Sumber Gambar

Sebanyak lebih dari seratus gerai KFC di Malaysia telah dilaporkan ditutup sementara sebagai hasil dari aksi boikot terhadap produk yang diduga mendukung agresi Israel terhadap Palestina. Informasi dari laporan Harian Tiongkok Nanyang Siau Pau menunjukkan bahwa jumlahnya mencapai 108 gerai, dengan dampak paling signifikan terjadi di wilayah Kelantan, di mana hampir 80 persen atau sebanyak 21 gerai terpaksa menghentikan operasinya.

QSR Brands (M) Holdings Bhd, entitas yang mengendalikan KFC dan Pizza Hut di Malaysia, telah mengonfirmasi penutupan sementara seluruh gerai KFC. Alasan yang diberikan adalah sebagai tanggapan terhadap kondisi ekonomi yang menantang. Selain itu, perusahaan juga memberikan opsi pemindahan tugas kepada karyawan yang terdampak oleh penutupan gerai.

Dalam sebuah pernyataan yang dilansir oleh Reuters pada Senin malam, QSR Brands dan KFC Malaysia menjelaskan bahwa langkah penutupan sementara gerai tersebut diambil sebagai bagian dari strategi proaktif untuk mengelola peningkatan biaya operasional dan untuk lebih memfokuskan upaya pada zona perdagangan dengan potensi tinggi. Sebelumnya, telah ada laporan lokal yang menyebutkan tentang adanya boikot terhadap KFC karena dugaan hubungannya dengan Israel.

Seperti yang terjadi di Indonesia, Malaysia juga memiliki populasi Muslim yang secara luas diyakini mendukung Palestina, sehingga merek makanan cepat saji dari Barat, termasuk KFC, menjadi sasaran boikot. Meskipun belum ada data resmi mengenai jumlah gerai yang terdampak, media lokal melaporkan bahwa lebih dari seratus gerai telah menghentikan sementara operasinya sebagai respons terhadap boikot tersebut.

Dampak boikot terhadap suatu usaha dapat sangat signifikan, terutama jika boikot tersebut dilakukan secara masif dan didukung oleh banyak konsumen. Salah satu dampak utamanya adalah penurunan pendapatan dan laba perusahaan yang menjadi target boikot. Jika jumlah konsumen yang memboikot produk atau jasa perusahaan tersebut besar, hal ini dapat mengakibatkan penurunan drastis dalam arus kas dan mengganggu stabilitas keuangan perusahaan. Selain itu, boikot juga dapat merusak reputasi perusahaan di mata publik, yang dapat berdampak negatif jangka panjang terhadap citra merek dan kepercayaan konsumen.

Selain dampak finansial, boikot juga dapat mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pemasok dan mitra bisnis lainnya. Jika perusahaan mengalami penurunan penjualan yang signifikan akibat boikot, mereka mungkin akan mengurangi pesanan kepada pemasok atau bahkan membatalkan kontrak dengan mitra bisnis tertentu. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam rantai pasokan dan memicu kekhawatiran di antara pihak-pihak terkait tentang kelangsungan bisnis mereka dengan perusahaan yang terkena dampak boikot.

Selain itu, dampak psikologis juga bisa terasa dalam organisasi yang menjadi target boikot. Karyawan perusahaan tersebut mungkin merasa khawatir tentang masa depan pekerjaan mereka dan merasa tertekan karena situasi yang tidak pasti. Selain itu, manajemen perusahaan harus menghabiskan waktu dan sumber daya untuk merespons boikot dan mencari cara untuk mengatasi kerugian yang ditimbulkannya, yang dapat mengganggu fokus mereka pada operasional dan pertumbuhan bisnis jangka panjang.

Link Referensi