- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Gila! Rata-rata Satu rudapaksaan Setiap 15 Menit di India, Hell for Women?
TS
iselfiawrds
Gila! Rata-rata Satu rudapaksaan Setiap 15 Menit di India, Hell for Women?
Spoiler for sumber: google:
Konten Sensitif
Setiap 15 menit kejadian nahas itu mengintai, setiap 15 menit pula nyawa dan kehormatan seorang wanita terancam.
Beda kalau sekarang ini kita mengenal pelaku pemerkosaan bisa berasal sembarang gender. Nyatanya, di India, mayoritas korban adalah wanita.
Semua orang pasti tahu bahwa Pemerkosaan adalah sebuah tindakan kriminal berwatak seksual yang terjadi di saat seorang manusia, atau lebih, melakukan pemaksaan untuk berhubungan seksual kepada manusia lainnya. Detailnya bisa dilihat di Wikipedia
Musibah ini tentu mendatangkan malapetaka yang besar bagi korban. Selain diskriminasi, juga rentan terkena penyakit mental. Itu dirasakan atau merupakan sebab jika sampai pemaksaan hubungan seksual ini sampai terjadi. Dan enggak terbayang jika sampai kasus kriminal tersebut sampai menjamur di negara kita jugu—di mana ada paling tidak 1 kasus rudapaksaan setiap 15 menit. What?
Simak beritanya di bawah, atau di sini.
Rata-rata setiap 15 menit ada satu kasus rudapaksaan perempuan di India pada 2018. Hal ini berdasarkan laporan resmi angka rudapaksaan yang dirilis pemerintah India pada Kamis (9/1).
Diberitakan Reuters, angka tersebut menjadikan India sebagai tempat terburuk untuk tinggal bagi perempuan.
Dalam laporan yang dirilis Kementerian Dalam Negeri India, pada tahun 2018 ada hampir 34.000 kasus rudapaksaan. Jumlah ini tidak berubah dibanding tahun sebelumnya. Belum ada laporan jumlah rudapaksaan untuk 2019.
Dalam data Biro Catatan Kriminal Nasional India (NCRB) yang dikutip dari India Today, Madhya Pradesh menjadi negara bagian dengan angka rudapaksaan terbanyak. Negara bagian ini telah tiga tahun berturut-turut berada di posisi puncak.
Pada 2018, NCRB mencatat ada 5.433 kasus rudapaksaan di Madhya Pradesh pada 2018. Sebanyak 54 kasus di antaranya korbannya adalah anak di bawah usia enam tahun.
Dari ribuan kasus rudapaksaan 2018, hanya 85 persen yang berujung dakwaan dan 27 persen divonis. Laporan ini membuktikan peningkatan hukuman oleh India tidak serta merta menurunkan angka rudapaksaan.
Pada 2018 juga ada kasus rudapaksaan Asifa Bano, bocah delapan tahun, di Jammu dan Kashmir. Dia diculik dan dirudapaksa berkali-kali oleh beberapa pria dewasa sebelum akhirnya dibunuh dengan sadis di hutan. Kasus ini kembali memicu gelombang protes di India.
Kasus rudapaksaan di India jadi perhatian setelah kasus rudapaksaan mahasiswa oleh beberapa pria di atas bus New Delhi pada 2012. Mahasiswi itu meninggal dalam perawatan di Singapura, memicu protes besar di India.
Mendapat desakan masyarakat, pemerintah India memperketat hukuman untuk pelaku rudapaksaan dan memberlakukan pengadilan fast-track. Namun langkah ini dianggap tidak berhasil karena kurangnya hakim dan kasus yang diadili secara fast-track hanya kasus kecil.
Selain itu data pemerintah menunjukkan melaporkan rudapaksaan masih jadi hal tabu di beberapa bagian India. Beberapa takut terintimidasi oleh pelaku.
"Negara ini masih dijalankan oleh lelaki, satu (perdana menteri perempuan) Indira Gandhi saja tidak akan mengubah segalanya. Kebanyakan hakimnya masih lelaki," kata Lalitha Kumaramangalam, bekas kepala Komisi Nasional untuk Perempuan India.
Sayangnya, belum ada data spesifik tentang penurunan maupun peningkatan kasus rudapaksaan di Tahun 2019. Padahal sudah ganti tahun, ya. Tapi, tetap saja mencengangkan dan membuat setiap detik kehidupan bagi wanita di sana penuh ancaman.
Satu kasus rudapaksaan yang paling bikin geger adalah seorang Dokter hewan di Telangana, Hyderabad, bernama Priyanka Reddy (27) yang dirudapaksa secara massal lalu dibunuh dan dibakar. Disusul penemuan polisi terhadap kasus rudapaksaan dan pembunuhan pada anak berusia 6 Tahun. Bocah malang dicekik pakai ikat pinggang setelah disetubuhi, lantas mayatnya dibuang ke semak-semak.
Usut-punya usut, negara itu memang penuh dengan laki-laki. Hingga banyak yang percaya bahwa rasio miring inilah yang membuat tindak kejahatan terhadap perempuan makin meningkat.
Kalau di Film India gitu, memang anak laki-laki seperti lebih terhormat, keren dan pantas buat dimiliki. Tapi itu cuma di perfilmannya saja, entah faktanya bagaimana.
Bahkan, saat ada kasus pemerkosaan terhadap gadis nomaden muslim. Ada seorang manajer Bank di Kerala yang menulis status di Facebook bahwa tidak masalah jika gadis nomaden tersebut dibunuh, sebab bisa menjadi ancaman bagi India di masa depan. Lalu, si pembuat cuitan itu pun dipecat. Weh, ada-ada saja. 🙄
Dan para perempuan India harus mendamaikan diri dengan kenyataan: Anda harus menyelamatkan diri sendiri - berpakaian dengan benar, tidak keluar tanpa diminta atau hanya tinggal di rumah - atau tetap tidak selamat.Kalimat ini gue kutip dari laman resmi Merdeka.com yang membahas hal serupa.
Kesimpulannya, memang lebih baik melaporkan tindak kejahatan tersebut. Meski malu dan dicap apa nantinya, tapi tetap saja, tidak ada pengulangan kasus yang sama itu lebih penting. Semoga Tuhan senantiasa menjaga kita semua.
Semua orang pasti tahu bahwa Pemerkosaan adalah sebuah tindakan kriminal berwatak seksual yang terjadi di saat seorang manusia, atau lebih, melakukan pemaksaan untuk berhubungan seksual kepada manusia lainnya. Detailnya bisa dilihat di Wikipedia
Musibah ini tentu mendatangkan malapetaka yang besar bagi korban. Selain diskriminasi, juga rentan terkena penyakit mental. Itu dirasakan atau merupakan sebab jika sampai pemaksaan hubungan seksual ini sampai terjadi. Dan enggak terbayang jika sampai kasus kriminal tersebut sampai menjamur di negara kita jugu—di mana ada paling tidak 1 kasus rudapaksaan setiap 15 menit. What?
Simak beritanya di bawah, atau di sini.
Spoiler for Berita: Kumparan.com:
Rata-rata Ada Satu rudapaksaan Setiap 15 Menit di India
Rata-rata setiap 15 menit ada satu kasus rudapaksaan perempuan di India pada 2018. Hal ini berdasarkan laporan resmi angka rudapaksaan yang dirilis pemerintah India pada Kamis (9/1).
Diberitakan Reuters, angka tersebut menjadikan India sebagai tempat terburuk untuk tinggal bagi perempuan.
Dalam laporan yang dirilis Kementerian Dalam Negeri India, pada tahun 2018 ada hampir 34.000 kasus rudapaksaan. Jumlah ini tidak berubah dibanding tahun sebelumnya. Belum ada laporan jumlah rudapaksaan untuk 2019.
Dalam data Biro Catatan Kriminal Nasional India (NCRB) yang dikutip dari India Today, Madhya Pradesh menjadi negara bagian dengan angka rudapaksaan terbanyak. Negara bagian ini telah tiga tahun berturut-turut berada di posisi puncak.
Pada 2018, NCRB mencatat ada 5.433 kasus rudapaksaan di Madhya Pradesh pada 2018. Sebanyak 54 kasus di antaranya korbannya adalah anak di bawah usia enam tahun.
Dari ribuan kasus rudapaksaan 2018, hanya 85 persen yang berujung dakwaan dan 27 persen divonis. Laporan ini membuktikan peningkatan hukuman oleh India tidak serta merta menurunkan angka rudapaksaan.
Pada 2018 juga ada kasus rudapaksaan Asifa Bano, bocah delapan tahun, di Jammu dan Kashmir. Dia diculik dan dirudapaksa berkali-kali oleh beberapa pria dewasa sebelum akhirnya dibunuh dengan sadis di hutan. Kasus ini kembali memicu gelombang protes di India.
Kasus rudapaksaan di India jadi perhatian setelah kasus rudapaksaan mahasiswa oleh beberapa pria di atas bus New Delhi pada 2012. Mahasiswi itu meninggal dalam perawatan di Singapura, memicu protes besar di India.
Mendapat desakan masyarakat, pemerintah India memperketat hukuman untuk pelaku rudapaksaan dan memberlakukan pengadilan fast-track. Namun langkah ini dianggap tidak berhasil karena kurangnya hakim dan kasus yang diadili secara fast-track hanya kasus kecil.
Selain itu data pemerintah menunjukkan melaporkan rudapaksaan masih jadi hal tabu di beberapa bagian India. Beberapa takut terintimidasi oleh pelaku.
"Negara ini masih dijalankan oleh lelaki, satu (perdana menteri perempuan) Indira Gandhi saja tidak akan mengubah segalanya. Kebanyakan hakimnya masih lelaki," kata Lalitha Kumaramangalam, bekas kepala Komisi Nasional untuk Perempuan India.
Sayangnya, belum ada data spesifik tentang penurunan maupun peningkatan kasus rudapaksaan di Tahun 2019. Padahal sudah ganti tahun, ya. Tapi, tetap saja mencengangkan dan membuat setiap detik kehidupan bagi wanita di sana penuh ancaman.
Satu kasus rudapaksaan yang paling bikin geger adalah seorang Dokter hewan di Telangana, Hyderabad, bernama Priyanka Reddy (27) yang dirudapaksa secara massal lalu dibunuh dan dibakar. Disusul penemuan polisi terhadap kasus rudapaksaan dan pembunuhan pada anak berusia 6 Tahun. Bocah malang dicekik pakai ikat pinggang setelah disetubuhi, lantas mayatnya dibuang ke semak-semak.
Usut-punya usut, negara itu memang penuh dengan laki-laki. Hingga banyak yang percaya bahwa rasio miring inilah yang membuat tindak kejahatan terhadap perempuan makin meningkat.
Kalau di Film India gitu, memang anak laki-laki seperti lebih terhormat, keren dan pantas buat dimiliki. Tapi itu cuma di perfilmannya saja, entah faktanya bagaimana.
Bahkan, saat ada kasus pemerkosaan terhadap gadis nomaden muslim. Ada seorang manajer Bank di Kerala yang menulis status di Facebook bahwa tidak masalah jika gadis nomaden tersebut dibunuh, sebab bisa menjadi ancaman bagi India di masa depan. Lalu, si pembuat cuitan itu pun dipecat. Weh, ada-ada saja. 🙄
Dan para perempuan India harus mendamaikan diri dengan kenyataan: Anda harus menyelamatkan diri sendiri - berpakaian dengan benar, tidak keluar tanpa diminta atau hanya tinggal di rumah - atau tetap tidak selamat.Kalimat ini gue kutip dari laman resmi Merdeka.com yang membahas hal serupa.
Kesimpulannya, memang lebih baik melaporkan tindak kejahatan tersebut. Meski malu dan dicap apa nantinya, tapi tetap saja, tidak ada pengulangan kasus yang sama itu lebih penting. Semoga Tuhan senantiasa menjaga kita semua.
Referensi Lain
anasabila dan 29 lainnya memberi reputasi
30
12K
222
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
boyzok
#28
Quote:
mank lo napsu gan? udah bau badan bawang kulitny aja ampir item
iselfiawrds memberi reputasi
1
Tutup