iqbalballeAvatar border
TS
iqbalballe
Makan dan Susu Gratis, Investasi Generasi Indonesia Emas 2045



Sumber : Bisnis


Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan Prabowo – Gibran sebagai pemenang Pilpres 2024.

Oleh karena paslon nomor 2 sudah menang, ada baiknya kita mengingat lagi apa saja program dan janji Prabowo – Gibran, terutama di bidang ekonomi, yang menjadi salah satu alasan rakyat memilih mereka.

6 janji Prabowo – Gibran di bidang ekonomi, antara lain:
1. Meningkatkan produktivitas pertanian
2. Kartu kesejahteraan
3. Menaikkan gaji ASN
4. Pembangunan desa dan pemberian BLT
5. Mendirikan Badan Penerimaan Negara
6. Memberi makan gratis ke 82,9 juta rakyat miskin

TS (thread starter/penulis) kali ini akan membahas tentang program makan gratis Prabowo - Gibran.

Pemerintahan Prabowo berencana memberikan makan siang gratis kepada 82,9 juta orang miskin. Mereka berasal dari tiga golongan. Pertama 74,2 juta anak sekolah. Kedua, 4,3 juta santri. Ketiga, 4,4 juta ibu hamil.

Prabowo mengatakan program makan siang gratis dan bantuan gizi merupakan strategi jangka panjang untuk memperbaiki sumber daya manusia (SDM). Program ini diharapkan bisa menekan angka stunting dan meringankan beban rakyat miskin.

Program ini diperkirakan memerlukan anggaran Rp 400 triliun per tahun.

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi...g-pilpres-2024

Sedari awal berkampanye, program makan siang gratis dari Prabowo – Gibran adalah yang kerap menjadi sorotan dan polemik.

Padahal menurut TS program ini adalah program paling unggul yang pernah TS lihat selama memperhatikan perpolitikan Indonesia sejak 1998 hingga 2024.

TS telah bekerja atau mencari uang sendiri sejak 1998, dimulai dari upah Rp 300 ribu per bulan, hingga hari ini, 26 tahun kemudian, TS sudah berpendapatan hampir Rp 100 juta per bulan.

Semua level upah dari Rp 300 ribu hingga Rp 100 juta per bulan tersebut, ane (saya) bagi dalam IV fase.

Fase I dimulai ketika ane berpendapatan Rp 300 ribu – Rp 2 juta per bulan. Pada fase ini ane dapat menemukan adaptasi terhadap konsumsi harian rutin sesuai pendapatan.

Kala itu, konsumsi gizi dan susu hampir tidak mungkin. Namun tingkat konsumsi tidak sehat seperti rokok, minyak goreng, lemak, karbohidrat dan gula berlebih sangat tinggi.

Hampir tidak ada rekreasi wisata, kecuali wisata kamar bersama komunitas pertemanan berupa miras atau ganja.

Pada titik ini, jika ane mendapatkan uang jatuh dari langit, baik dalam bentuk bonus kerja, bantuan langsung tunai, atau sejenisnya, maka akan digunakan untuk meningkatkan taraf hidup pada aspek yang sulit didapatkan.

Seperti rekreasi wisata, menghisap rokok merk mahal, makan di restoran, dan sebagainya.

Fokus ane bukan pada peningkatan gizi, karena melihat uang jatuh dari langit bukanlah hal yang bisa meningkatkan daya hidup secara rutin. Sehingga ane dan kebanyakan teman-teman menggunakannya untuk mengakses pilihan hidup yang bersifat sekali pakai.

Fase II terjadi ketika ane berpendapatan Rp 2 juta – Rp 5 juta per bulan. Kala itu nilai tersebut sudah di atas UMR.

Pola hidup ane masih serupa dengan pola di fase satu. Pada titik ini, ane sudah mulai bisa ikut aktivitas tambahan seperti pergi ke gym dan konsumsi susu.

Namun konsumsi kafein meningkat tajam, beriringan dengan konsumsi rokok bermerk mahal, dan daya pesta yang lebih tinggi (ini adalah era awal kebangkitan stadium dan ekstasi). Serta daya wisata luar negeri Asia yang lebih memungkinkan.

Hal serupa juga terjadi pada lingkar teman – teman ane. Pada titik ini, ketika ane mendapatkan uang jatuh dari langit, dalam bentuk bonus kerja atau sejenisnya, ane akan menggunakannya untuk meningkatkan taraf hidup rekreasi, seperti wisata dan pesta.

Ane tidak menggunakannya untuk meningkatkan gizi harian, karena uang jatuh dari langit tetaplah bukan sebuah peristiwa rutin.

Hampir tidak ada informasi yang ane peroleh dari lingkar pertemanan ane, bahwa seseorang yang menerima uang jatuh dari langit lalu menggunakannya untuk meningkatkan rutinitas konsumsi gizi yang lebih tinggi.

Hampir seluruhnya digunakan untuk meningkatkan kebutuhan tersier. Wajar saja, karena tak ada yang bisa mengharapkan uang jatuh dari langit terjadi setiap bulan.

Fase III, ketika ane berpendapatan Rp 5 juta – Rp 30 juta, dimana nilai ini sudah membuat ane mendapatkan hampir semua yang bisa ane bayangkan secara terjangkau sejak masih berada di bawah garis UMR, pola mulai berubah.

Ane baru mulai meningkatkan konsumsi gizi harian, dari mengurangi rokok, mie instan, dan minyak goreng, meningkatkan konsumsi susu, buah segar, sayur mayur, dan daging segar, hingga daya wisata dan pesta.

Bahkan di titik ini ada bentuk baru rekreasi, yakni perempuan, baik yang diperoleh dengan jajan, maupun simpanan.

Untungnya, tak lama ane menikah dan beranak, hingga akhirnya cerai. Namun pada fase ini, peningkatan konsumsi gizi tidak hanya pada diri ane sendiri, tetapi juga pada gizi istri dan anak.

Ketika sudah bercerai, ane pun masih mampu membiayai gizi tinggi untuk dua rumah tangga.

Pada titik ini, ketika ane mendapatkan uang jatuh dari langit, ane tak perlu lagi menggunakannya untuk meningkatkan gizi harian karena sudah terpenuhi, sehingga seluruhnya digunakan untuk tabungan atau rekreasi.

Fase IV ketika ane sudah berpendapatan Rp 30 juta - Rp 100 juta. Polanya serupa dengan Fase III.

Meski saat ini ane sudah menikah lagi dengan perempuan yang sudah memiliki anak, dimana anak kedua ane sudah sekolah sehingga lebih baik tetap menyelesaikan sekolahnya di rumah neneknya ketimbang dipindahkan ke rumah ane dan istri.

Ane tidak kekurangan kemampuan untuk membiayai gizi tinggi di tiga dapur. Pada titik ini, ketika ane mendapatkan uang jatuh dari langit, ane tidak perlu lagi menggunakannya untuk meningkatkan gizi harian, karena sudah terpenuhi bahkan untuk tiga dapur setiap bulan.

Oleh karena itu seluruhnya digunakan untuk tabungan, investasi, usaha baru, atau rekreasi.

Uraian di atas, meski bersifat subyektif bagi ane dan lingkar yang bisa disurvei dari teman-teman sekitar ane, membuat ane memahami bahwa uang jatuh dari langit yang selama ini menjadi pijakan pemerintah selama 25 tahun terakhir tidak akan mendorong daya beli pada gizi tinggi.

Sebab, berdasarkan pengamatan dan pengalaman ane, uang jatuh dari langit, kecenderungannya akan digunakan untuk meningkatkan konsumsi yang buruk dan rekreasi pada kebanyakan orang, maupun tabungan pada sedikit orang.

Sebab, sifat uang jatuh dari langit adalah peristiwa spontan sekali waktu, bukan peristiwa yang dapat dijadikan pegangan rutin bulanan.

Sehingga tidak logis mengharapkan akan lebih banyak manusia yang menggunakan uang jatuh dari langit untuk meningkatkan gizi, alih – alih meningkatkan daya beli pada aspek sekali pakai seperti rekreasi dan konsumsi buruk.

Itulah mengapa ketika ane mendengar Prabowo – Gibran merumuskan suatu konsep yang sama sekali baru, yakni makan siang dan susu gratis bagi ibu hamil dan murid di setiap sekolah dan pesantren, ane melihat ini akan memberi efek jangka menengah panjang yang sangat bagus.

Dari pada memberi BLT atau bansos kepada kepala keluarga yang tidak memberi efek signifikan pada peningkatan gizi, apalagi bicara internet gratis dan BBM gratis seperti dijanjikan Ganjar – Mahfud dan Anies – imin.

TS  melihat peningkatan produktivitas WNI dalam 10 hingga 20 tahun, akan lebih efektif dan efisien melalui program makan siang dan susu gratis karena sasarannya jelas, ibu hamil (calon anak) dan anak (murid di setiap sekolah dan pesantren).

Konsumsi gizi tinggi dan susu, atau yang di era pak Harto dikenal sebagai 4 sehat 5 sempurna, ketika diterapkan pada semua orang, baik orang tua maupun akan, akan meningkatkan daya tahan tubuh dan daya fisik yang luar biasa.

Pengalaman ane, sejak mampu konsumsi gizi tinggi selama 15 tahun terakhir, ane hanya pernah mengambil cuti sakit sebanyak 2 kali saja. Selama kurun waktu tersebut, hampir tidak pernah sakit yang membuat tidak bisa beraktivitas.

Hal serupa juga dialami anak ane, yang sejak lahir hingga hari ini rutin konsumsi 4 sehat 5 sempurna. Selama 11 tahun umur anak ane, ia hanya 1 kali jatuh sakti yang menyebabkannya tidak bisa aktivitas beberapa hari.

Oleh karena itu, ane melihat, program makan siang dan susu gratis harus bisa terwujud. Sebab program ini sangat baik jika bicara dampak jangan menengah dan panjang.

Itulah sebabnya ane heran dengan orang – orang yang masih berpikir untuk menjegal Prabowo – Gibran, apalagi berupaya menggagalkan program makan siang dan susu gratis.

Apakah mereka tidak melihat realita banyak sekali kepala keluarga di Indonesia yang belum mampu memberikan setidaknya satu gelas susu setiap hari kepada anaknya?

Apakah mereka pikir, susu hanya untuk orang kaya? Apakah mereka pikir susu hanya untuk balita? Gunakan akalmu bung.
Diubah oleh iqbalballe 26-03-2024 00:06
olaolapea
masiyan135
dv00817999412
dv00817999412 dan 3 lainnya memberi reputasi
2
12.4K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan