Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kingmaestro1Avatar border
TS
kingmaestro1
[TAMAT] Kacamata Si Anak Indigo (E. KKN)
Assalamualaikum wr.wb
Hallo agan dan aganwati pembaca yang budiman ini adalah pertama kalinya ane nulis thread. Ini adalah cerita pengalaman yang ane alami selama ane menjalani kehidupan dan pada kesempatan ini ane berfokus pada pengalaman sewaktu ane kkn beberapa tahun silam. Awalnya ane enggan menulis cerita ini, disamping karena pasti udah banyak banget yang nulis cerita semacam ini dan juga karena ane berpandangan biarlah pengalaman ini hanya ane dan seorang teman yang tau. Namun pandangan itu berubah karena temen ane yang pernah ane ceritain pengalaman ini mendesak ane untuk membagikan cerita ini. Dia mengatakan "pengalaman adalah ilmu, dan ilmu itu harus di bagi" jiwa keilmuan ane bergetar saat itu (alah macam ilmuan aja pake jiwa keilmuan segala) dan jadilah hari ini ane coba menggerakkan jari-jari ane untuk nulis cerita ini dengan tujuan ada yang bisa kita ambil sebagai pelajaran.
Sebelum kita masuk ke bagian cerita sebelumnya ada yang ane harus sampaikan di sini, yaitu meski cerita ini adalah pengalaman ane sendiri, namun di dalam penulisan cerita ini tidak ane pungkiri bahwa ada beberapa hal yang ane kurangi dan ane lebihkan sedikit dari keadaan aslinya, hal ini semata bertujuan agar mudah di mengerti oleh kita semua.
Selamat membaca dan semoga bisa jadi pelajaran buat kita bersama.
Index
Prolog
Part 1: Pembekalan
Part 2: Hari Kedatangan
Part 3: Hari Pertama
Part4: Perkenalan (1)
Part 5: Different Dimension
Part 6: Kesurupan (1)
Part 7: Kesurupan (2)
Part 8: Perkenalan (2)
Part 9: Perkenalan (3)
Part 10: Kisah memilukan (1)
Part 11: Cerita memilukan (2)
Part 12: Tentang Clara
Part 13 : Dia Yang Tak Terlihat
Part 14: Perintah Sang Guru
Part 15: Kembali Ke Padepokan
Part 16: The Secret
Part 17: Kejadian Memalukan
Part 18: Perencanaan Makrab dan Peringatan Asti
Part 19: Malam Keakraban (1)
Part 20: Malam Keakraban (2)
Part 21: Awal Petaka
Part 22: Sang Penunggu
Part 23: Kesurupan Massal
Part 24: Penegasan Hubungan
Part 25: Ketenangan Yang Mencekam
Part 26: Serangan Penghuni Batu
Part 27: Di Culik Asti
Q&A
Part 28: Pencarian
Part 29: Pernikahan Di Alam Gaib
Part 30: Rahasia Asti
Part 31: Teror Penghuni Desa
Part 32: Syukuran Yang Ternodai (1)
Part 33: Syukuran Yang Ternodai (2)
Part 34: Syukuran Yang Ternodai (last)
Part 35: Pesan Dan Salam Perpisahan
Part 36: Permintaan Eva yang Aneh
Part 37: Dia Mengintai
Part 38: Pengasih
Part 39: Kepergian Siska
Part 40: Pembalasan
Part 41: Kematian (1)
Part 42: Kematian (2)
Epilog
Praktek Lapangan
Diubah oleh kingmaestro1 02-12-2019 16:02
khuman
symoel08
sampeuk
sampeuk dan 69 lainnya memberi reputasi
70
79.7K
812
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
kingmaestro1Avatar border
TS
kingmaestro1
#405
Part 34: Syukuran Yang Ternodai (Last)
"Woy Ari ba**s** gue suka ama Clara, sekarang gue tantang elu untuk duel ama gue dan siapapun yang kalah harus menjauh dari Clara selamanya!!"
Mendengar tantangan itu sebenarnya darah gue mendidih, tapi gue cuma diem karna menganggap itu hanya tantangan bocah yang masih labil apalagi Clara megang lengan gue erat banget.
"Kenapa lu cuma diem hah? Takut lu? Dasar banci lu ngelawan gue aja kaga bernyali lu, gimana mau ngejaga Clara hah?"
Kali ini kaga bisa tidak pride gue sebagai lelaki terluka dikatain banci, gue lepas genggaman Clara di lengan gue dan bangkit dari duduk gue, tapi Clara kembali menghalangi
"Minggir lu dek, jangan halangi jalan gue"
"Jangan kak, Ara ga mau kakak dapat masalah cuma karna Ara"
"Kali ini bukan karna lu dek, ini karna harga diri gue terluka, dia benar kalo ngelawan dia aja gue kaga berani, gimana bisa gue ngelindungi elu, jadi gue mohon bukain jalan buat gue"
"Tapi kakak harus janji, kakak ga boleh kenapa-napa"
"Oke, gue usahain"
Clara pun dengan hati yang berat terpaksa minggir. Kini gue berhadap-hadapan langsung ama Putra, di langsung masang kuda-kuda, sedangkan gue hanya berdiri tenang sambil melemparkan senyum menghina bukan di bibir, melainkan di mata.
"Kenapa lu kaga siap-siap hah?" Tanya Putra dengan bara api kemarahan. Melihat kemarahan itu gue hanya tersenyum lebih menghina lagi dengan masih menggunakan mata.
"Oke terserah lu aja, sekarang terima ini, heyah".
Sambil berkata begitu Putra menerjang ke arah gue yang masih tersenyum, dia layangkan pukulan ke arah pipi gue, dengan bersiul gue menggeser sedikit kaki gue dan pukulan itu mengenai ruang kosong. Putra yang melewati gue segera balik badan dan kembali menerjang kali ini pukulannya di arahkan ke wajah gue, gue tangkap tangan itu dan menariknya ke samping sambil menyerongkan sedikit badan, hal itu membuat Putra sedikit terhuyun ke samping, pertahanannya terbuka, dengan mawasigiri yang gue isi dengan seperempat tenaga, gue sodok perutnya sehingga dia terdorong kebelakang dan terjatuh dengan kaki kiri sebagai tumpuan berat sambil memegang perutnya.
" Gue suka perut lu agak kenyal-kenyal gimana gitu hehehe" Ledek gue
"Awas kak ntar kandungannya keguguran pula" Kata Radith mengambil kesempatan meledek".
Pertarungan tangan kosong itu berjalan satu jam lamanya, gue yang berada di atas angin melalukan ejekan-ejekan verbal seperti
"Mana kemampuan elu? Segitu aja?" Atau "tenaga lu kaga segede omongan elu!". Hasil dari ejekan itu adalah emosi Putra yang semakin bertambah.
Memasuki dua jam perkelahian, napas putra mulai ngos-ngosan karna perkelahian itu berjalan seperti yang gue mau, sedangkan Putra hanyalah kambing yang baru tumbuh tanduknya bagi gue. Dia yang pernah bertemu ama gue di PORDA (sekarang namanya PORPROV kalau ane kaga salah ingat) perlahan menyadari kalau salah satu gaya berkelahi gue adalah dengan memancing emosi lawan baik dengan bahas tubuh atau bahasa verbal. Dia mulai mengatur emosinya dan mencoba mengabaikan ledekan-ledekan yang gue lempar, tapi tetap aja hatinya yang udah penuh ama napsu dendam itu kaga akan mudah mengabaikan ledekan gue.
Dia semakin terdesak oleh serangannya sendiri, dengan cepat dia ngeluarin pisau lipatnya dari saku celanannya, gue yang kurang cepat menyadari itu menjadi mati langkah dan shet, pisau itu menggores di pipi gue sepanjang 10 cm dengan kedalaman luka 3cm, darah mengucur deras dari luka yang terbuka itu. Mencium bau amis dari sang darah gue menyeringai, gue usap darah yang mengalir dengan ibu jari dan gue jilat tu darah sambil ngomong " Nice blood bro". Itu adalah gaya berkelahi gue, begitu mencium bau darah gue akan melakukan hal itu dan menjadi agresif dalam berkelahi.
Gue yang tadinya hanya menunggu serangan, kini memulai serangan, kalo tadi gue masih ngasih ruang gerak ke Putra sekarang kaga lagi, gue terus nyerang dia dengan serangan teratur sehingga membuat Putra kelabakan dan menjadi panik, tanpa pikir panjang dia ngehujam tu pisau ke dada gue, pisau itu masuk sepanjang enam senti. Gue terhuyun ke belakang dengan pisau masih menanjap di dada gue, gue jatuh bersimpuh dengan kaki kanan sebagai tumpuan, rasa nyeri menjalari seluruh syaraf gue, pandangan gue mulai menghitam.
'Ayolah kemana tenaga gue tadi, ayo badan bangkitlah kita selesaikan perkelahian ini' batin gue memohon agar badan gue kembali berdiri, tapi percuma gue masih kaga mampu negakin badan gue. Tiba-tiba dari dalam diri gue, gue mendengar seseorang tertawa dan berkata
"Hahahaha tidak pernah aku sangka waktunya akan datang juga, setelah lama menunggu akhirnya datang juga, di malam purnama yang indah ini kemari lah boy bersatulah dengan ku" Usai suara itu menghilang, gue ngerasain badan gue yang semakin panas dan naluri yang sangat haus darah.
Gue menggeram laksana harimau, pupil mata yang tadi nya normal perlahan menipis dan membentuk sebuah garis, mirip ama pupil mata seekor harimau, gue berdiri dan mencabut tu pisau, gue jilatin darah yang menempel di pisau itu sampai bersih dan kemudian gue melulung setinggi langit, lulungan itu seperti lulungan seekor serigala.
Langit yang tadinya cerah segera menjadi mendung, petir pun saling menyambar, angin mendesau berat seperti hendak mencabut pohon-pohon dari akarnya, hujan deras pun turun. Tetiba perkarangan posko yang tadinya hanya berisi gue dan teman-teman gue penuh dengan makhluk-makhluk lainnya, ada yang berupa kera besar, ada kunti berbaju merah, dan lain sebagainya. Salah satu dari mereka berkata " Wah tontonan menarik, si manusia jadi-jadian akhirnya mengamuk".
Gue bergerak cepat ke arah putra dan mencekik lehernya, begitu leher itu dalam cekikan gue, gue angkat ke atas lalu ngebanting dia ke tanah, dia mengaduh kesakitan lalu berdiri dan berjalan mundur, gue berlari ke arah dia, melompat dan melancarkan tendangan dua kaki ke arah dadanya, tendangan itu telak mendarat di dadanya membuat dia terpelanting ke belakang dan rebah. Gue ngeluarin toya dan mulai bertingkah seperti monyet yang kegirangan, begitu Putra bangkit gue sodokan toya itu ke perutnya lalu gue kibaskan menghantam kepala sampingnya, Putra pun menjadi bulan-bulanan gue.
Toya itu kemudian gue buang dan kuku tangan gue memanjang dan meruncing, kuku itu gue ayunkan membeset pipinya, tu pipi sobek dengan luka sepanjang 20cm. Gue semakin gila karna bau darah si Putra. Kembali gue melakukan serangan demi serangan. Hampir aja tu anak tewas di tangan gue, sebelum itu terjadi Clara berteriak memanggil nama gue
"Kak Ari!! Udah kak"
Gue langsung limbung seketika, gue bersimpuh dengan kaki kiri menjadi tumpuan, gue kembali pada kesadaran gue, nyeri kembali terasa dari dada gue yang ketusuk pisau tadi, Clara pun mendekati gue dan memegang bahu kanan gue, gue liat wajahnya yang cemas itu dan berkata
"Gue nepatin janji gue kan, gue kaga kenapa-napa"
"Apanya yang ga kenapa-napa kak penuh darah gini masih bisa bilang kaga apa-apa"
Gue tersenyum mendengar omelan itu dan kembali buka suara "ooh ternyata gue masih belum bisa ya nepatin janji ke elu, maaf ya?" Gue bangkit dan berjalan sempoyongan ke arah Putra yang gue liat terkapar dalam keadaan yang menyedihkan, sepertinya dia belum pingsan atau pun koid.
Putra ngeliat gue dan berkata "gue kalah kak"
"Tepati janji lu, lu laki-laki Put"
"Oke gue bakal lakuin itu"
Setelah berkata begitu Putra pun pingsan dan gue kemudian roboh di sampingnya lalu kemudian juga pingsan. Malam itu berakhir dengan syukuran yang batal dan kami yang segera di larikan kerumah sakit terdekat dari desa.
***
Gue terbangun dengan selang infus menancap di tangan gue, gue liat cairan infus itu adalah cairan untuk menambah tenaga tubuh, bukan cairan untuk obat-obatan dalam. Ternyata setelah kejadian itu kam di bawa ke rumah sakit, dan sampai di sana pihak rumah sakit bingung menangani gue, karna kaga di temukan satupun bekas luka dan gejala berbahaya lainnya, mereka hanya menemukan noda darah pada baju gue tapi tidak dengan bekas luka di tubuh dan wajah gue, akhirnya dokter hanya mengatakan kalo gue hanya kecapekan dan boleh pulang sore harinya. Gue pulang ke desa dengan Clara yang selalu nempel kegue.
Selesai....
Diubah oleh kingmaestro1 29-10-2019 03:43
axxis2sixx
khuman
symoel08
symoel08 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Tutup