Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wiwinindah10Avatar border
TS
wiwinindah10
Bakso Ular
#Bakso_Ular
#Fiksi
Part 1

Pov Gita



Siang ini terik matahari terasa membakar kulitku. Keringat pun tanpa permisi keluar dari pori-pori begitu derasnya membanjiri sekujur tubuh. Rasa lapar menambah derita di siang hari ini, makan yang pedas-pedas rasanya segar. Ditambah dengan minum yang dingin, akan semakin lengkap memanjakan lidah dan cacing-cacing dalam perutku.

"Hei, Git!" Seseorang dari arah belakang memanggil seraya menepuk pundakku. Seketika aku menoleh, ternyata Peni. Rekan kerjaku.

"Apaan?" jawabku malas, sembari mengelap keringat.

"Makan, yuk? Laper nih, di ujung jalan ada pondok bakso loh. Baru buka, katanya enak," ajaknya.

Seketika aku setuju, kebetulan sekali lagi pengin yang seger-seger.

***

Tiba di pondok bakso yang dimaksud Peni. Tempatnya bersih, tidak terlalu besar. Namun, tidak juga terlihat kecil. Cukup ramai, padahal baru beberapa hari buka. Mungkin rasanya memang enak, harganya yang relatif murah, tentu bagi para pekerja kuli seperti kami pas di kantong.

Setelah kami memesan dua bakso dan dua es teh manis, kami duduk menunggu sembari ngobrol ngalor-ngidul nggak jelas.

"Git, kamu tau gak berita yang lagi hits sekarang?"

"Gak tau, apa emang?" Jawabku tanya balik.

"Lagi banyak ular di mana-mana. Hiiy ... serem!" Ujarnya seraya bergidik. Entah dia takut atau jijik.

"Biarin lah, mungkin tu ular lagi pen piknik," jawabku sambil terkekeh. Tak terlalu menanggapi obrolannya.

Tak lama pesanan kami datang. Buru-buru kami menyantap hidangan yang sudah di depan mata. Terlihat menggoda, dan aromanya menusuk-nusuk rongga hidung. Membuat air liur ini semakin menganak sungai.

"Enak, ya? Pantes rame," ucap gadis berambut lurus itu. Sembari menyesap kuah bakso yang terlihat masih berasap.

"He'em," jawabku singkat. Akupun begitu menikmati, tak perduli keadaan sekitar. Sekalipun mungkin ada ular lewat, saking khusyuknya makan bakso. Ini bener-bener enak!

Setelah kami kenyang menghabiskan semangkuk bakso tanpa sisa, aku dan Peni segera undur diri. Tak lupa membayar, lalu kembali ke pabrik, bersiap untuk mulai lagi bekerja. Kami bekerja di pabrik sepatu. Jam istirahat tinggal sebentar lagi, kusempatkan sholat dzuhur.

***

Pukul 17:15 sore. Seperti biasa, aku sudah standby di depan tv. Waktunya leyah-leyeh setelah seharian bekerja.

Beberapa kali mengganti chanel, acaranya semua membosankan. Hingga kutemukan salah satu chanel yang menayangkan sebuah berita, di situ terlihat jelas sedang menayangkan kabar yang lagi viral, apa lagi kalau bukan tentang ular. Beberapa daerah merasa resah dengan kemunculan banyak ular secara tiba-tiba. Beberapa orang menjadi korban karna dipatuk ular, bahkan ada juga yang kehilangan beberapa hewan peliharaannya. Seperti ayam dan juga kelinci. Serem emang!

Lama kupantengin beritanya, masih tentang ular. Yang lebih ngerinya, justeru banyak orang yang malah memanfaatkan ular tersebut.

Indentiknya ular mempunyai kesan menakutkan dan berbahaya karena memiliki bisa yang mematikan. Tidak sedikit pula yang merasa geli melihat ular. Apalagi bila harus memakan daging dan meminum darahnya. Tapi, menurut berita. Ternyata hampir semua bagian tubuh ular seperti daging, darah, dan empedu sangat bermanfaat.

Karena mengetahui manfaat ini, salah seorang warga membuka lapak yang khusus menjual ular. Bahkan menyediakan daging ular yang diolah menjadi abon, kapsul, empedu, bahkan minyak dari lemak ular. Ia juga memperdagangkan ular segar siap saji dengan harga Rp 50 ribu per ekor. Meski terbilang mahal, penikmat ular di warungnya cukup banyak.

Seketika perutku mual, terasa diubek-ubek, rasa jijik menjalar ke seluruh tubuh. Kala melihat ular-ular itu sedang diolahnya dan beberapa orang menyantap hidangan itu. "Hueeeekk!"

Buru-buru kuganti tayangan itu.

"Kenapa sih lu? Ngidam, ya?" Tanya Peni. Tiba-tiba dia nylonong masuk. Jangan ditanya kenapa Peni ada di kamarku, kami ngekost berdua. Disamping lebih ringan membayarnya, juga buat temen curhat.

"Jijik aku liat orang makan ular," jawabku sembari mengoleskan minyak angin pada hidungku. Seketika gadis itu tertawa puas.

"Nah loh, baru liat kan beritanya? Makanye non, jangan nonton sinetron mulu," ledeknya. Masih terkekeh, aku memutar bola mata malas. Lalu melirik kresek yang dibawa Peni.

"Apaan tuh?"

"Aku beli nasi bungkus, sama abon di warung tadi. Lauk alternatif kalo lagi boke," Hehehe...

"Ih, mending jangan makan abon-abon gitu deh, Pen," pintaku.

"Kenapa emang?" Alisnya bertautan.

"Takut pake daging ular."

"Hahaha ... apaan sih lu, lebay amir. Ini abon sapi kok," elaknya.

"Ya mana tau kita, tulisannya doang sapi. Ternyata daging ular. Hiiiy ...."

***

Gara-gara ular nafsu makan ku jadi berkurang, milih-milih kalau mau makan. Entah kenapa melihat berita itu jadi parno begini, setiap kali mau makan yang diolah campur daging jadi enggan.

Sudah hampir sebulan aku juga tak makan bakso di ujung jalan, beberapa kali Peni mengajakku makan di sana. Langsung kutolak mentah-mentah. Walaupun sesekali tergiur, karna bakso adalah makanan favoritku. Tapi, lagi-lagi jika membayangkan ular-ular itu jadi tak berselera. Mending makan di warteg, sayur asem sama tempe dan sambel. Lebih aman.

Suatu hari, warteg dan beberapa warung nasi tidak buka. Hanya pondok bakso di ujung sanalah yang tetap buka, entah kenapa bisa serempak itu. Mogok jualan mungkin, harga sembako tambah naik.

Namun, anehnya pondok bakso itu semakin hari semakin ramai. Apalagi semua warung tutup, bukannya ikut mogok malah terlihat santai, bahkan harga baksonya masih murah. Padahal harga daging sapi juga cukup mebludak.

Peni mengajakku makan bakso, awalnya kutolak. Namun, berbagai rayuannya mampu membuatku luluh. Akhirnya kami pergi makan bakso Bang Kumis.

Saat pesanan sudah di depan mata, aku menelan saliva berat. Bayangan tentang ular menari-nari di atas mangkuk bersama bakso itu.

"Woy! Dimakan, bukan diliatin doang! Keburu dingin," ucap Peni.

"I-iya," jawabku ragu-ragu. Pelan kugeser mangkuk itu lebih dekat. Baru saja akan menyendok, kulihat sesuatu yang aneh pada kuah bakso. Dengan ragu ku sendok sesuatu yang aneh itu, seperti ... sisik ular. Degh!

Bukannya aku jijik dan takut, justeru rasa penasaran menghampiri. Mungkinkah ini bakso ular? Astaghfirllah ....

"Pen, kebelet nih," ucapku pura-pura. Ingin sekali aku mengecek sendiri ke belakang, siapa tahu Bang Kumis memang meracik pengolahan bakso di sini juga.

"Yaudin sono ke belakang, masa mau pipis di sini!" Titahnya. Aku mengangguk, lalu beranjak dari tempat dudukku.

Perlahan aku masuk. Kemudian meminta izin pada salah satu karyawan untuk numpang ke toilet. Ia menunjukkan letak toilet tersebut. Bersih, tidak ada tanda-tanda mencurigakan. Mungkin ini perasaanku saja, mengira kalau Bang Kumis memakai daging ular untuk diolah menjadi bakso.

Baru saja akan masuk ke kamar mandi, kudengar suara desisan. Ssshhh ... ssshh ....

Suara apa itu? Tiba-tiba keringat dingin mengucur. Aku clingukan, mencari sesuatu. Semoga itu bukan suara desisan ular, ku perhatikan sekitar. Nihil, tidak ada apapun. Hanya satu yang kini membuatku penasaran, tak jauh dari kamar mandi, ada pintu yang tertutup. Tentu ada ruangan lagi di sana.

Setelah mengecek situasi, beberapa karyawan tengah sibuk melayani pembeli. Rasa penasaran kian membuncah, kudekati pintu itu. Mendekatkan kuping kanan pada pintu, berharap aku bisa mendengar sesuatu.

Ssshhh ... ssshhh ....

Semakin jelas, hanya itu yang kudengar. Perlahan kubuka pintu. Yes! Tidak dikunci. Aku masuk, aroma tak sedap mengganggu rongga hidung. Bau anyir dan bangkai begitu menyeruak. Dengan menutup hidung, aku masih bertahan di sini. Demi menuntaskan rasa penasaran, ruangan agak gelap jadi penglihatanku masih belum jelas menyisir seisi ruangan.

Lalu mengeluarkan ponsel dan menyalakan center, betapa terkejutnya diriku, saat cahaya yang keluar dari ponselku langsung memperjelas keadaan yang ada di dalam ruangan pengap ini.

"Astaghfirllahaladzim, ya Allah ... apa ini?" Aku mematung, menelan saliva berat, nafasku memburu dan keringat dingin semakin deras membanjiri tubuh. Jantungku berdegup lebih cepat, mataku tak berhenti melotot demi menatap sesuatu yang mengerikan di hadapanku.

Begitu banyak jenis ular melikar di dalam sebuah kandang, suara desisannya saling bersahutan. Beberapa ular yang sudah dipotong-potong dan dicincang pun terlihat di dalam sebuah baskom besar. Demi Tuhan tubuhku seketika kaku, bahkan aku tak bisa berteriak.

Allah ... Allah ....

Dalam hati aku hanya bisa menyebut-Nya. Cukup lama mematung, perlahan tubuh ini sedikit bisa digerakkan. Seketika aku membalikkan badan hendak berlari meninggalkan tepat mengerikan ini.

Namun, saat aku membalikkan badan seseorang tangah menatapku. Bang Kumis! Dia terlihat menyeringai.

"Sedang apa kau di sini anak manis? Hehehe ...."

Aku gemetar hebat, tak mampu menjawabnya.

"Rupanya kau sudah tau, kalau bakso yang kujual adalah bakso ular? Hehehe ...." ucapannya seperti orang yang tidak sedikitpun merasa bersalah. Atau merasa khawatir jika rahasianya kini diketahui orang lain.

"Me-mengapa Bang Kumis melakukan ini!? A-a-apa Bang Kumis tidak takut jika aku melaporkannya pada polisi!?" ucapku sedikit berani. Namun, tak mengurangi rasa takutku.

"Hahaha ... sebelum kau melaporkannya pada polisi, aku sudah terlebih dulu mencincang tubuhmu menjadi olahan bakso anak manis."

"A-apa maksudmu?"

"Sebelumnya beberapa orang juga sudah mengetahui rahasiaku. Tapi, sayang. Mereka berakhir mengenaskan, sama seperti ular-ular itu. Hahaha ...."

Degh! Jantungku seperti berhenti berdetak. Ternyata aku juga berhadapan dengan seorang pembunuh.

"Lihat ini!" Bang Kumis menunjukkan sesuatu di dalam ember.

Mataku seketika melotot. Beberapa potongan tangan dan kaki manusia tertumpuk di dalam ember. Juga beberapa daging yang sudah di potong terpisah di dalam ember yang lain.

Tubuhku lemas, pusing, kepala terasa berat. Penglihatanku semakin kabur, tak lama tubuhku ambruk. Gelap, aku tak sadarkan diri. Mungkin setelah ini aku akan menjadi campuran bakso Bang Kumis.

Bersembeng..

Part selanjutnya 👇
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...7f9357ea3b4b0c

By : Umi Ghani (Wiwinindah): bingkisannya
Diubah oleh wiwinindah10 17-04-2020 06:00
NadarNadz
nona212
tien212700
tien212700 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
3.2K
39
Thread Digembok
Tampilkan semua post
dlsn_huffAvatar border
dlsn_huff
#12
Bakso uler .... kaya apa yah yang nempel dua2 nya emoticon-Betty

q;-`^
wiwinindah10
wiwinindah10 memberi reputasi
1
Tutup