yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis 




Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.

Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.


Spoiler for INDEX:


Spoiler for "You":



Spoiler for MULUSTRASI:


Spoiler for Peraturan:


Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.


Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 06:13
arieaduh
jujur14
al.galauwi
al.galauwi dan 109 lainnya memberi reputasi
102
447.9K
4.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#61
Diluar Dugaan
Zalina masih berada dikamar ane. Sementara ane mulai memainkan laga melawan Adi F dan Tanto. Nggak kerasa banget permainan ini sudah berlangsung hampir dua jam. Ane lupa kalau ada Zalina dikamar ane. Lalu setelahnya ane membebaskan dua kampret ini bermain, ane udahan. Ane berjalan menuju ke kamar ane. Lalu mengetuk pintu kamar ane sendiri.

“Masuk aja Ja.” Kata Zalina lirih.

“Lah lo ketiduran Lin?” kata ane.

“Iya nih, kasur lo nyaman banget buat tidur Ja. Betah gue.” Katanya.

Ane tahu ini alasan, karena kasur ane termasuk kasur busa bapuk yang sudah mulai nggak empuk lagi, soalnya ane sudah minta ganti dua hari sebelumnya sama pemilik rumah.

“Seriusan lo? hahaha. Nggak usah bohong lo.”

“Beneran, ngapain gue bohong.”

“Yaudah terserah lo deh kalau nggak percaya.”

“Emang gue nggak percaya.”

Lalu ane duduk dibawah dekat kasur ane, lalu mengambil HP. Ane mau kasih kabar ke orang tua ane kalau ane mau menghadapi ujian, jadi sekalian mohon didoakan.

“Ja, lo pernah mikir nggak sih ini kasur dipake buat bertempur?” Kata Zalina memecah keheningan.

“Hah? Pertempuran apaan nih maksud lo? ngew*? Hahaha.” Lanjut ane setengah tertawa.

“He eh. Pernah ngebayang?” Kata Zalina.

“Lo bisa mikir gitu dateng darimana Lin? Gue Cuma bercanda kali barusan. Hahaha.” Balas ane.

“Gue diskusi panjang lebar sama Anin soal kaya gituan Ja. Katanya asyik banget pengalamannya.” Kata Zalina.

Ini kesempatan!” kata si rocky dibawah. Hahahaha. Gila.

“Terus si Anin bilang apa lagi?” tanya ane penasaran. Rusak nih pikiran Zalina.

“Katanya kalo lo ngew*nya pakai hati itu bakalan berasa beda banget. Nikmat yang didapat luar biasa.” Katanya datar.

“bahahaha, kalo ngew* itu pakai si rocky, tuh yang ada dibawah, bukan pakai hati. Hahaha.” Kata ane coba melucu.

“Nggak ada yang lucu deh perasaan dari kata-kata lo Ja. Kenapa lo ketawa?” katanya.

“Ohh, hmmm..well..hummm ya nggak apa-apa.” Ane kayak di skakmat. Mati kutu.

Ane dan dia terdiam cukup lama sampai Tanto tiba-tiba buka pintu kamar ane yang memang sengaja nggak ane tutup soalnya biar terhindar dari hal yang iya-iya.

“Bangs*t lo To, main buka aja. Ketok dulu kek.” Ujar ane agak berteriak.

“Eh kalo lo nggak ngapa-ngapain kenapa kaget?” kata Tanto santai sambil senyum-senyum kecil.

“Gue nggak ngapa-ngapain ini. Liat aja. Masuk sekalian sini lo kalo mau buktiin.” Kata ane ketus.

“Nggak ah ngapain, bau p*ju. Hahahaha.” Kata Tanto meledek.

“Anj*ng lo To! Terus lo mau ngapain kesini? Mau ngerekam gue lagi berduaan sama dia?” ujar ane sambil menunjuk Zalina yang cengar cengir mendengar percakapan kami.

“Gue mau cabut dulu sama Riana. Katanya dia mau beli buku, entah apaan. Si Adi F juga mau keluar dulu cari makan. Lo mau sekalian nitip nggak ke dia?” kata Tanto.

Wah kesempatan emas ini. Si Adi S. kalau sudah belajar kayak orang kehipnotis, bisa nggak sadar keadaan sekitar. Dulu pernah ada momen dia benar-benar konsentrasi belajar sampai nggak tidur semalaman, seperti nggak ada ngantuknya dia. Apalagi dia ada dilantai 2 kan, nggak akan mungkin turun. Pikiran ane sudah dipenuhi dengan hal-hal kotor. Sudah nggak konsentrasi lagi.

“Mau nggak?” Ucap Zalina membuyarkan lamunan kotor ane.

“Hah? Apa? Mau apa Lin?” tanya ane sambil tergagap.

“Kayak gitu. Gue tau kok apa yang lo pikirin.” Katanya datar.

“Hah? Tau apa Lin? Lo emang tau gue lagi mikirin apaan?” kata ane masih gugup.

“Gue tau lo lagi ngebayangin kostan ini sepi, sementara dua teman lo keluar, plus satu teman lo diatas, maka lantai 1 ini sepi dan kosong, lo bisa macam-macam sama gue kan? Ngaku lo.” katanya sambil nyengir tipis.

“Lah, jauh banget mikirnya lo Lin?” kata ane masih gugup, karena dia menebak hampir 100% benar pikiran ane. Gila ni cewek.

“Udah lah, bener apa nggak?” kata Zalina agak menekan.

“Heeeuu…iya sih Lin.” Kata ane udah benar-benar malu ane sekarang.

“Yaudah makanya gue tanya, mau nggak?”

“Mau apa sih Lin?”

“Nyoba.”

“Nyoba apa?”

“Nyoba ngew* gobl*k!!” kata Zalina. Dia nggak pernah ngucap kata gobl*k selama ane mengenal dia.

Ane super deg-degan. Ane bingung harus apa. Ane diam saja nggak menjawab apapun. Yang ada dipikiran ane malah Anin sudah sukses berat mempengaruhi Zalina, hingga dia bisa berpikir terlalu jauh kayak gini. Ane nggak pernah berani nanya dulu dia sama mantannya sudah pernah berbuat apa saja. Ngomong masalah nyerempet-nyerempet gitu aja agak jarang dan cuman tipis-tipis. Tapi sekarang dia malah ngajak ane? Apa yang harus ane lakukan? Ane belum pernah ngelakuin itu sama sekali. Tapi ane sempat mengingat omongan teman ane, kalau sudah kuliah apalagi kost, stok kondom yang banyak, mana tahu perlu. Ternyata mungkin situasi seperti ini hal tersebut dibutuhkan ya.

“LO MAU APA NGGAK?” tiba-tiba Zalina mengarahkan muka ane dengan kedua tangan memegang pipi ane kedepan mukanya sambil membentak.

“Hmmm..gimana ya Lin. Gue mau, sumpah gue mau banget Lin. Tapi gue takut. Gue belum pernah melakukan ini seumur hidup gue.” Ujar ane.

“Lo kira gue udah pernah? Gue juga belum pernah. Bahkan selama ini sama mantan-mantan gue, gue belum pernah ciuman, digrepe-grepe apalagi. Itu sebabnya ketika gue memutuskan untuk mau berciuman sama lo, gue larang tangan lo kemana-mana, sampai kita dimana-mana ciuman, lo gue larang terus. Gue nggak mau…..” Katanya.

“Iya Lin maaf, gue suka kelepasan….” Kata ane.

Belum sempat selesai menyelesaikan kalimat, Zalina langsung berdiri dari kasur lalu menerjang ane dari atas. Ane dan dia sekarang posisinya sangat awkward. Dia diatas, ane dibawah. Kami saling beradu pandang lama sekali.

“Gue nggak mau tanggung-tanggung, gue mau sekalian semuanya.” Katanya dia.

Ane gemetaran. Ane ketakutan melihat dirinya sekarang. Kenapa Zalina yang selama ini ane kenal, charming, menarik, supel, easy going, tiba-tiba berubah menjadi cewek liar yang penuh nafsu ini. Belum selesai ane berpikir seperti ini, Zalina langsung menciumi bibir ane.

Ciumannya kali ini luar biasa kencangnya sampai bibir ane terasa sakit, bukan nikmat. Ane sedikit takut. Tapi ane berusaha untuk mengendalikan keadaan.

“Lin, tunggu dulu.” Kata ane sambil menjauhkan tubuhnya yang menindih ane.

“Apaan?” kata Zalina sambil merapikan rambutnya yang mulai berantakan kedepan mukanya.

“Kata lo, main pakai hati itu lebih nikmat. Emang lo mau ngasih semuanya ke gue, lo ada hati sama gue Lin?” tanya ane ragu.

“Lo tuh nggak pernah sadar ya ternyata selama ini.” Jawabnya lirih.

“Maaf Lin. Maafin gue banget. Mungkin gue cowok yang paling b*go yang pernah lo kenal ya.” kata ane lirih juga sambil menundukkan kepala.

Lalu Zalina mengangkat dagu ane dengan tangan kanannya, dan langsung mencium ane, lembut sekali. Ane merasakan perasaan yang sangat berbeda pada ciumannya kali ini. Lebih lembut, lebih menikmati, lebih perlahan. Ane merasakan hati ane luar biasa senangnya. Mungkin inilah yang dimaksud chemistrydua insan yang telah menyatukan hatinya. Zalina terus menerus menciumi ane tanpa henti. Ane memegangi rahang kanan kirinya dengan kedua tangan ane, dan ane merasakan jari jempol ane yang menempel dipipinya basah oleh air. Ane membuka mata dan ane melihat air mata jatuh membasahi pipi kiri dan kanan Zalina sementara matanya masih terus terpejam dan tidak berhenti melumat bibir ane. Tidak ada permainan lidah saat itu. Hanya ciuman bibir yang begitu menggetarkan hati ane. Ane nggak tahu bagaimana perasaan dia ketika itu, tapi merasakan adanya getaran dihatinya, dan perasaan yang besar, untuk ane.

“Ja, mau?” kata Zalina setelah selesai menciumi ane.

Ane terdiam kembali. Nggak bisa berkata apa-apa. Tapi ane akhirnya menyerah pada situasi. Ane berinisiatif duluan. Berbekal ilmu pengetahuan dari film-film yang pernah ane tonton, plus bimbingan salah satu kawan SMA ane yang sekarang kuliah di jurusan Biologi, universitas tetangga di kota tetangga, ane memulai. Ane mulai menciumi leher Zalina dari kanan kiri dan begitu bolak balik sampai beberapa kali. Zalina ketika itu yang ane ingat memakai kemeja slim fit cewek yang terbuka 2 kancing atasnya, berwarna kuning tua sesuai dengan kesukaannya, dan celana jeans skinny fit cewek warna hitam. Ane kemudian menciumi bibirnya kembali dan dia balas dengan lembut, pakai hati. Zalina larut dalam permainan ane. Dia mengalungkan tangannya ke leher belakang ane sambil terus melumat bibir. Tangan ane mulai bergerak untuk melepaskan satu persatu kancing kemejanya. Kemudian perlahan membuka kemejanya dan hanya tersisa bra saja. Dia pun melakukan hal yang sama, dia langsung membuka kaos yang ane pakai, jersey bola original Atletico Madrid yang langka di pasaran Indonesia ketika itu. Ane hanya pakai boxer plus celana dalam, sehingga si rocky sudah menyembul nggak karuan, walaupun belum keluar kandang. Ane kembali turun menciumi lehernya, lalu ke dada, dan pada akhirnya sambil membuka bra. Isinya terlihat sepenuhnya dari jarak yang amat dekat, segenggaman tangan laki-laki dewasa, lebih besar sedikit lah, dan masih sangat alami serta kencang. Luar biasa. Ane pikir. Ane langsung beraksi dengan gunung kembar tersebut dan setelahnya banyak tanda merah disekitaran gunung kembar tersebut hasil kerja keras ane.

Ane kemudian melucuti celana jeansnya dan membuka celana dalamnya sekalian. Wow. Pemandangan yang sangat luar biasa yang baru pertama kali ane lihat seumur hidup ane. Tubuh Zalina lebih putih dibagian dalamnya, plus tidak ada sehelai rambut pun ditempat dimana seharusnya mereka tumbuh. Hebat sekali ini. Ane mulai menciumi dari bawah, dan akhirnya ini menjadi kebiasaan ane selanjutnya. Tubuh Zalina sangat wangi, apalagi bagian ujung pangkal pahanya, sampai ane berpikir. Oh gini toh aromanya. Wkwkwk.

Permainan ane ditanggapi dengan desahan kecil Zalina sambil memegang kepala serta menjambak lembut rambut ane, jambakan ini akan menjadi agak kencang ketika dia merasakan hal yang nikmat. Ane terus menciumi dan menjilati seluruh bagian tubuh Zalina. Sampai pada titik dimana hal yang iya-iya ini harus dilaksanakan, dituntaskan.

“Lin, lo yakin?” kata ane berbisik di telinganya.

“Iya gue yakin Ja, gue yakin 100%. Lakuin Ja.” Katanya juga berbisik ditelinga ane sambil memeluk.

“Bisa tolong copotin dulu?” kata ane menunjuk ke boxer yang sudah berbentuk tidak wajar.

Zalina hanya mengangguk. Ane kemudian berdiri, Zalina tetap duduk dikasur dan menurunkan perlahan celana boxer ane. Kemudian setelah turun sepenuhnya, Zalina berhadapan langsung dengan si Rocky. “Say Hi!” ujar ane dalam hati. Sejurus kemudian, Zalina hanya diam memandangi. Akhirnya ane mengajarkan bagaimana cara memanjakan si Rocky dengan tangan sampai finalnya dengan mulut. Cukup lama sampai akhirnya ane mengeluarkan didalam mulut Zalina.

“Telen, biar sehat.” Kata ane.

Diluar dugaan, Zalina tetap nurut apa yang ane mau. Kemudian, sesi foreplay selesai. Eksekusi. Kayaknya sudah pada tahu ya kalau udah tahap ini. Ane ga akan ceritakan, cukup dibayangkan dibenak masing-masing saja. Setelah bermain kurang lebih 15 menitan saking semangatnya, ane mencabut dan mengeluarkannya di perut Zalina. Ane sempat kaget bukan kepalang karena si Rocky berdarah-darah, banyak sekali. Ane sempat berpikir ada yang tidak beres, tapi Zalina buru-buru menjelaskan darah apa itu, dan ane mengerti sekaligus merasa sangat bersalah. Akhirnya kami berpelukan, ane menangis merasa bersalah, begitu pula Zalina. Dia menangis cukup kencang, sesenggukan, sampai ane bisa merasakan air matanya jatuh deras di punggung ane. Dia memeluk ane dengan erat dan menangis tanpa berkata apapun.

Setelah sesi tersebut berakhir. Dia minta ijin ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Dia mau keluar tanpa memakai pakaian awalnya, untung keburu ane ingatkan, enak saja nanti ada yang lihat gratis. Setelah melepas Zalina di pintu kamar, ane baru ngeh kalau ane memakai sprei warna biru muda, dan polos. Mati. Bercak darah dimana-mana dan tersebar dibagian tengah kebawah kasur. Ane bingung. Tapi akhirnya ane berpakaian dan kemudian melepas sprei. Ternyata tembus sampai ke kasur ane. Aduh mati. Mana kasur punya orang lagi kan. Ane mengganti dulu sprei dengan sprei warna hitam bercorak logo The Flash, salah satu jagoan DC Comics. Aman. Nggak kelihatan dari atas.

Zalina kembali dari kamar mandi. Raut mukanya antara sedih tapi juga bahagia. Ane sempat bingung. Lalu kemudian membuka obrolan.

“Gimana Lin tadi? pengalaman pertama buat lo, juga buat gue Lin.” Kata ane.

“Luar biasa banget Ja. Gue bermain dengan hati. Lo juga kan?” ujar Zalina.

“iya Lin. Sini duduk sebelah gue.” Kata ane sambil menepuk kasur dengan tangan kanan ane.

“sama-sama gue terus ya Ja.” Katanya sembari menyandarkan kepalanya di bahu kanan ane.

“Iya Lin.” Ane membalas singkat.

“Gue senang banget Ja, ternyata gue mendapatkan pengalaman indah banget. Gue lakuin pertama kali sama lo, gue kasih perawan gue buat lo.” Kata Zalina sambil senyum yang manis banget ke ane.

“Sama Lin. Nggak nyangka gue, pengalaman pertama dan menakjubkan ini gue lakukan sama lo. Orang yang gue kagumi, yang gue selalu jagain biar nggak sedih, yang selalu jadi incaran cowok-cowok dikampus. Gue kasih perjaka gue buat lo.” Kata ane, kemudian tersenyum balik ke Zalina.

This was a moment that I couldn’t forget for the rest of my life, Ja.” Zalina berkata dengan bahasa Inggris yang ternyata bagus sekali pronunciationnya.

Ane hanya diam saja, ane senang, sekaligus sedih dan merasa sangat bersalah. Dalam pikiran ane, ini akan menjadi beban besar buat ane, berat untuk menjaga dia, berat untuk mulai menyayanginya dengan setulus hati, dan ketakutan-ketakutan lainnya yang membuat ane merinding sendiri. Entah pemikiran dari mana, ane hanya menjawabnya dengan sebuah kecupan dikeningnya dan kemudian dibalas dengan pelukan yang amat hangat.

Ane keluar dari kamar dan meninggalkan Zalina yang katanya mau numpang tidur. Ane berjalan menuju ruang TV. Ane mulai menyalakan konsol game. Ane bermain, tapi tidak benar-benar bisa berkonsentrasi. Pikiran ane ketika itu dipenuhi dengan banyak kalimat tanya. Apalagi setelah pernyataan terakhir Zalina yang berbahasa inggris itu. Kepala ane sesak. Dada ane juga ikut-ikutan menjadi sesak. Ane pusing. Mual. Ane ketakutan. Apakah ane bisa untuk mengemban tanggungjawab sebagai pendamping yang dipilih Zalina. Apakah ane pantas mendampinginya? Apakah ane pantas untuk disebut sebagai guardian angelnya Zalina? Segala macam pertanyaan itu terbawa sampai akhirnya ane pun tertidur didepan TV sambil memegang joystick PS3.
Diubah oleh yanagi92055 15-08-2019 11:49
fakhrie...
erman123
sampeuk
sampeuk dan 28 lainnya memberi reputasi
29
Tutup