Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

theonetaAvatar border
TS
theoneta
19 Film Indonesia yang Diajukan Untuk Seleksi Nominasi Penghargaan Oscar









Academy Awardsmemberi kesempatan untuk film dari negara lain agar hadir sebagai nominator Film Berbahasa Asing Terbaik. Academy Awards (Oscar) tahun ini saja dihadiri 92 negara partisipan yang mengajukan film terbaiknya, perlahan-lahan daftar film tersebut mulai tersisih satu per satu sehingga bisa dipastikan hanya menyisakan 5 film yang layak untuk masuk nominasi Oscar. Film Indonesia sendiri tentu saja dipilih oleh Persatuan Produser Film Indonesia untuk mendapat kesempatan lolos seleksi sebagai nominator Oscar untuk Kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Sejak tahun 1987, Film Indonesia sudah mulai diajukan untuk bisa berpartisipasi dalam proses seleksi nominasi Oscar pada tahun 1987. Tercatat dari tahun 1987 hingga tahun 2017, sudah19 film yang diajukan untuk masuk dalam proses seleksi nominasi Oscar. Berikut ini adalah daftar dari film Indonesia yang diajukan untuk masuk kategori nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik untuk Penghargaan Oscar.








1. Naga Bonar - 1987



Film Naga Bonar merupakan film pertama yang diajukan untuk masuk dalam proses seleksi nominasi penghargaan Oscar. Film yang diarahkan oleh Sutradara M.T. Risyaf ini menceritakan seorang pencopet yang mendapat peluang menyebut dirinya "Jenderal" saat ikut dalam pasukan kemerdekaan Indonesia di Sumatera Utara.

Pada awalnya Naga bonar yang diperankan oleh Paman Dedi Mizwar ini hanya sekedar untuk mendapat kemewahan hidup sebagai seorang Jenderal. Namun, akhirnya Naga Bonar justru menjadi tentara pejuang sungguhan dan memimpin Indonesia dalam peperangan bersama pasukannya. Artis lain yang turut berperan dalam film ini adalah Kirana yang diperankan oleh Nurul Qomaril Arifin, lalu ada Bujang yang diperankan oleh aktor Afrizal Anoda dan karakter Emak yang diperankan oleh Nenek Roldyah Matulessy.

Film Naga Bonar diajukan untuk masuk proses seleksi nominasi Oscar tahun 1987. Namun sayangnya,Film ini gagal bersaing dengan para kontestan lainnya sehingga tidak lolos dalam proses seleksi nominasi Oscar.






2. Tjoet Nja' Dhien - 1988



Tjoet Nja' Dhien yang rilis tahun 1988, diajukan sebagai kontestan nominasi Oscar untuk penghargaan Film Berbahasa Asing Terbaik untuk Penghargaan Oscar. Film yang menceritakan biografi sejarah Pahlawan Nasional Wanita Indonesia tahun 1988 disutradarai oleh Eros Djarot. Film ini dibintangi para artis legenda seperti Christine Hakim sebagai Tjoet Nja' Dhien, Slamet Rahardjo yang merupakan kakak dari sang sutradara berperan sebagai Teuku Umar, Piet Burnama yang berperan sebagai Panglima Laot, dan Paman Rudy Wowor yang berperan sebagai Veltman.

Film Tjoet Nja' Dhien berhasil memenangkan Piala Citra dalam ajang Festival Film Indonesia dan merupakan film Indonesia pertama yang tayang di Festival Film Cannes tahun 1989. Namun, film ini juga tidak mampu bersaing dengan kontestan Film dari Negara lain. Film Tjoet Nja' Dhien tidak lolos proses seleksi nominasi Oscar.






3. My Sky, My Home (Langitku, Rumahku) - 1990



Jika film Tjoet Nja' Dhien diarahkan oleh sang adik, Eros Djarot. Kali ini sang kakak Slamet Rahardjo yang menempati kursi sutradara untuk film Langitku, Rumahku, sedangkan sang adik, Eros Djarot sebagai produser. Film yang menceritakan tentang persahabatan Andri yang diperankan oleh Banyubiru, anak orang kaya yang ditinggal oleh ibunya, sementara ayah dan kakaknya sebagai orang yang sibuk dengan rutinitasnya masing-masing.
Kesepian membuat Andri iri pada Gempol, anak dari seorang penjual kertas bekas, yang seolah bebas dan tanpa aturan. Karena Gempol ingin sekolah, ia sering mengintai ke dalam ruangan dan dianggap sebagai pencuri tapi Andri justru menolongnya. Sejak saat itu, persahabatan antara Andri dan Gempol terjalin. Ketika Gempol terpisah dari keluarganya karena penggusuran lahan, mereka nekat pergi ke Surabaya untuk mencari nenek Gempol. Keluarga Andri panik dan sibuk mencari kemana perginya Andri.

Film ini banyak meraih nominasi dalam Festival Film Indonesia untuk kategori Skenario, Sutradara, Editing, Fotografi, Suara, Musik, Pemeran Pembantu Pria yang diperankan oleh aktor Pitrajaya Burnama, dan Pemeran Pembantu Wanita yang diperankan oleh Aktris, Suparmi. Film ini juga meraih Piala Citra untuk kategori Penata Aartistik Terbaik.
Keberhasilan film Langitku, Rumahku ternyata belum juga mampu meloloskan film ini untuk masuk dalam nominasi Oscar.






4. Mer's Lips (Bibir Mer) - 1992



Tidak mudah memang memahami film ini hanya sekedar melihat judulnya saja. Film karya sutradara Arifin C. Noer yang rilis tahun 1992 ini mengisahkan tentang Jodi (diperankan oleh paman Tio Pakusadewo) yang kecewa dengan kekasihnya Maria yang diperankan oleh Aktris cantik Bella Esperance Lee karena gelagat 'lip-service' (pandai bermulut manis) sebagai pelayan sebuah salon sehingga banyak pelanggan salonnya yang rela antri berdatangan.

Mbak Yani yang diperankan oleh istri sang sutradara (Jajang C. Noer), pemilik salon yang berusia setengah baya, memiliki hubungan baik dan luas dengan masyarakat kalangan atas. Diam-diam Mbak Yani ternyata punya hubungan istimewa dengan seorang pengusaha besar, Lukito. Seiring berjalannya cerita, hubungan antar-tokoh dalam film mulai terbongkar. Di bagian akhir cerita, Maria ternyata buah cinta antara Mbak Yani dengan Lukito.

Film berdurasi 95 menit ini diajukan untuk masuk proses seleksi nominasi Oscar dan jawabannya tetap sama, Film Bibir Mer gagal lolos dalam proses seleksi nominasi Oscar.







5. Leaf on a Pillow (Daun di Atas Bantal) - 1998



Judul film mungkin terdengar sederhana tapi siapa sangka film ini bakal diajukan untuk proses seleksi nominasi Oscar. Judulnya yang terdengar sederhana merujuk pada bantal daun milik Asih yang sering diperebutkan oleh Kancil, Heru dan Sugeng, Daun di Atas Bantal merupakan judul film yang merepresentasikan impian masing-masing dari Asih, Heru, Kancil dan Sugeng. Tapi film ini bukan bertema kebahagiaan, melainkan sebuah tragedi.
Penonton dihadapkan pada kesulitan hidup dari para tokohnya. Rangkaian kejadian tragis menggambarkan potret apa adanya tentang kehidupan jalanan. Film yang disutradari oleh Paman Garin Nugroho ini belum mampu lolos seleksi nominasi Oscar sebagai Film Berbahasa Asing Terbaik.






6. Sri - 1999



Paman Marselli Sumarno bertindak sebagai sutradara untuk film Sri yang rilis tahun 1999 silam. Sri, yang diperankan oleh Rina Ariyanti seorang gadis desa, disunting oleh bangsawan tua bernama Hendro yang diperankan oleh RMT Ronosuripto. Kehidupan Sri yang awalnya miskin, merasa terangkat derajatnya dengan kemampuannya sebagai penari istana, Sri menghabiskan hidupnya untuk mengabdi pada suami yang ternyata seorang penjudi, peminum dan sebenarnya tidak peduli dengan istri dan anaknya. Sri menjalankan bisnis batik rumah tangganya. Pengabdian Sri itu tampak sekali saat Dewa Maut yang diperankan oleh Sardono W. Kusumo hendak mencabut nyawa Hendro yang tidak berdaya melawan sakitnya di tempat tidur. Sri selalu mencari cara untuk menunda pencabutan nyawa tersebut, menggunakan jasa dukun untuk menyembuhkan suaminya.

Film yang bertema kematian ini rupanya belum mampu lolos masuk nominasi Oscar untuk mewakili Indonesia.






7. Ca-bau-kan - 2002



Film adaptasi Novel karya penulis Indonesia Remy Sylado yang terbit tahun 1999 dengan judul Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa. Film bergenre drama romantis ini mengangkat budaya Tionghoa Peranakan di Hindia Belanda dan Indonesia, cerita yang berlatar belakang sejak zaman kolonial Belanda pada tahun 1930-an, zaman pendudukan Jepang tahun 1940-an, hingga pasca-kemerdekaan tahun 1960. Nia DiNata bertindak sebagai sutradara, penulis naskah, dan produser untuk film ini.

Film Ca-bau-kan pertama kali ditayangkan secara internasional dalam Festival Film Asia Pasifik tahun 2002 dan kemudian dalam Festival Film Palm Springs tahun 2003. Film berdurasi 120 menit ini juga gagal masuk nominasi Oscar.






8. The Stringless Violin (Biola Tak Berdawai) - 2003



Sekar Ayu Asmara bertindak sebagai sutradara, produser, dan penulis skenario untuk film Biola Tak Berdawai. Film ini dibintangi oleh para artis Indonesia seperti Dicky Lebrianto, Jajang C Noer, Nicholas Saputra dan Ria Irawan. Film Biola tak berdawai mengisahkan tentang Renjani (ria irawan), seorang penari balet berbakat namun impiannya harus pupus di tengah jalan akibat pengalaman buruk yang dialami oleh Renjani. Renjani menjadi korban pemerkosaan dan menyebabkannya hamil. Namun renjani memutuskan untuk mengaborsi kandungannya tersebut. Untuk bisa melupakan masa lalunya yang pahit, Renjani memutuskan untuk pergi dan tinggal di yogyakarta.

Belajar dari masa lalunya yang kelam, Renjani bersama Mbak Wid (Jajang C. Noer) mendirikan sebuah rumah asuh untuk terpinggirkan. Di rumah asuh tersebut, perlahan Renjani kembali menemukan semangat dan harapan hidupnya yang selama ini hilang ditelan oleh masa lalunya.

Film Biola Tak Berdawai menyusul ketujuh film sebelumnya yang juga gagal lolos masuk nominasi Oscar.






9. Gie - 2005



Film biografi tentang kehidupan Soe Hok Gie yang dibesarkan oleh keluarga keturunan Tionghoa yang tidak terlalu kaya dan bertempat tinggal di Jakarta. Sejak remaja, Gie sudah mengembangkan bakat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh cendekiawan kelas dunia. Semangat pejuangnya, setiakawannya, dan sifatnya yang peduli dengan orang lain serta tanah airnya ternyata membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran terhadap ketidak-adilan dan memimpikan Indonesia yang memiliki keadilan dan kebenaran yang murni. Film ini diadaptasi dari buku berjudul Film Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie. Filmnya disutradarai oleh Riri Riza, hingga bulan Desember tahun 2005 sebanyak 350.000 orang telah menonton film arahannya ini.

Berbekal kemenangan 3 penghargaan di ajang Festival Film Indonesia untuk kategori Film Terbaik, Aktor Terbaik (Nicholas Saputra), dan Penata Sinematografi Terbaik (Yudi Datau), film ini juga tidak berhasil lolos untuk dinominasikan dalam penghargaan Oscar.






10. Love for Share (Berbagi Suami) - 2006



Berbagi Suami, begitulah judul film yang kembali disutradari oleh Nia Dinata, sebelumnya Nia sudah mengarahkan film Ca-bau-kan yang diajukan untuk masuk seleksi nominasi Oscar. Film Berbagi Suami terbagi menjadi 3 buah cerita yang mengacu pada kisah tentang Poligami, cinta, dan kesetiaan. Cerita pertama dibuka dengan cerita Salma (diperankan oleh Ibu Jajang C.Noer), seorang dokter yang dipoligami oleh suaminya, politikus. Cerita kedua adalah cerita Siti (diperankan oleh Shanty), seorang perempuan yang datang dari desa ke kota dan dipoligami oleh supir produksi film bernama Pak Lik (diperankan oleh aktor Lukman Sardi). Cerita ketiga diwakili oleh seorang tionghoa bernama Ming (diperankan oleh Dominique) yang dijadikan istri simpanan oleh Koh Abun (Tio Pakusodewo). 3 cerita yang saling berhubungan ini kemudian dipadukan oleh sang sutradara dan menjadikannya sebuah narasi yang bagus dan dapat dinikmati.

Percobaan kedua dari sutradara Nia Dinata ini sepertinya masih belum mampu mewakili Indonesia untuk lolos dalam seleksi nominasi Oscar.






11. Denias, Singing on the Cloud - Denias Senandung Di Atas Awan (2007)



Siapakah Denias yang dimaksudkan dalam film ini?. Denias adalah seorang anak suku pedalaman Papua yang berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Film ini diangkat berdasarkan kisah nyata seorang anak Papua yang bernama Janias. Film ini menampilkan keindahan Provinsi Papua yang berhasil diabadikan dengan begitu indahnya. Kesulitan dan perjuangan Denias dalam meraih cita-citanya pun tergambar dan diceritakan dengan baik dalam film yang diarahka oleh sutradara John de Rantau.

Film Denias Senandung Di Atas Awan ternyata belum mampu berhasil lolos seleksi nominasi Oscar untuk perhelatan tahun 2008.







HOT THREAD #19
Diubah oleh theoneta 22-03-2018 19:47
linusasur
jaleesa331
abram945
abram945 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
272.5K
525
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
theonetaAvatar border
TS
theoneta
#1
12. Jamila and the President (Jamila dan Sang Presiden) - 2009



Aktris legendaris Ratna Sarumpaet sepertinya ingin mencoba peran dibalik layar sebagai seorang sutradara yang mengarahkan film Jamila dan Sang Presiden. Ide cerita untuk film ini berawal dari tiga tahun yang lalu, setelah UNICEF memintanya. Ibu Ratna yang juga merupakan aktivis perempuan, melakukan penelitian mengenai woman trafficking di Indonesia. Ratna mengunjungi Batam, Solo, Indramayu, Surabaya, dan kota-kota di Kalimantan, mendapatkan beragam cerita dari ratusan ribu korban perempuan yang kemudian disatukannya dalam sebuah pementasan teater yang sangat membuka mata. Miris memang, sebanyak 200.000 anak di bawah umur diperdagangkan di Indonesia setiap tahunnya untuk alasan yang menyedihkan, kemiskinan dan kurangnya pendidikan.

Film yang mengundang air mata penonton ini belum mampu lolos untuk meraih tempat dalam nominasi Oscar. Meski begitu film ini berhasil memenangkan 2 penghargaan dalam Vesoul Asian Film Festival dan Ibu Ratna berhasil memborong keduanya.







13. How Funny (This Country Is) - Alangkah Lucunya Negeri Ini (2010)



Paman Deddy Mizwar sepertinya tidak puas jika cuma berperan sebagai aktor saja, kali ini ia merangkap peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Si Naga Bonar bertindak sebagai sutradara dalam film Alangkah Lucunya Negeri Ini. Selain itu film ini diramaikan oleh beberapa artis ternama Indonesia, ada Reza Rahadian, Slamet Rahardjo, Asrul Dahlan, Sakurta Ginting, Rina Hasyim, Jaja Mihardja, dan Paman Tio Pakusadewo.

Apa sih yang lucu dari negeri ini? Ternyata hal itu semacam 'sindiran' terhadap kerasnya potret nyata yang ada dalam kehidupan di Indonesia. Film ini mengangkat kenyataan sosial yang terjadi di Indonesia mulai dari masalah pengangguran, anak jalanan yang diam-diam mencopet, hingga tindakan sewenang-wenang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Film yang mengkritisi kehidupan di Indonesia ini dipilih untuk mewakili Indonesia untuk masuk seleksi nominasi penghargaan Oscar, tapi apa daya film arahan Paman Deddy ini masih belum bisa lolos proses seleksi.






14. Under the Protection of Ka'Bah - Di Bawah Lindungan Ka'bah (2011)



Film ini diadaptasi dari Novel karya Buya Hamka yang berjudul sama seperti judul filmnya "Di Bawah Lindungan Ka'bah". Film ini disutradarai oleh Hanny Saputra yang saat ini berusia 52 tahun. Sebelumnya sutradara Hanny Saputra mengarahkan film Heart yang rilis tahun 2006 silam. Hanny mengarahkan film bertema religi dan percintaan. Film Di Bawah Lindungan Ka'bah dibintangi oleh Herjunot Ali sebagai Hamid dan Laudya Cynthia Bella sebagai Zainab.

Zainab pergi haji sembari menetap di sana. Hingga suatu saat Shaleh, temannya membawa surat dari Zainab, di dalamnya tertulis bagaimana perasaan cinta yang ia pendam kepada Hamid. Tentunya surat itu membuat Hamid tidak tenang, ia sudah lama bertekad melupakan cintanya. Tak lama berselang, datang surat kawat mengabarkan Zainab telah wafat. Hamid merasa kaget mendengar berita itu, di tengah rasa berkabungnya ia tetap menjalankan ibadah haji, meskipun dalam keadaan ditandu. Terakhir ia berhenti di Hajar Aswad, dibawah lindungan ka’bah itulah ia menangis dan berdoa kepada Rabb-nya, lalu kemudian ia meninggal dunia saat itu juga.

Film drama religi yang menyentuh ini nyatanya juga belum mampu meraih tempat dalam nominasi Oscar, setelah gagal lolos dalam proses seleksi.






15. The Dancer - Sang Penari (2012)



Sutradara Garuda Di dadaku melanjutkan kiprahnya untuk menggarap film berjudul Sang Penari. Film ini diketahu terinspirasi dari novel berjudul Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Film sang penari menceritakan kehidupan seorang ronggeng Dukuh Paruk bernama Srintil yang diperankan dengan gemulai oleh Prisia Nasution. Dukuh Paruk tidak memiliki ronggeng setelah insiden keracunan bongkrek massal di dukuh tersebut. Insiden yang merenggut banyak nyawa di desa tersebut. Saat peristiwa itu terjadi, Srintil masih kecil dan dalang di balik keracunan massal tersebut adalah orangtuanya yang kebetulan produsen bongkrek di dukuh tersebut. Ketika Srintil beranjak dewasa, ia ingin sekali menjadi ronggeng, untuk mengabdikan diri kepada dukuhnya dan membersihkan nama baik keluarganya yang terlibat dalam peristiwa tragis yang pernah terjadi di masa lalu.

Film ini diajukan untuk masuk dalam proses seleksi nominasi Oscar tahun 2012, tapi ternyata tidak berbeda dari film-film yang diajukan sebelumnya, Sang Penari belum mampu menembus proses seleksi.






16. The Clerics - Sang Kiai (2013)



Menyusul film religi sebelumnya, Di Bawah Lindungan Ka'bah, Film arahan sutradara Rako Prijanto yang berjudul Sang Kiai ini dipilih untuk mewakili Indonesia dalam seleksi nominasi Penghargaan Oscar ke-86. Film yang menceritakan tentang perjuangan ulama karismatik pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, yakni K.H. Hasyim Asy'arie. Beliau adalah tokoh kunci dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1942-1947. Lewat "Resolusi Jihad", tokoh yang dijuluki Hadratus Syeikh atau Maha Guru ini mengimbau dan mengajak para santri pejuang untuk berjihad melawan penjajah yang kemudian melahirkan peristiwa perang besar di Surabaya yang kita peringati sebagai hari Pahlawan 10 November 1945.

Syuting film berlatar belakang tahun 1940-an berlokasi di Kediri, Gondang, Magelang, Ambarawa, dan Semarang. Film drama tentang perjuangan ini ternyata masih belum mampu lolos proses seleksi nominasi Oscar.







17. Soekarno - Soekarno: Indonesia Merdeka (2014)



Film yang menceritakan perjalanan hidup Sang Proklamator ini dibintangi beberapa artis tanah air yang sudah tidak diragukan lagi kemampuan aktingnya seperti Ario Bayu, Lukman Sardi, Maudy Koesnaedi, Matias Muchus, Sujiwo Tejo, Tika Bravani, Ferry Salim, Emir Mahira dan Agus Kuncoro. Film arahan sutradara Hanung Bramantyo yang sudah mengarahkan banyak film tanah air tentunya, mendapat apresiasi positif saat filmnya ditayangkan. Banyak merasa puas dengan penggambaran sosok Soekarno dalam film itu. Tapi, bukan berarti film ini tidak lepas dari kontroversi, salah satunya peristiwa Rengasdengklok. Narasi film yang berkaitan dengan peristiwa tersebut belum keluar dari tafsiran sejarah resmi Orde Baru, saat pemuda menculik Soekarno-Hatta, untuk memaksanya memproklamirkan kemerdekaan.

Film Soekarno diajukan untuk masuk dalam proses seleksi nominasi Oscar, tapi gagal menyingkirkan para pesaingnya. Meski begitu film ini memenangkan penghargaan Festival FIlm ASEAN International tahun 2015.






18. Letters from Prague - Surat Dari Praha (2016)



Film Surat dari Praha menceritakan kisah anak manusia yang berlatar sejarah serta politik yang kelam. Film yang diarahkan oleh sutradara Angga D. Sasongko ini dituturkan dengan gaya yang sunyi, awal-awal cerita film Surat dari Praha terasa dingin. Sang sutradara sepertinya ingin membawa penonton masuk ke kehidupan para tokoh yang kesepian. Laras tidak pernah mendapat kasih sayang seorang Ibu, Sulastri. Sulastri ditinggal mati oleh suaminya. Sedangkan Jaya teman lama ibunya, sebatang kara di Praha.

Film yang dipilih untuk mewakili Indonesia dalam Nominasi Oscar : Film Berbahasa Asing terbaik tahun 2016 juga gagal lolos seleksi Oscar.






19. Turah(2017)



Film Turah mungkin tidak sesukses Film Warkop DKI Reborn dalam hal pendapatan, tapi bukan berarti film ini harus dikesampingkan. Film Turah diseleksi Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) untuk bisa ikut serta dalam proses seleksi nominasi Oscar tahun 2018. Film berbahasa Tegal ini disutradarai oleh Wicaksono Wisnu Legowo dan Ifa Isfansyah bertindak sebagai produser. Berkisah tentang konflik yang terjadi dalam sebuah desa terpencil, Turah sang tokoh utama hendak melawan kekuasaan Darso, juragan kaya yang bertindak sewenang-wenang terhadap mereka.

Film ini meskipun gagal dalam seleksi nominasi Oscar, setidaknya diputar di berbagai festival dunia, seperti Festival Film Asia Jogja-Netpac dan Festival Film Internasional di Singapura dan memenangkan 2 penghargaan sebagai Film Terbaik.








20. Act of Killing - Jagal (2012)



7 tahun bukanlah hal yang mudah bagi Joshua Oppenheimer untuk menyelesaikan proses pembuatan film Jagal. Bekerja sama dengan sang aktor Anwar Congo yang merupakan saksi hidup peristiwa kelam yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1965 dalam penumpasan PKI. Film yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini menceritakan pengakuan seorang tukang catut karcis bioskop di Medan yang membantai dengan sadis orang-orang Partai Komunis Indonesia di Medan sepanjang tahun 1965-1966. Sang sutradara Joshua Oppenheimer menyuguhkan film Jagal dari sudut pandang berbeda. Para pelaku pembunuhan dengan patriotiknya menceritakan bagaimana cara mereka membunuh orang-orang yang terlibat PKI. Upaya kejam ini dilakukan demi menyelamatkan bangsa Indonesia dan demi ideologi Pancasila.

Film dokumenter yang dikecam karena memperlihatkan sesuatu yang selama ini disembunyikan ternyata mampu memenangkan setidaknya 53 penghargaan dan paling fenomenal film ini untuk pertama kalinya mewakili Indonesia dalam nominasi Oscar untuk kategori Film Dokumenter Terbaik tahun 2014.




21. The Look of Silence - Senyap (2014)



Joshua Oppenheimer sepertinya belum kapok juga untuk mengungkapkan kebenaran dalam film dokumenternya, setelah film Jagal yang ia dokumentasikan, kali ini dia beralih mengarahkan ke film dokumenter terbarunya. Senyap adalah film dokumenter yang berkisah tentang pembunuhan massal tahun 1965.
Film ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan film sebelumnya, Jagal. Ketika film Jagal mengambil sudut pandang pelaku, Film Senyap justru menggunakan perspektif dari keluarga korban. Pemutaran film Senyap karya Joshua Oppenheimer ternyata ditentang saat diadakan di Malang, Jawa Timur. Walaupun begitu Film dokumenter ini kembali meraih setidaknya 47 penghargaan dan mendapat tempat dalam nominasi Oscar dalam kategori Film Dokumenter Terbaik tahun 2016.






19 Film Indonesia di atas adalah film yang diajukan untuk proses seleksi nominasi Oscar untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Sampai saat ini belum ada film Indonesia yang mampu lolos seleksi nominasi Oscar untuk kategori ini. Sedangkan untuk kategori nominasi Film Dokumenter, Film dokumenter yang mengangkat kisah nyata di Indonesia telah berhasil menembus nominasi Oscar meskipun tidak memenangkan penghargaan tersebut setidaknya 2 film documenter di atas merupakan pencapaian terjauh yang berhasil di capai.




Sumber :
Spoiler for Buka:



Bantu Rate + Share Donk Gan:




TS Tidak Mengharapkan ini, Tapi Kalau Diberi Apa Boleh Buat :

emoticon-Cendol Gan



TS Tolong Jangan :

emoticon-Blue Guy Bata (L)

ElviHusna
ElviHusna memberi reputasi
1
Tutup