pmahenAvatar border
TS
pmahen
Berbahagialah, Ay


Perjalanan panjang yang pernah kita tempuh, kini tinggal sisa-sisa cerita yang rapuh. Aku berhenti dan pamit, sebelum kisah yang kita jalani semakin rumit.

Kubuka kembali chat terakhir di inbox kita yang telah berubah menjadi pesan grup. Dua bulan telah berlalu, Ay. Tapi entah mengapa rasa itu masih saja meraja. Setangkai bunga mawar merah yang kau tanamkan di dadaku, dulu, kini semakin rumpun. Tumbuh subur, meski tak pernah lagi kau sirami, Ay.

"Ardian, kita satu grup. Yeeyyy"

Kubaca lagi awal perbincangan kita di chat inbox. Berawal dari salah satu tarung tulis yang mengharuskan kita bekerjasama dalam satu group. Kita jadi semakin intens berkomunikasi, pagi, siang, sore, bahkan malam. Bukan lagi soal tugas yang harus kita kerjakan bersama Ay, tetapi tanpa sadar kita saling bercerita tentang luka. Entah bagaimana aku ingin sekali menyembuhkan luka yang ditorehkan oleh lelaki yang kau sebut suami. Dengan isak tangis, di sela-sela diskusi kita kau ceritakan kesedihan akibat perselingkuhan suamimu, Ay. Ia tak pernah lagi pulang, itu katamu. Masih terasa nyeri saat kubaca satu persatu chat darimu.


sumber gambar

Saat kau membutuhkan sandaran, bahuku selalu ada untukmu. Saat kau rapuh, aku selalu mampu memelukmu. Hingga tanpa sadar, kita saling merasa nyaman, merasa saling membutuhkan. Hingga setangkai bunga mawar merah tumbuh di dada kita, Ay. Kau kembali tersenyum, matamu kembali berbinar. Kita sering meluangkan waktu bersama, menikmati malam kesendirianmu.

Tak hanya sebatas chat, kita bahkan sudah bertukar no WhatsApp. Mendengar celotehmu bersama si kecil yang baru berusia dua bulan saat itu, menjadi candu untukku. Di sela kesibukanku, aku selalu bisa meluangkan waktu untuk meneleponmu, Ay. Bertanya kabar, bahkan mendengar celotehmu tentang si kecil, Qey.



Tapi itu tak berlangsung lama, yah kita hanya diberi waktu oleh Tuhan hanya sebentar, tiga bulan. Selama tiga bulan itu rasaku padamu telah mengakar dalam, Ay. Pada minggu malam tepat dua bulan yang lalu, tiba-tiba kau menangis. Suamimu telah kembali, dengan derai air mata dan sebuah penyesalan mendalam, ia meminta maaf kepadamu, Ay. Dan kutahu, di dasar hatimu, nama suamimu masih terpatri di sana.

Kau memberiku jeda pada kita. Seminggu kulalui dengan gelisah, Ay. Hingga, sebuah notif inbox darimu muncul di layar ponselku. Sebuah foto kalian bertiga tengah tersenyum bahagia. Ay, jika kau tau, bahagiamu bahagiaku juga. Tetepi, duri dari setangkai bunga mawar merah yang kau tanam di dadaku, telah melukai sebuah organ yang bernama hati.

Aku mundur, Ay. Demi kebahagiaanmu, bersama Qey putri kecilmu dan juga suamimu.

Itu chat balasan atas foto yang kau kirim. Aku kembali terluka, Ay, tapi aku mencoba untuk bahagia.

Terima kasih atas rasa yang pernah kau beri. Kenangan manis tentang kita tetap takkan kulupa.

Teruntuk Ayu Maheswari, semoga engkau bahagia bersama keluarga kecilmu. Doaku, sebelum kuhapus semua kenangan tentangmu di dalam aplikasi mesangger, menyusul aplikasi WhatsApp yang lebih dulu kuhapus.

Sumber gambar. Pixabay
Diubah oleh pmahen 30-04-2020 12:23
ButetKeren
abellacitra
nona212
nona212 dan 34 lainnya memberi reputasi
35
618
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Bgssusanto88Avatar border
Bgssusanto88
#1
pengalaman pribadi ya gan ?😊
lintangayudy
NovellaHikmiHas
NovellaHikmiHas dan lintangayudy memberi reputasi
2
Tutup