Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bayubiruuuuAvatar border
TS
bayubiruuuu
-JANUR KUNING- [Based On True Story] [TAMAT]
HAI GAN/SIS, MASIH DENGAN KISAH HOROR. KISAH SATU INI AKU TULIS DENGAN SEDIKIT BERHATI-HATI KARENA MENYANGKUT ORANG, KAMI TIDAK ADA BERMAKSUD APAPUN HANYA SEKEDAR BERBAGI SESUAI YANG DIALAMI NARASUMBER. AMBIL SISI BAIKNYA (HIKMAHNYA) SAJA DARI THREAD INI, BUANG SISI BURUKNYA…

 
* CERITA INI FAKTA APA ADANYA SESUAI DENGAN INGATAN NARSUM, PERCAYA BOLEH TIDAK PERCAYA SILAHKAN, TIDAK APA-APA LEBIH BAGUS.

* SESUAI PERATURAN YANG DIAMBIL DARI KISAH NYATA SEMUA TOKOH, WAKTU DAN TEMPAT KAMI SAMARKAN DEMI KEHIDUPAN, KENYAMANAN DAN PRIVASI NARASUMBER SERTA PARA TOKOH.

* DILARANG SARA, IKUTI ATURAN H2H, MOMOD DAN ADAT ISTIADAT YANG ADA DI FORUM TERCINTA KITA INI.

* SILAHKAN DIBACA KALAU BERMINAT SAJA, KARENA TIDAK ADA PAKSAAN UNTUK MEMBACA CERITA INI.

* KALAU DIRASA PENTING SILAHKAN LANGSUNG PM SAJA GAN/SIS

* KALAU ADA SALAH KETIK/TYPO MOHON MASUKANNYA DAN APRESIASINYA.




 






DAFTAR ISI


1.PERMULAAN

2. RUMAH DILEMBAH

3. KEBUN BARU

4. KEHIDUPANKU

5. AWAL BENCANA

6. TEROR

7. RUQYAH

8. BERJUBAH HITAM

9. RUMAH SAKIT

10. TUMBANG LAGI

11. KIAI ALWI DAN KUSDI

12. EKSISTENSI MEREKA

13. JANUR KUNING

14. HARU

15. DUKUN HITAM DAN PARA PENGHUNI RUMAH DILEMBAH

15. B, LANJUTAN

16. TERBUKANYA TABIR

17. POV HARUN [TAMAT]
Diubah oleh bayubiruuuu 25-06-2021 04:01
zeref13
nyils46
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 42 lainnya memberi reputasi
41
54.8K
558
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
bayubiruuuuAvatar border
TS
bayubiruuuu
#464
17. POV HARUN [The End]


Enam bulan telah berlalu, aku merasa sangat kangen dengan kampung halaman. Rasa itu tiba-tiba saja mencuat dari dalam hatiku, apakah ini karena aku baru pertama kali merantau. Mungkin saja. Enam bulan di Jawa, serasa tidak ada waktu luang untukku. Tiap hari aku harus berkutat dengan kegiatan kampus dan tiap sebulan sekali aku mengaji di rumah Ki Bagus bersama Harun. Hari demi hari ku lalui dengan ikhlas dan kerja keras agar apa yang aku niatkan bisa dikabulkan-Nya.

Senin depan setelah enam bulan aku di Jawa tiba waktunya liburan semester. Aku berencana pulang ke kampung halaman. Selasa pagi Paijo mengantarku ke Juanda Airport, karena aku putuskan untuk naik pesawat biar cepat sampai.

Sore menjelang Magrib, aku sampai dirumah. Keluargaku sudah menunggu di rumah, hati ini sangat gembira. Ternyata keluarga Deno sudah pindah. Mereka mengontrak sebuah rumah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku, berjarak sekitar lima rumah dari rumahku. Malam hari aku main kerumah Deno, saat sampai dirumah Deno kulihat mereka mulai kembali dikehidupan normal seperti biasa. Akupun langsung duduk diruang tamunya beralaskan tikar, tapi mereka bahagia dengan kondisi yang ada.

Rencanya besok mereka mengajakku kerumahnya dilembah, keinginan pak wijaya mau mengambil perabot rumah tangga yang tersisa. Dikarenakan rumah mereka sudah laku terjual, untungnya penjual tahu kondisi rumah Deno, mulai dari semua keganjilan dan keangkerannya. Menurut pak wijaya Rumah dilembah tersebut rencananya akan dibuat untuk tempat ibadah oleh pembelinya.

Pagi hari aku menjemput keluarga Deno untuk mengambil sisa perabot dan pakaian tapi tanpa istri Pak wijaya. Yang berangkat hanya aku, pak Wijaya, Deno serta Niko. Beberapa jam perjalanan kami lalui, hari menjelang siang akhirnya tibalah kami dirumah Deno.

Pak wijaya langsung langsung masuk terlebih dahulu, ia dengan cepat mengambil sisa barangnya dan pakaian mereka dibantu Deno dan Niko. sedang aku sendiri membantu mengangkat barang-barang masuk kemobil. Setelah selesai semuanya aku langsung duduk dikursi sopir, sedang Niko dan Deno mengikuti aku masuk mobil. Pak wijaya yang masih didalam rumah mulai berjalan keluar setibanya ia dihalaman rumah dan mau membuka pintu mobil. Tiba-tiba tetangganya yang berada didepan rumah dengan langkah cepat tergopoh-gopoh datang menghampiri pak Wijaya.

Quote:


Setelah itu pak maman kembali kerumahnya dengan langkah sedikit terseret, terlihat ia sedang sakit. Aku sendiri tak tahu apa yang terjadi dengan mereka, pak Wijaya sendiri hanya diam saat memandangi pak maman berjalan pulang kerumahnya. Setelah itu pak Wijaya langsung masuk kemobilku.

Di dalam mobil kami masih diam, belum ada pertanyaan yang terlontar dari kami bertiga kepada pak wijaya akan peristiwa yang langka barusan. Saat mobil baru berjalan, roda mobil ini mulai melambat. Aku melihat didepanku ada tangan seorang pria melambai dan berteriak kearah kami.

Quote:


Pak wijaya yang melihat dan mendengar langsung menyuruhku untuk membelokkan mobil untuk masuk ke halaman rumah pak Slamet. Setelah mobil berhenti didepan rumahnya kami satu persatu keluar semua, Semua anggota keluarga Deno langsung berjabat tangan dengan pak Slamet dan mak Rinda. Mereka sangat senang melihat keluarga pak Wijaya yang sudah pulih kembali seperti sedia kala. Kami semua dijamu diteras pak slamet, karena mereka juga kangen sama Deno dan Niko.

Quote:

Deno kembali terdiam, kaget karena teman sebayanya sudah terkena masalah di usia muda. Deno sendiri sempat terlintas memikirkan tentang nasib Intan dalam lamunannya. Kondisi siang itu hening sebentar tanpa ada pembicaraan, karena kabar yang kami terima begitu memprihatinkan. Tiba-tiba mak Rinda keluar dari dalam rumah dengan membawakan minuman hangat dan makanan ringan…

Quote:


Aku duduk bersama mereka merasa sependapat dengan ucapan pak Slamet, tapi aku hanya diam tak berani menuduh tanpa alasan. Biar yang kuasa saja, yang membalas perbuatan jahat kepada keluarga pak wijaya. Ditengah obroloan kami tiba-tiba ada yang datang, terlihat seperti pemuka agama didesa ini. Ia memakai bajo koko putih, sarung hijau dan kopyah putih bundar. Ia datang dengan membawa motor dan turun dari motornya dengan tergopoh-gopoh menuju ke arah kami.

Quote:


Setelah Penjelasan dan permintaan mamang udin selaku pemuka agama dikampung selesai, mang udin bergegas untuk pergi dahulu kepemakaman. Sedangkan kami yang berada diteras pak slamet langsung masuk mobil mengikutinya dari belakang, Kecuali pak Slamet yang memberitahu warga sekitar dahulu untuk ikut pergi bersamanya kepemakaman. Perasaaan penasaran padaku ingin tahu siapakah makamnya yang keluar kepermukaan itu.

Sesampainya didepan pemakaman terlihat beberapa orang yang mulai datang, sedangkan kami satu rombongan langsung memarkirkan mobil disamping pintu masuk pemakaman. Selanjutnya kami bersama-sama langsung masuk menuju kearah pemakaman yang sudah terkelupas oleh tanah lonngsor.

Waktu siang hari areal pemakaman sudah kelihatan gelap, karena rimbunnya pohon yang mengelilingi makam. Area yang longsor memang berada disebelah sungai besar, beberapa pohon ikut roboh dan hanyut oleh ganasnya banjir dan tanah longsor. Saat kami sudah di dekat makam, kulihat ada tiga mayat yang sudah ditaruh diatas tanah. Dua mayat yang masih utuh jenazahnya, hanya kain kafannya lusuh. Sedang satu mayat lainnya sudah tinggal tulang belulang, ia terbungkus kain kafan yang mulai berubah warna menjadi cokelat. Dari arah belakang kami, pak Slamet datang dengan warga yang lain, ia langsung menghampiri kami…

Quote:


Dalam kondisi masih berdiri kami semua tertegun, melihat pemandangan ini. Secara singkat Deno memberitahukan perihal tentang kematian semua keluarga pak kusdi yang beberapa bulan lalu mati dalam semalam. Setelah tatapan semua mata yang tertegun hilang, kami semua disuruh mensucikan semua jenzah itu dan membungkusnya kembali. Kami dengan para warga yang ada mensucikannya kembali, serta membalut para jenazah dengan kain kafan yang baru.

Sedang Mamang udin pergi keluar pemakaman untuk memberitahukan pada ahli warisnya. Sedang dua orang penggali kuburan sudah menyiapkan liang lahat yang baru untuk tiga jenazah tersebut. Beberapa saat kemudian mamang udin yang sebagai pemuka agama datang bersama para ahli waris keluarga pak kusdi dan jenazah satunya.

Kedatangan para ahli waris atau keluarga yang ditinggalkan membuka luka lama lagi akan keluarganya yang sudah tiada, mereka dengan sedih meminta Mamang udin segera memakamkan mereka kembali. Saat itu kami bersama – sama membantu untuk memakamkan para jenazah ditempat yang baru. Selesai acara kami langsung berdo’a bersama di depan pemakaman mereka. Ritual sudah selesai, warga mulai kembali pulang kecuali ahli waris dan kerabat yang masih duduk didepan makam keluarganya. Mamang udin yang yang sudah berdiri disamping kami mulai ikut berjalan keluar pemakaman bersama. Ditengah perjalanan itu ia berbicara kepada pak Slamet dan pak Wijaya.

Quote:


Sampai dirumah Deno waktu sudah menunjukkan sore hari, mobil langsung kuparkir dihalaman kecil rumah kontrakan Deno. Satu persatu barang mulai dipindah, sekian menit selesai membantu pak wijaya memasukkan barangnya dari mobil kerumah barunya aku langsung kembali pulang.

Satu minggu berjalan, waktu liburanku sudah habis. Selama itu pula Deno sering kali kerumahku untuk sekedar tukar fikiran, curhat, bercerita tentang musibah antara hidup dan mati yang ia alami beberapa bulan kemarin. Direntang waktu itu juga, teman Deno yang bernama Angga memberikan pesan “Maafkan aku” berulang kali, melalui facebook. Denopun membalas pesan tersebut dan menuliskan kata “Aku Maafkan” kepada Angga. Sedangkan untuk Intan, Deno sendiri sudah melupaknnya. Meski rasanya masih sakit akan perbuatan Angga dan Intan yang telah ia lakukan kepadanya.

Hari sabtu pagi, saat aku sudah bersiap kembali ke Jawa untuk melanjutkan menuntut ilmu. Tiba - tiba Deno datang kerumah dengan semua keluarganya. Berbekal dari pengalaman pahit dan gertirnya hidup yang sudah ia rasakan, dia berkeinginan keras dan membulakan tekad untuk belajar ilmu agama dan ilmu-ilmu yang lain. Dia betujuan untuk membantu sesama, dan berharap jangan ada lagi musibah yang menimpa seperti keluarga Deno. Dengan restu serta dukungan dari keluargaku dan keluarga Deno akhirnya ia ikut belajar ke Jawa bersamaku. Sewaktu cerita ini ditulis, mulai keluarga, kerabat, teman di Medan dan di Jawa tidak ada yang diberi tahu sama sekali tentang musibah yang pernah dialami dikeluarga Pak wijaya, hanya keluargaku (keluarga Harun) saja yang tahu. Dari sinilah cerita hidup Deno dimulai…dalam judul thread yang lain.


mincli69
jenggalasunyi
sampeuk
sampeuk dan 36 lainnya memberi reputasi
37
Tutup