ganesha09part7Avatar border
TS
ganesha09part7
6 Alarm Bahaya Menyala, Indonesia di Ambang Krisis?
https://www.cnbcindonesia.com/resear...-ambang-krisis




Jakarta, CNBC Indonesia - Tren pelemahan rupiah serta tingginya suku bunga saat ini membuat ekonomi Indonesia dalam ancaman. Bila kondisi ini terus berlanjut maka beragam dampak buruk bisa menghantam Indonesia, mulai dari ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga daya beli melemah.
Data-data ekonomi yang ada saat ini cukup memberikan kecemasan bagi berbagai pihak. Begitu pula dengan harga barang yang terus mengalami kenaikan di tengah daya beli masyarakat yang tidak dalam performa terbaiknya.

Lantas, apa saja tanda-tanda tersebut?

1. Dolar Naik, Rupiah Jeblok

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) (DXY) cenderung mengalami kenaikan belakangan ini. Pada pertengahan Maret 2024, DXY berada di angka 103 dan pada 22 April 2024 menguat menjadi 106 atau naik sebesar 2,91%.

DXY yang melonjak ini memberikan tekanan bagi rupiah. Pada pertengahan Maret 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berada di angka Rp15.575/US$. Namun pada 19 April 2024 ambruk ke level Rp16.250/US$1. Mata uang Garuda terus tertekan dan sudah ambruk hampir 2% sepanjang April ini.




2. Pertumbuhan Kredit Menurun

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan kredit mencapai 11,28% secara tahunan (yoy) per Februari 2024 menjadi Rp7.095 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan Januari yang tumbuh 11,83% yoy.

Berdasarkan jenis penggunaan, mayoritas pembiayaan untuk Rumah Tangga (RT) pada Februari 2024 mengalami kemunduran untuk Kredit Multi Guna (KMG) yakni dari 39,3% menjadi 37,7%.

Jenis pembiayaan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) juga lebih rendah menjadi 22,6%. Begitu pula dengan kredit peralatan RT yang menurun menjadi 12% dari sebelumnya yang berada di angka 12,9%.

3. Penjualan Mobil Menurun

Penjualan mobil mengalami penurunan pada tiga bulan pertama2024. Berdasarkan data penjualan mobil PT Astra International Tbk, penjualan wholesales (pabrik ke dealer) terkoreksi 23,8% year on year (YoY). Angkanya menjadi 215.069 unit pada periode Januari-Maret 2024, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 282.601 unit.

Kredit yang lebih selektif dalam proses leasing atau perusahaan pembiayaan menaruh perhatian bagi produsen mobil, salah satunya Toyota. Alhasil, ini dapat berdampak kepada penjualan yang menurun.

"Cuma yang kita concern adalah penurunan dari ekonomi, salah satunya dari kredit. Apakah terus apa tidak, nggak tahu. Kredit juga sekarang lebih selektif, informasi dari teman-teman kredit, NPL ada peningkatan. Ini impact terhadap market juga," ujar Direktur Marketing Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy beberapa waktu lalu.

4. Suku Bunga Acuan Tinggi

Per Maret 2024, suku bunga acuan BI berada di level yang cukup tinggi yakni 6%. Posisi ini sama dengan November 2018. Level BI rate saat ini adalah yang tertinggi sejak Juli 2016 atau enam tahun lebih.

Sementara suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.


Suku bunga yang tinggi ini berdampak kepada kredit yang berpotensi akan semakin mahal. Jika bunga kredit terus merangkak naik, maka masyarakat cenderung tidak mau untuk mengambil kredit baik secara perorangan maupun perusahaan untuk ekspansi bisnis. Alhasil, pertumbuhan ekonomi pun dapat terganggu.

5. Harga Pangan Ikut Melonjak Tinggi
Stabilitas harga pangan sangat penting di Indonesia mengingat jumlah penduduknya mencapai 270 juta. Tingginya harga pangan dasar akan mengganggu konsumsi masyarakat.

Sebagai contoh, harga bawang merah masih terus bergerak naik, bahkan di wilayah pasar di DKI Jakarta harganya tembus mencapai Rp80.000 per kg atau naik 100% dari harga normal di kisaran Rp35.000-40.000 per kg.

Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Mujiburrohman mengatakan kenaikan harga bawang merah saat ini tidak lepas dari gangguan pasokan bawang imbas musim hujan serta naiknya ongkos transportasi pasca lebaran.

Harga beras juga masih cukup tinggi. Sepekan lalu, 10 April 2024, harga beras premium masih di Rp16.360 per kg dan beras medium di Rp14.120 per kg. Harga tersebut adalah rata-rata harian nasional di tingkat pedagang eceran.

Sebelumnya, harga beras di dalam negeri terpantau terus melonjak hingga berulang kali pecah rekor. Harga beras premium sempat menembus level Rp16.500 per kg dan beras medium tembus Rp14.500 per kg.

Harga beras memang terus mengalami kenaikan sejak Agustus 2022 lampau. Pada saat itu, harga rata-rata bulanan nasional untuk beras premium adalah Rp12.310 per kg dan harga beras medium di Rp10.700 per kg.

6. Porsi Pengeluaran Untuk Konsumsi terus Menurun

Data Bank Indonesia menunjukkan porsi pengeluaran responden untuk konsumsi terus mengalami penurunan. Secara total dari Januari 2024, porsi konsumsi berada di 74,6% dan menurun menjadi 73,6% pada Maret 2024.

Penurunan ini juga terlihat untuk hampir keseluruhan responden dengan berbagai rentang pengeluaran.

Bagi responden dengan pengeluaran Rp1-2 juta, porsi konsumsi turun dari 77,8% menjadi 76,6% dari Januari hingga Maret 2024. Pada periode yang sama, responden dengan pengeluaran Rp3,1-4 juta, porsi konsumsi juga menurun dari 73,6% menjadi 73,2%.

Begitu pula dengan responden pengeluaran Rp4,1-5 juta yang memiliki porsi konsumsi dari 71,3% menjadi 70,5%.

Lebih lanjut, responden dengan pengeluaran lebih dari Rp5 juta per bulan, memiliki porsi konsumsi yang menurun dari 66,1% menjadi 65,8%.

Bagi kalangan pengeluaran Rp 1-2 juta, tingkat konsumsi meski sudah menurun tetapi sudah sangat tinggi yakni di atas 75%. Artinya, mereka hanya menyisakan pengeluaran kurang dari 25% untuk kebutuhan lain seperti pendidikan dan transportasi.
Bagi kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta, konsumsi yang menurun ini bisa menandai daya beli yang melemah.



Daya beli masyarakat yang menurun memberi perhatian bagi Direktur Utama dan Chief Executive Officer PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Anthoni Salim, yang merupakan orang terkaya kelima se-Indonesia.

Dia menilai tantangan ekonomi global dan melemahnya daya beli masyarakat menjadi hal yang harus diantisipasi.

Keluhan Bos Indofood ini ternyata juga pernah dilontarkan oleh Chairman CT Corp, Chairul Tanjung.

Ia menyampaikan tingkat konsumsi masyarakat yang mengalami perlambatan. Khususnya untuk masyarakat kelas menengah.

Melihat hal itu, dia pun berharap agar pemerintah saat ini bisa lebih memperhatikan masyarakat kelas menengah. Pasalnya masyarakat untuk kategori level ini sangat tidak diuntungkan.

Di mana masyarakat kelas menegah saat ini tidak berhak mendapatkan bantuan sosial karena tidak miskin. Namun di saat yang sama, kelas menengah tidak menikmati pertumbuhan ekonomi seperti kelas pendapatan atas. Apa lagi berbagai kebutuhan tercatat terus meningkat.

Data Mandiri Spending Index (MS) menunjukkan hal serupa. Belanja kelompok menengah terbilang stagnan dengan angka indeks per Maret 2024 sebesar 183,5 dari Januari 2024 di kisaran atas 100, bahkan turun dibanding angka indeks pada Desember 2023 di level atas 200. Jauh di bawah tren belanja kelas bawah yang mencapai 306,1 angka indeksnya dari tren pada Januari 2024 di kisaran atas 150.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


Saksikan video di bawah ini:
Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

TAG: rupiah dolar as bank indonesia konsumsi tabungan indonesia suku bunga kredit
SHARE :


ARTIKEL TERKAIT
Polling CNBC Indonesia
Dolar AS Tembus Rp16.200, 9 Ahli Ramal BI Rate Tak Perlu Naik
RESEARCH1 hari yang lalu
Rupiah Diselamatkan BI, Dolar AS Belum Tembus Rp16.000
RESEARCH3 minggu yang lalu
Newsdata
Sengketa Pilpres Bikin Was-was, Rupiah ke Level Terlemah Dalam 5 Bulan
RESEARCH3 minggu yang lalu
Polling CNBC Indonesia
10 Bank Sentral Putuskan Suku Bunga: RI Ikut AS, China, atau Rusia?
RESEARCH1 bulan yang lalu
Newsdata
Rupiah Selalu Bikin Jantungan di Awal Tahun, Kenapa Sih?
RESEARCH3 bulan yang lalu
REKOMENDASI UNTUKMU
Citra Satelit Israel 'Serang Balik' Iran, Rudal Rusia Dihantam Bom
NEWS 8 jam yang lalu
Taiwan Diguncang Puluhan Gempa Besar dalam Semalam, Kondisi Mencekam
NEWS 21 jam yang lalu
Perang Saudara Pecah di Negara Tetangga RI, Jenderal-Jenderal "Hilang"
NEWS 7 jam yang lalu
Diam-Diam Muncul Kota Baru di Pinggir Jakarta, Namanya Ini
NEWS 17 jam yang lalu
Bangkit dari Kubur, Mal Legendaris 'Surga' Elektronik Ini Ramai Lagi
NEWS 7 jam yang lalu
Kim Jong Un Menggila, Korut Tembak 'Serangan Balasan Nuklir'
NEWS 1 hari yang lalu
LIHAT SEMUA

HOMEMARKETMY MONEYNEWSTECHLIFESTYLESYARIAHENTREPRENEURCUAP CUAP CUANRESEARCHOPINIFOTOVIDEOINFOGRAFISBERBUATBAIK.IDCNBC TVINDEKS
Ikuti Kami:


Download aplikasi CNBC Indonesia:

Link To Google Play Link To App Store Link To Huawei App
©2024 CNBC Indonesia, A Transmedia Company

Tentang Kami | Redaksi | Pedoman Media Siber | Karir | Disclaimer | CNBC Indonesia My Investment
Artikel Selanjutnya
Menebak Arah Kebijakan Suku bunga yang tinggi ini berdampak kepada kredit yang berpotensi akan semakin mahal. Jika bunga kredit terus merangkak naik, maka masyarakat cenderung tidak mau untuk mengambil kredit baik secara perorangan maupun perusahaan untuk ekspansi bisnis. Alhasil, pertumbuhan ekonomi pun dapat terganggu.

5. Harga Pangan Ikut Melonjak Tinggi
Stabilitas harga pangan sangat penting di Indonesia mengingat jumlah penduduknya mencapai 270 juta. Tingginya harga pangan dasar akan mengganggu konsumsi masyarakat.

Sebagai contoh, harga bawang merah masih terus bergerak naik, bahkan di wilayah pasar di DKI Jakarta harganya tembus mencapai Rp80.000 per kg atau naik 100% dari harga normal di kisaran Rp35.000-40.000 per kg.

Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Mujiburrohman mengatakan kenaikan harga bawang merah saat ini tidak lepas dari gangguan pasokan bawang imbas musim hujan serta naiknya ongkos transportasi pasca lebaran.

Harga beras juga masih cukup tinggi. Sepekan lalu, 10 April 2024, harga beras premium masih di Rp16.360 per kg dan beras medium di Rp14.120 per kg. Harga tersebut adalah rata-rata harian nasional di tingkat pedagang eceran.

Sebelumnya, harga beras di dalam negeri terpantau terus melonjak hingga berulang kali pecah rekor. Harga beras premium sempat menembus level Rp16.500 per kg dan beras medium tembus Rp14.500 per kg.

Harga beras memang terus mengalami kenaikan sejak Agustus 2022 lampau. Pada saat itu, harga rata-rata bulanan nasional untuk beras premium adalah Rp12.310 per kg dan harga beras medium di Rp10.700 per kg.

6. Porsi Pengeluaran Untuk Konsumsi terus Menurun

Data Bank Indonesia menunjukkan porsi pengeluaran responden untuk konsumsi terus mengalami penurunan. Secara total dari Januari 2024, porsi konsumsi berada di 74,6% dan menurun menjadi 73,6% pada Maret 2024.

Penurunan ini juga terlihat untuk hampir keseluruhan responden dengan berbagai rentang pengeluaran.

Bagi responden dengan pengeluaran Rp1-2 juta, porsi konsumsi turun dari 77,8% menjadi 76,6% dari Januari hingga Maret 2024. Pada periode yang sama, responden dengan pengeluaran Rp3,1-4 juta, porsi konsumsi juga menurun dari 73,6% menjadi 73,2%.

Begitu pula dengan responden pengeluaran Rp4,1-5 juta yang memiliki porsi konsumsi dari 71,3% menjadi 70,5%.

Lebih lanjut, responden dengan pengeluaran lebih dari Rp5 juta per bulan, memiliki porsi konsumsi yang menurun dari 66,1% menjadi 65,8%.

Bagi kalangan pengeluaran Rp 1-2 juta, tingkat konsumsi meski sudah menurun tetapi sudah sangat tinggi yakni di atas 75%. Artinya, mereka hanya menyisakan pengeluaran kurang dari 25% untuk kebutuhan lain seperti pendidikan dan transportasi.
Bagi kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta, konsumsi yang menurun ini bisa menandai daya beli yang melemah.



Daya beli masyarakat yang menurun memberi perhatian bagi Direktur Utama dan Chief Executive Officer PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Anthoni Salim, yang merupakan orang terkaya kelima se-Indonesia.

Dia menilai tantangan ekonomi global dan melemahnya daya beli masyarakat menjadi hal yang harus diantisipasi.

Keluhan Bos Indofood ini ternyata juga pernah dilontarkan oleh Chairman CT Corp, Chairul Tanjung.

Ia menyampaikan tingkat konsumsi masyarakat yang mengalami perlambatan. Khususnya untuk masyarakat kelas menengah.

Melihat hal itu, dia pun berharap agar pemerintah saat ini bisa lebih memperhatikan masyarakat kelas menengah. Pasalnya masyarakat untuk kategori level ini sangat tidak diuntungkan.

Di mana masyarakat kelas menegah saat ini tidak berhak mendapatkan bantuan sosial karena tidak miskin. Namun di saat yang sama, kelas menengah tidak menikmati pertumbuhan ekonomi seperti kelas pendapatan atas. Apa lagi berbagai kebutuhan tercatat terus meningkat.

Data Mandiri Spending Index (MS) menunjukkan hal serupa. Belanja kelompok menengah terbilang stagnan dengan angka indeks per Maret 2024 sebesar 183,5 dari Januari 2024 di kisaran atas 100, bahkan turun dibanding angka indeks pada Desember 2023 di level atas 200. Jauh di bawah tren belanja kelas bawah yang mencapai 306,1 angka indeksnya dari tren pada Januari 2024 di kisaran atas 150.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


Komen ts : mari kita jujur dengan diri kita sendiri...ekonomi di bawah rezim jokowi memang amburadul








0
548
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan