ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #34 : Sahabat Pena


Suatu hari guru Sd ku memberi sebuah tugas yang aneh. Dia meminta kami menulis surat untuk dikirim ke orang-orang yang berada jauh di sana. Dengan kata lain, beliau ingin kami memiliki sahabat pena. Sebenarnya aku menganggap itu tugas yang melelahkan dan tak ada gunanya, tapi ternyata tugas Bahasa Indonesia itu telah memberiku seorang sahabat seumur hidup.

***


Quote:


Surat itu kulipat dan kumasukkan ke amplop lalu menempelkan prangko pada salah satu sisinya. Besok aku akan menaruhnya di kantor pos sebelum berangkat sekolah.

Tiga tahun telah berlalu sejak aku mendapat balasan surat dari Jui dan sejak saat itu kami tak pernah berhenti membalas surat. Terkadang aku menulis sampai beberapa halaman, terkadang juga cuma satu atau dua paragraf. Meski begitu Jui selalu menulis balik dan memberi saran untuk semua keluhanku.

Setiap kali aku ada masalah, setiap kali aku butuh saran, setiap kali ada hal yang tak bisa kuceritakan pada orang lain, aku selalu menulisnya pada Jui. Bahkan dibandingkan ibu, aku merasa lebih akrab dengan Jui.

***


Quote:


Dari surat-suratnya aku bisa sedikit menebak seperti apa dia. Dia seorang pria yang mungkin lebih tua dariku. Dia sangat bijak, saran-sarannya biasanya berhasil. Benar katanya, saat aku menggoda Tio dia langsung memerah dan salah tingkah. Sayangnya aku sudah terlanjur membencinya.

Aku juga jadi lebih rajin mengerjakan pekerjaan rumah. Nenek bertanya apakah ada yang salah denganku, tapi kurasa dia senang dengan kebiasaan baruku ini.
Hanya ada kami bertiga di rumah jadi aku berusaha untuk membuat rumah senyaman mungkin bagi kami. Nenek sudah tua dan ibu tengah bekerja keras, aku juga harus melakukan yang terbaik. Aku yakin semua akan indah pada akhirnya.

***


Quote:


***


Quote:


***


Quote:


***


Quote:


***


Quote:


***


Tanpa terasa aku sudah hampir lulus Sma. Setelah melalui naik dan turun aku akhirnya mencapai akhir kehidupan sekolah wajib. Sesuai rencana aku akan melanjut ke universitas. Statusku sebagai anggota Osis ternyata membuatku unggul dibanding teman-temanku yang lain sehingga aku diterima ke universitas pilihanku.

Ibu mendukung keputusanku. Setelah kejadian itu dia perlahan mulai pulih dan kembali tersenyum. Sekarang kami punya samsak tinju di rumah. Setiap kali Ibu merasa kesal dia akan melampiaskan emosinya ke samsak itu. Dia tak lagi menyinggung tentang hubungan barunya, tapi kurasa dia jauh lebih baik seperti ini.

Semua berjalan baik. Satu-satunya yang kukeluhkan hanyalah Jui yang mulai lamban merespon suratku. Dulu kami bisa bertukar dua surat dalam seminggu, tapi sekarang dua bulan bisa berlalu tanpa jawaban apa pun. Aku ingin percaya kalau dia sibuk dengan kehidupannya, tapi entah kenapa aku merasakan sesuatu yang tidak enak.

Surat Jui datang tepat di hari kelulusanku. Rasanya seperti hadiah. Mungkin dia memang berniat memberikannya di hari ini.

Quote:


Tanpa sadar air mataku menetes dan membasahi surat tersebut. Sedih, tapi bukan duka. Aku senang Jui memilih melakukan apa yang dia inginkan. Dia selalu ada untukku, tapi dia juga yang mengajariku bahwa tak ada hal yang bertahan selamanya.

Duka akan menghilang, kekesalan akan pudar, tapi aku tahu persahabatan kami akan abadi. Aku tak tahu wajahnya, aku tak tahu siapa dia, tapi aku yakin dia pasti akan mengirimiku surat lagi.

Selamat jalan, Sahabat. Aku akan selalu menunggumu.

***
Diubah oleh ih.sul 15-03-2024 20:27
riodgarp
Yoayoayo
bonek.kamar
bonek.kamar dan 14 lainnya memberi reputasi
15
23.3K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan