sudah sangat membaik setelah obrolan kami di bukit bintang malam itu, beby mulai kembali mau berbicara panjang lebar kepadaku, menanggapi semua obrolanku, bahkan kami sudah bisa saling bercanda satu sama lain.
Tapi...... aku merasa beby masih sedikit menjaga jarak denganku, ya...., masih belum ada beby yang manja seperti sebelumnya, masih belum ada beby yang selalu memberiku perhatian-perhatian kecil seperti yang dulu selalu dia berikan.
Entah mengapa saat ini aku merasa dia hanya menganggapku sebagai seorang..... TEMAN.
"Nat......"
"Heeeeiii... Nat......"
Lamunanku terhenti ketika viny memanggil namaku seraya meletakkan telapak tangannya di atas lenganku.
"Maaf kalo tadi aku salah ngomong"
Viny menatapku dengan tatapan iba, setelah aku sudah benar-benar tersadar dari lamunanku, akupun memilih untuk langsung membalas tatapan viny.
"Ooohh..., santai aja kali mbak"
Aku menarik kedua sudut bibirku keatas untuk memberitahu viny bahwa saat ini aku sedang baik-baik saja.
"Tenang aja nat, kalau aku liat-liat, kemajuan hubungan kamu sama beby udah bagus kok, kalian aja udah bisa becanda kayak dulu lagi"
"Dia juga udah mau minta tolong kamu buat nganterin aku hari ini"
"Aku yakin kok, kamu bisa dapetin hati beby lagi"
Lagi-lagi viny mencoba memberikanku semangat dengan kata-kata dan senyumannya.
"Ya..... semoga ya mbak..."
Aku menghembuskan nafas dengan kasar setelah menyekesaikan kalimatku.
"Pasti bisa nat, tepatin semua janji-janji yang kamu omongin malem itu, buktiin sama beby kalo kamu bener-bener sayang sama dia"
Aku berhasil dibuat terkejut dengan oernyataan yang baru saja keluar dari mulut viny.
"Mbak beby cerita?"
Viny menganggukan kepalanya dengan senyum yang sedari tadi masih belum pudar dari wajahnya.
"Akhirnya ya nat.., kamu ngaku juga"
Kali ini viny memasang wajah jahilnya.
"Ngaku apaan mbak?"
Aku bertanya kepada viny dengan tatapan heran.
"Kamu ngaku kalau selama ini sebenarnya kamu selalu suka semua hal tentang dia"
"mulai dari manjanya beby, bawelnya beby, perhatian-perhatian beby"
"Eleuuhh...., ternyata bisa sosweet juga kamu ya..."
"Aku sampe ngakak lo waktu beby cerita sama aku kemaren"
Sontak pernyataan yang baru saja di lontarkan viny membuatku merasa malu, bagaimana tidak, sebenarnya aku tidak mau pengakuanku malam itu di ketahui oleh orang lain selain beby.
"Udah ah mbak, jangan dibahas deh kalo masalah itu"
Tawa viny kembali pecah setelah melihat aku merespon pernyataannya tadi.
"Cieee...., gakusah malu gitu kali nat, mukamu sampai merah gitu, orang cuma aku doang kok yang tau"
"Ternyata rasa takut kamu kehilangan beby sebesar itu ya nat, sampai-sampai kamu mau buang jauh-jauh semua perasaan gengsi yang selama ini kamu pelihara"
Viny kembali melanjutkan tawanya, sedangkan aku hanya bisa menahan perasaan dongkol karena viny berhasil membuatku benar-benar malu kali ini.
"Ketawa aja terus mbak....."
Viny masih berusaha menghentikan tawa yang sedari tadi keluar dari mulutnya.
"Lagian...., gengsi dipelihara, kambing dipelihara bisa gemuk"
Aku hanya bisa diam sambil terus memendan perasaan dongkolku, bagaimana tidak, sekarang viny berhasil membuatku merasa sangat terpojok.
"Eleuuhh...., ngambek dia.."
"Makanya, jangan suka ngisengin orang, baru diisengin balik gitu aja langsung diem"
Viny menunjukan senyum yang penuh kemenangan setelah berhasil memojokkan dan membalas semua perlakuanku sebelumnya.
"Iya... iya mbak...., maaf deh mbak..."
Aku hanya bisa pasrah karena tidak sangguo lagi membalas semua ledekkan viny.
"Tapi mbak jangan ember ya..."
"Entar mbak ngasih tau devan, eh, atau nanti mbak bisa juga ngasih tau dyo"
Aku kembali memasang senyum jahilku, awas kamu vin, aku bales kamu.
"Btw waktu ngajak kita buat dateng ke sidang mbak waktu itu, mbak nge chatnya dyo"
"Eh..., tapi akhir-akhir ini malah ngechat si devan, yang bener mbak, pilih salah satu, mau jadi playgirl nih ceritanya?"
Wajah kesal viny kembali terlihat setelah mendengar semua pernyataanku.
"E e e e eehh...., enggak kok, aku cuma ngechat dyo sekali itu doang tau!!!"
Wajahnya mulai terlihat gugup dan panik.
Aku: "cukup tau aja sih mbak, ternyata jaring yang mbak tebar luas juga ya.."
Viny: "iihh...., ben..."
Aku: "halah...."
Aku memotong kalimat viny yang belum tuntas untuk membuatnya semakin kesal.
Viny: "iiihhh...., serius nat, aku sama devan juga...."
Aku: "halah...."
Aku kembali memotong kalimat viny, aku terus melakukannya ketika viny kembali mencoba untuk berbicara kepadaku.
Viny: "iihh..., dengerin dulu, aku sama...."
Aku: "halah..."
Viny: "natha!!!, enggak kok, aku bukannya...."
Aku: "halah..."
Viny: "iiiihhhh........, nyesel aku nerima tawaran beby buat dianterin kamu hari ini!!!"
Aku langsung tertawa setelah melihat viny yang mulai frustasi karena tidak diberi waktu untuk memberi penjelasan.
Tiba-tiba viny langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu membalikkan tubuhnya kearah pintu keluar, setelah itu viny langsung memulai langkahnya untuk keluar dari restoran yang saat ini kami tempati.
"E e e ehhh, ngambek, mbak...."
Aku hanya terkekeh melihat viny yang sekarang benar-benar ngambek, akupun memutuskan untuk langsung beranjak dari tempat dudukku, lalu mengikuti viny dan berjalan di belakangnya.
.
.
.
"Nat..., balik lagi kefotocopyan tadi ya, ternyata berkasku masih ada yang kurang jumlahnya"
Aku hanya menghembuskan nafas kasar setelah mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut viny.
"Hehehe, sorry ya nat"
Hari ini aku sedang menemani viny menyerahkan berkas-berkas yang menjadi syarat untuk melanjutkan studinya di salah satu kampus terbaik yang ada di kota ini.
Sudah hampir 3 kali kami bolak balik dari tempat fotocopy ke gedung yang menjadi tempat pendaftaran, itu semua terjadi karena viny yang kurang teliti saat menyiapkan semua berkas-berkas yang dibutuhkannya.
Huuuhhh....
Tapi mau bagaimana lagi, aku hanya bisa menuruti semua instruksi viny setelah dia menyogokku dengan senyumannya yang manis.
"Yaudah mbak..., ayo, naik"
Viny kembali terkekeh setelah melihat wajah kesalku, lalu dia langsung naik keatas boncenganku.
.
.
.
Huuuuhhhh.....
Aku menghembuskan nafas lelahku setelah kami duduk di salah satu restoran ceoat saji dengan bento sebagai menu utamanya.
Akhirnya semua urusan viny dengan kampus barunya sudah selesai, sebenarnya beby yang memintaku untuk menemani viny menyerahkan berkas-berkas pendaftaran siang ini.
Selain karena dia malas jika harus menemani viny siang ini, dia juga tidak mau jika viny harus mengurus semuanya sendirian, mengingat viny tidak bisa membawa mobil sendiri.
Ya....akhirnya bisa kalian lihat sekarang, beby memilih menumbalkanku untuk menemani viny mengurus semua berkas-berkas pendaftarannya.
Viny: "hehehe, capek ya nat...."
Aku: "capek lah mbak, bolak balik mulu dari tadi, lagian mbak jadi cewek gak telitian banget"
Sontak viny langsung memajukan ujung bibirnya kedepan setelah mendengar jawabanku barusan, dia juga menatapku dengan tatapan sengit.
"Iiihhh...., dasar....., jadi cowok gak ada romantis-romantisnya, aku makin paham kenapa kamu bisa jomblo sampai 3 tahun"
Aku membalas tatapan viny dengan tidak kalah sengit.
"Lah.., hubungannya sama romantis apaan?"
Viny memejamkan matanya seraya menarik nafasnya dalam-dalam.
"Biasanya ya nat, secapek-capeknya cowok gentle kalo lagi nemenin ceweknya, harusnya gak boleh ngeluh di depan ceweknya nat"
Aku terkekeh setelah mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari mulut viny.
"Ya itu kan kalo sama ceweknya mbak, mbak emang siapanya aku?"
"Gak usah ngarep mbak buat jadi cewek aku"
Pletaaaakkk......
"Heehhh....., gak gitu juga yaa..., seenggaknya kamu latihan bikin seneng beby nat"
"Kalo kamu kayak gini aku jamin nat, beby pasti langsung ngambek"
Viny menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menghembuakannya dengan sedikit kasar.
"Aku jadi nyesel beby deket sama cowok kayak kamu, udah gak peka, ke GR an, nyebelin lagi"
Aku kembali terkekeh setelah melihat wajah kesal viny.
"Sorry ya mbak, kalo mau bikin seneng mbak beby doang mah, aku gak perlu pake latihan segala"
"Lagian kalo mbak suka sama aku bilang aja sih, gak usah malu-malu gitu, punya pacar 2 kan gak masalah"
"Malah enak lagi, soalnya kan mbak sama mbak beby udah akur, jadi aku gak perlu repot-repot ngakurin kalian nanti"
Bibirnya terlihat semakin manyun setelah mendengar semua jawaban-jawabanku barusan, dia langsung beranjak dari temoat duduknya saat ini.
"Ehh..., malah ngambek dia, mau kemana mbak?"
Viny langsung berbalik arah membelakangiku.
"Mbak...., masa mau balik jalan kaki?, jauh tau..."
Viny kembali memutar tubuhnya kearahku.
"Iiihh...., siapa yang mau balik sih!!, aku mau mesen kok!!"
Lagi-lagi aku terkekeh ketika melihat viny yang masih betah memasang wajah kesalnya.
Aku: "mau ditemenin nggak?"
Viny: "gakusah!!!"
Dia kembali berbalik arah untuk membelakangiku.
"Mbaaak...."
Panggilanku berhasil menghentikan kakinya yang sudah akan melangkah kearah tempat pemesanan.
"Apa lagi?!"
Seraya berkata seperti itu dia kembali membalikkan tubuhnya kearahku.
Aku: "mbak gak nanya aku mau pesen apa?"
Viny: "yaudah..., mau mesen apa kamu?"
Aku: "samain aja deh"
Viny: "iiiihhh....., ngapain nyuruh aku nanya nathaaaa!!!!"
Aku hanya bisa tertawa ketika melihat viny yang saat ini terlihat benar-benar kesal, jika dilihat dari raut wajahnya, dia seperti ingin menelanku bulat-bulat saat ini juga.
Setelah berkata seperti itu, viny memilih untuk langsung menghampiri tempat pemesanan untuk memesan makan siang kami hari ini.
.
.
.
"Wiihh...., enak nih, berapaan mbak?"
Kali ini viny sudah kembali dengan sebuah nampan yang berisi 2 piring bento dan 2 gelas soda.
Setelah meletakkan nampan yang ada di tangannya keatas meja, dia langsung kembali mengambil tempat untuk duduk di hadapanku.
Aku: "berapaan mbak?"
Viny: "gakusah"
Viny menjawab pertanyaanku dengan wajah ketusnya.
"Meskipun kamu hari ini nyebelin, banget!!!!, tapi aku masih mau berterimakasih sama kamu"
Lagi-lagi aku terkekeh setelah mendengar jawaban dari viny barusan.
"Widih...., traktiran nih?"
Viny tidak membalas pertanyaanku, dia sedang sibuk membuka bungkus plastik yang masih menutupi sumpitnya.
Aku: "lah...., kok diem sih, jangan ngambek dong...."
Viny: "bawel nat..., makan aja udah"
Aku hanya bisa tertawa kecil setelah viny menginstruksikanku untuk diam, tanpa pikir panjang aku langsung membuka plastik yang masih menutupi sumpitku, lalu kami sama-sama larut menikmati hidangan yang saat ini sudah tersaji di hadapan kami.
.
.
.
Aku kembali mengambil tempat untuk duduk setelah mencuci tanganku di wastafel.
"Makasih ya mbak traktirannya...., baik banget deh..., jadi makin sayang"
Viny langsung menatapku dengan tatapan malasnya setelah mendengar kalimatku barusan.
Viny: "heleh...., giliran udah ditraktir langsung jadi sok manis gitu"
Aku: "ooooohh...., jadi gak ikhlas nih, yaudah, aku ganti"
Seraya berkata seperti itu, tanganku mulai bergerak untuk mengambil dompet yang tersimpan di saku celana jeansku.
"Eeehh...., enggak.... enggak..., baperan ih"
Viny langsung menahan tanganku yang sedang berusaha meraih dompet di saku celana bagian belakang.
Aku: makanya..., mukanya jangan kusut gitu dong..."
Viny: "iya... iya..., aku senyum nih...."
Viny menarik kedua sudut bibirnya keatas sehingga membuat kedua matanya menyipit karena tertutup senyumannya.
Huuuuhhh.....
Yang gini gini nih....
"Nah gitu dong..., kan cantik"
Aku dan viny memang sudah sangat sering bercanda dengan candaan seperti tadi, ya.... kadang-kadang aku menggodanya dengan mengatakan bahwa dia menyukaiku, kadang-kadang aku juga sering menggodanya dengan mengatakan bahwa aku menyukainya.
Dia juga kadang-kadang begitu, tapi sepertinya kami sudah sama-sama saling memahami bahwa semua itu hanyalah sebuah candaan.
Ya..... sebenarnya aku tidak bisa memungkiri, viny merupakan salah satu peremuan yang terlihat cukup menarik di mataku.
Tapi aku yakin, itu semua hanya ketertarikan sesaat, lagi pula laki-laki mana yang tidak tertarik jika viny sudah menunjukkan senyumannya.
Aku juga yakin, kalian pasti akan langsung menyukai viny jika sudah melihat senyumannya.
"Gakusah disebutin nat, aku udah tau kok kalo aku ini cantik"
Aku menganggukan kepalaku seraya memasang wajah meremehkan.
"Iya.., saking cantiknya bisa bikin si devan lupa sama gebetannya"
Sontak pernyataanku berhasil membuat viny terkejut.
Viny: "enggg..... ngomong apaan sih nat, siapa yang lagi deket sama devan"
Aku: "dih..., aku gak ada bilang deket lhoo..."
Aku menggoda viny dengan menaik turunkan kedua alisku.
"Hmmmmm...., kayakny mbak emang lagi deket deh sama devan, iya kan???"
Wajahnya terlihat semakin panik.
Viny: "enggak koook!!!, sok tau ih!!!"
Aku: "bilangnya sih enggak, tapi tiap hari chat-chatan terus"
Seraya berkata seperti itu, aku juga memasang senyum menggoda untuk membuat viny semakin merasa terintimidasi.
"Y y ya... emang, tapi dengan aku chat-chatan sama dia, bukan berarti kita deket kali!!!"
Wajah viny kembali terlihat kesal setelah aku menggodanya.
"Ya kalo deket gakpapa juga kali, kan sama-sama jomblo, daripada mbak nungguin aku, sorry mbak, aku udah punya mbak beby"
Entah kenapa tawa viny tiba-tiba langsung pecah setelah mendengar pernyataan yang baru saja kulontarkan.
"Pede banget kamu nat, emang beby masih mau sama kamu?"
Deeeeggggg......
Meskipun aku tahu viny tidak serius dengan ucapannya barusan, tapi pernyataan itu tetap berhasil membuatku sangat tertohok.
Huuuuhh.....
Keadaan hubunganku dan beby saat ini memang bisa dibilang sudah sangat membaik setelah obrolan kami di bukit bintang malam itu, beby mulai kembali mau berbicara panjang lebar kepadaku, menanggapi semua obrolanku, bahkan kami sudah bisa saling bercanda satu sama lain.
Tapi...... aku merasa beby masih sedikit menjaga jarak denganku, ya...., masih belum ada beby yang manja seperti sebelumnya, masih belum ada beby yang selalu memberiku perhatian-perhatian kecil seperti yang dulu selalu dia berikan.
Entah mengapa saat ini aku merasa dia hanya menganggapku sebagai seorang..... TEMAN.
"Nat......"
"Heeeeiii... Nat......"
Lamunanku terhenti ketika viny memanggil namaku seraya meletakkan telapak tangannya di atas lenganku.
"Maaf kalo tadi aku salah ngomong"
Viny menatapku dengan tatapan iba, setelah aku sudah benar-benar tersadar dari lamunanku, akupun memilih untuk langsung membalas tatapan viny.
"Ooohh..., santai aja kali mbak"
Aku menarik kedua sudut bibirku keatas untuk memberitahu viny bahwa saat ini aku sedang baik-baik saja.
"Tenang aja nat, kalau aku liat-liat, kemajuan hubungan kamu sama beby udah bagus kok, kalian aja udah bisa becanda kayak dulu lagi"
"Dia juga udah mau minta tolong kamu buat nganterin aku hari ini"
"Aku yakin kok, kamu bisa dapetin hati beby lagi"
Lagi-lagi viny mencoba memberikanku semangat dengan kata-kata dan senyumannya.
"Ya..... semoga ya mbak..."
Aku menghembuskan nafas dengan kasar setelah menyekesaikan kalimatku.
"Pasti bisa nat, tepatin semua janji-janji yang kamu omongin malem itu, buktiin sama beby kalo kamu bener-bener sayang sama dia"
Aku berhasil dibuat terkejut dengan oernyataan yang baru saja keluar dari mulut viny.
"Mbak beby cerita?"
Viny menganggukan kepalanya dengan senyum yang sedari tadi masih belum pudar dari wajahnya.
"Akhirnya ya nat.., kamu ngaku juga"
Kali ini viny memasang wajah jahilnya.
"Ngaku apaan mbak?"
Aku bertanya kepada viny dengan tatapan heran.
"Kamu ngaku kalau selama ini sebenarnya kamu selalu suka semua hal tentang dia"
"mulai dari manjanya beby, bawelnya beby, perhatian-perhatian beby"
"Eleuuhh...., ternyata bisa sosweet juga kamu ya..."
"Aku sampe ngakak lo waktu beby cerita sama aku kemaren"
Sontak pernyataan yang baru saja di lontarkan viny membuatku merasa malu, bagaimana tidak, sebenarnya aku tidak mau pengakuanku malam itu di ketahui oleh orang lain selain beby.
"Udah ah mbak, jangan dibahas deh kalo masalah itu"
Tawa viny kembali pecah setelah melihat aku merespon pernyataannya tadi.
"Cieee...., gakusah malu gitu kali nat, mukamu sampai merah gitu, orang cuma aku doang kok yang tau"
"Ternyata rasa takut kamu kehilangan beby sebesar itu ya nat, sampai-sampai kamu mau buang jauh-jauh semua perasaan gengsi yang selama ini kamu pelihara"
Viny kembali melanjutkan tawanya, sedangkan aku hanya bisa menahan perasaan dongkol karena viny berhasil membuatku benar-benar malu kali ini.
"Ketawa aja terus mbak....."
Viny masih berusaha menghentikan tawa yang sedari tadi keluar dari mulutnya.
"Lagian...., gengsi dipelihara, kambing dipelihara bisa gemuk"
Aku hanya bisa diam sambil terus memendan perasaan dongkolku, bagaimana tidak, sekarang viny berhasil membuatku merasa sangat terpojok.
"Eleuuhh...., ngambek dia.."
"Makanya, jangan suka ngisengin orang, baru diisengin balik gitu aja langsung diem"
Viny menunjukan senyum yang penuh kemenangan setelah berhasil memojokkan dan membalas semua perlakuanku sebelumnya.
"Iya... iya mbak...., maaf deh mbak..."
Aku hanya bisa pasrah karena tidak sangguo lagi membalas semua ledekkan viny.
"Tapi mbak jangan ember ya..."
"Entar mbak ngasih tau devan, eh, atau nanti mbak bisa juga ngasih tau dyo"
Aku kembali memasang senyum jahilku, awas kamu vin, aku bales kamu.
"Btw waktu ngajak kita buat dateng ke sidang mbak waktu itu, mbak nge chatnya dyo"
"Eh..., tapi akhir-akhir ini malah ngechat si devan, yang bener mbak, pilih salah satu, mau jadi playgirl nih ceritanya?"
Wajah kesal viny kembali terlihat setelah mendengar semua pernyataanku.
"E e e e eehh...., enggak kok, aku cuma ngechat dyo sekali itu doang tau!!!"
Wajahnya mulai terlihat gugup dan panik.
Aku: "cukup tau aja sih mbak, ternyata jaring yang mbak tebar luas juga ya.."
Viny: "iihh...., ben..."
Aku: "halah...."
Aku memotong kalimat viny yang belum tuntas untuk membuatnya semakin kesal.
Viny: "iiihhh...., serius nat, aku sama devan juga...."
Aku: "halah...."
Aku kembali memotong kalimat viny, aku terus melakukannya ketika viny kembali mencoba untuk berbicara kepadaku.
Viny: "iihh..., dengerin dulu, aku sama...."
Aku: "halah..."
Viny: "natha!!!, enggak kok, aku bukannya...."
Aku: "halah..."
Viny: "iiiihhhh........, nyesel aku nerima tawaran beby buat dianterin kamu hari ini!!!"
Aku langsung tertawa setelah melihat viny yang mulai frustasi karena tidak diberi waktu untuk memberi penjelasan.
Tiba-tiba viny langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu membalikkan tubuhnya kearah pintu keluar, setelah itu viny langsung memulai langkahnya untuk keluar dari restoran yang saat ini kami tempati.
"E e e ehhh, ngambek, mbak...."
Aku hanya terkekeh melihat viny yang sekarang benar-benar ngambek, akupun memutuskan untuk langsung beranjak dari tempat dudukku, lalu mengikuti viny dan berjalan di belakangnya.
.
.
.
Diubah oleh akmal162 18-05-2020 13:28
Daffa.O.F dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Kutip
Balas
Tutup