Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
Spoiler for prolog:


*********

RULES

- Ikuti perarturan SFTH

- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.

- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.

- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis


index






































Diubah oleh agusmulyanti 06-12-2022 23:16
NadarNadz
nona212
theoscus
theoscus dan 56 lainnya memberi reputasi
55
42.3K
590
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
#126
Part - 16
Karena kamar penuh, gue mutusin buat tidur di kamar ayah. Tadi gue udah nyuruh bi Inah dan bi Narti untuk merapikan kamar, dan mas Tono mengganti bola lampu yang padam. Kyai Hasan pamit naik ke lantai atas, dan gue pun masuk ke kamar ayah. Gue berbaring di ranjang empuk milik ayah, bener-bener nyaman dan karena lelah gue pun langsung terlelap dalam mimpi. Gue terbangun saat gue mendengar ada keributan. Seorang wanita dihempaskan keranjang gue dengan keras.

"Heii...jangan !," teriak gue, tapi dia gak perduli dengan teriakan gue.

Wanita itu terus meronta dan menjerit, tetapi laki-laki itu tanpa perasaan menyeret dan membawanya ke dekat perapian.

"Tolong jangan lakukan itu, atau aku akan berteriak, biar semua orang tau," teriak gue makin keras.

Laki-laki itu tak perduli, dan ia terus menghujami wanita itu dengan pukulan, wanita itu terus meronta, hingga kalungnya putus. Gue berlari mencari bantuan...tolonggg....tolonggg.

"Mas...mas Linggar, buka pintunya mas. Mas Linggar," terdengar suara halus membangunkan gue.

Gue terhenyak dan bangkit, keringat membasahi tubuh gue, nafas gue seperti orang habis dikejar-kejar.

"Astagfirullah...ternyata cuma mimpi."

"Mas..mas Linggar, mas Linggar gak apa-apa ?."

Gue berjalan ke arah pintu dan membukanya. Fatimah terlihat khawatir dengan keadaan gue.

"Mas gak apa-apa ?."

Gue menggeleng, meski nafas gue masih berkejaran.

"Imah buatin minum ya," ujarnya lembut. Gue mengangguk. Tanpa mengulang pertanyaannua, Fatimah berjalan ke dapur, dan membuatkan gue secangkir teh manis hangat. Saat ia memberikan minuman itulah, tangan gue bersentuhan dengan jemarinya yang halus.

"Maaf.."
"Enggak apa-apa mas,"
"Mas, Imah tinggal dulu ya. Tak baik kita berdua-duaan, apalagi di malam hari seperti ini."
"Fatimah..."
"Ya kang, eh..mas." ujar Imah salah tingkah, sambil menundukan pandangannya.
"Kalau Fatimah mau, mas ingin menghalalkan hubungan ini, apa Fatimah bersedia."

Fatimah tak menjawab, ia hanya mengangguk, dan satu anggukan itu, sudah membuat gue, serasa terbang ke awan.

"Alhamdulillah.., terimakasih ya Allah."

Fatimah berbalik dan setengah berlari masuk ke kamar bi Inah. Gue hanya memandanginya sambil tersenyum.

**********

Suara pengajian di surau terdengar berkumandang, membangunkan tidur gue, yang sudah pasti gak nyenyak. Tapi entah energi apa yang merasuki tubuh gue, hingga badan gue seperti sangat segar dan fit.
Gue enggak bisa melupakan kejadian tadi malam, melihat anggukan kepala Fatimah dan senyumannya.

Gue ambil handuk, dan masuk ke kamar mandi ayah. Gue hidupkan shower dan mulai menyirami sekujur tubuh gue dengan air hangat...segar.
Tiba-tiba entah dari mana, bau danur seperti memenuhi area kamar mandi..uhekk....uhekkk, perut gue serasa teraduk aduk, mencium bau yang sangat busuk. Kuraih handuk yang tergantung di dinding, dan bergegas ke luar.

"Koq bisa ada bau seperti itu disini ?, jangan-jangan ada bangkai tikus." gumamku.

*******

Gue sedang menyisir rambut, saat suara rintihan itu terdengar.

"Toloonggg....tolonggg...toolooong."

Gue berlari ke luar kamar. Hampir saja tubuh gue menabrak kyai Hasan dan santrinya.

"Maaf kyai."
"Ada apa nak Linggar."
"Nggak ada apa-apa kyai."
"Oh yasudah, ayo kita shalat berjamaah."

Pagi ini gue, sudah meniatkan untuk menghalalkan hubungan gue dengan Fatimah, dan mudah-mudahan kyai bisa menerimanya.

********

Kyai Hasan mendengarkan keinginan gue, yang hendak menikahi anak gadisnya. Beliau memandang Fatimah dan bertanya, apakah Fatimah bersedia menerima aku sebagai suaminya. Fatimah mengangguk malu. Akhirnya diputuskan pagi ini, pernikahan akan digelar secara sederhana, dengan memanggil penghulu dari kampung.

Tepat jam 10 pagi, saat akad nikah hendak di gelar, tiba-tiba bi Narti mengamuk...hoàrrghhh...kurang ajarr, apa yang kalian lakukan di rumahku......hrrrrrrr.
Kyai Hasan menahan tubuh bi Narti yang menghunuskan pisau dapur ke arah Fatimah.

pergi kau wanita penggoda...hoarrrgh

Mas Tono bertindak cepat, direbutnya pisau dari tangan istrinya, darah memancur membasahi karpet.

hihihihihi......hihihihihi, kau akan mati, mati bersamaku

Gue bener-bener kaget dan tak bisa berkata apapun, melihat darah dan ketakutan akan terulangnya kejadian serupa.
MontanaRivera
black392
anwaranwar93
anwaranwar93 dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Tutup