Bismillahirrohmannirrohim.
maaf jika saya memberikan perspektif yg lain ttg "tarif meruqyah"

satu pertanyaan sederhana...
relakah kita menukar nyawa / nasib di akhirat kita dengan uang 300rb ?
atau 3 jt...
atau 3 Triliun sekalipun ?

tentu sangat bodoh jika ada yg melakukannya
namun faktanya banyak yg rela melakukannya
yaitu dukun yg mengirim sihir / santet
dan orang yg menyuruh dukun dengan mengiming imingi sejumlah uang
( yg tentunya tidak sedikit )

namun apakah itu artinya peruqyah tidak memiliki resiko dunia / akhirat ?
jika ia ikhlas...
membela saudaranya yg sedang didzolimi oleh syaithan berupa manusia ( dukun ) dan syaithan berupa jin
insya Allah itu akan dihitung sebagai "Jihad fi sabilillah"

karena faktanya ada peruqyah / pengobat islami yg terkena sihir / santet kemudian meninggal dunia. ( walaupun maut adalah takdir Allah ). tetap ada sebab karena "mengobati" saudara muslim yg sedang terkena sihir / santet

kami sendiri sedang berjuang melawan sihir / santet
yang menguras tenaga, fikiran, uang, kesehatan bahkan nyawa kami
sampai sampai kami tidak ada kemampuan untuk mencari nafkah
padahal ada anak istri yg musti "dihidupi"
disekolahkan... diberi sandang papan

bayangkan keadaan yg sama terjadi pada saudara kita ( peruqyah )
yg bersedia "mempertaruhkan" keselamatannya, kesehatannya bahkan nyawanya
untuk membela saudara muslim yg lain
yg sedang didzolimi oleh syaithan berupa manusia dan syaithan berupa jin

sampai sampai ia tidak memiliki waktu dan kesempatan
untuk mencari nafkah untuk keluarganya
dengan jalan yang lain

ibarat dokter
ia terlalu sibuk menangani pasien
karena jumlah pasiennya membludak
karena ada "wabah penyakit"
yaitu merebaknya kesyirikan dan perdukunan

ada yg mengkritik "jangan cari uang dari meruqyah" tapi ajarkan mereka meruqyah diri mereka sendiri
atau perbaiki aqidah dan ibadah mereka sehingga bisa menangkal sihir / jin

namun sang pengkritik tidak sadar, peruqyah itu seperti dokter sekaligus therapis kejiwaan
tidak saja ia mengobati penyakit fisik
namun membenahi mental dan keimanan yg sudah rapuh
akibat dosa dan pengaruh sihir itu sendiri

yang seringnya harus dilakukan "face to face"
serta membutuhkan waktu tidak sebentar

inilah mengapa ada yg skeptis jika ada peruqyah yg cuma "mendoakan" 5 menit kemudian sembuh seketika...
seperti sulap saja...
penyakit sembuh seketika tanpa sebab

adapula yg mengkritik...
peruqyah tidak punya hafalan quran yg banyak
bahkan kadang mahorijul huruf, panjang pendek dan dengungnya nya tidak tepat

saya malah bertanya...
kemanakah para hafiz / hafizhah quran manakala ummat membutuhkan "therapi" kejiwaan dan ruhiah ?

sehingga para peruqyah yg memiliki keterbatasan hafalan dan tidak terlalu bagus bacaan qurannya
yg malahan bersedia "turun tangan" ?

maka tak heran ada kisah
seorang hafiz quran ( kesurupan jin ) sehingga harus diruqyah oleh peruqyah yg terbatas hafalannya dan bacaannya
sehingga berkali kali pasien yg sedang diruqyah
malahan membenarkan bacaan quran sang peruqyah
( wallahu 'alam mungkin ini salah satu strategi syaithan untuk menjatuhkan mental sang peruqyah... sehingga mungkin berhenti meruqyah )

walau begitu
ini semua adalah ujian dan takdir dari Allah
untuk menguji hamba hambanya yg ikhlas
hanya mengharap ridho Allah

wallahu 'alam bisshowab